ID/Prabhupada 0002 - Peradaban Orang Yang Tidak Waras

Revision as of 16:14, 12 October 2018 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Lecture on SB 6.1.49 -- New Orleans Farm, August 1, 1975

Harikeśa : Terjemahan ... "Seperti halnya seseorang, yang sedang tidur dan bermimpi, ia bertindak menurut badan yang diwujudkan di dalam mimpinya, atau menerima badan itu sebagai dirinya sendiri, sama seperti itu halnya, ia menganggap badannya yang sekarang ini sebagai dirinya sendiri, yang didapatkan sebagai hasil atas kehidupan masa lalunya yang saleh ataupun yang tidak saleh, dan ia tidak dapat mengetahui masa lalunya ataupun masa depannya."

Prabhupāda :

yathājñas tamasā (yukta)
upāste vyaktam eva hi
na veda pūrvam aparaṁ
naṣṭa-janma-smṛtis tathā
(SB 6.1.49)

Inilah kedudukan kita. Inilah kemajuan ilmu pengetahuan kita, bahwa kita tidak memahami "Siapa sebenarnya aku sebelum kehidupan saat ini dan akan menjadi apakah aku setelah kehidupan saat ini?" Hidup adalah suatu kesinambungan. Itulah ilmu pengetahuan spiritual. Tapi mereka juga bahkan tidak memahami bahwa hidup adalah suatu kesinambungan. Mereka berpikir, "Secara kebetulan, aku mendapatkan kehidupan ini, dan kehidupan ini akan berakhir setelah kematian. Tidak ada yang namanya masa lalu, masa sekarang atau masa depan. Ayo kita menikmati." Inilah yang disebut sebagai kebodohan, tamasā, suatu kehidupan yang tidak bertanggung jawab. Jadi ajñaḥ. Ajñaḥ berarti orang yang tidak memiliki pengetahuan. Dan siapa yang tidak memiliki pengetahuan? Sekarang, tamasā. Yaitu mereka yang berada di dalam sifat kebodohan. Ada tiga jenis sifat alam material, yaitu : sattva, raja, tamas. Sattva-guṇa berarti segala sesuatunya jelas, prakāśa. Sama seperti saat ini ketika langit ditutupi oleh awan, sinar matahari tidak nampak. Akan tetapi di atas awan terdapat sinar matahari, segala sesuatunya nampak jelas. Dan di dalam awan, tidak ada kejelasan. Demikian pula halnya, mereka yang berada di dalam sattva-guṇa, maka bagi mereka segala sesuatunya nampak jelas, dan mereka yang berada di dalam tamo-guṇa, segala sesuatunya ada dalam kegelapan, dan mereka yang ada di antara ke dua sifat tersebut, bukan sattva-guṇa, bukan tamo-guṇa, namun berada di antaranya, maka mereka disebut rajo-guṇa. Tiga macam guṇa. Tamasā. Mereka hanya tertarik kepada badan mereka saat ini, tidak memperdulikan apa yang akan terjadi, dan tidak memiliki pengetahuan mengenai siapa ia sebelumnya.Terdapat tempat lain yang dijelaskan sebagai berikut : nūnaṁ pramattaḥ kurute vikrama (SB 5.5.4) Pramattaḥ, bagaikan orang yang tidak waras. Ia tidak memahami mengapa ia telah menjadi tidak waras. Ia lupa. Dan melalui kegiatannya, ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Orang-orang yang tidak waras.

Jadi peradaban ini, peradaban modern ini, adalah seperti peradaban orang yang tidak waras. Mereka tidak memiliki pengetahuan tentang kehidupan masa lalu, dan mereka juga tidak tertarik pada kehidupan masa yang akan datang. Nūnaṁ pramattaḥ kurute vikrama (SB 5.5.4) Dan mereka menjadi disibukkan dalam kegiatan berdosa karena mereka tidak memiliki pengetahuan tentang kehidupan masa lalu. Sama seperti halnya seekor anjing. Ia tidak mengetahui mengapa ia telah menjadi anjing dan apa yang akan dimilikinya kemudian? Jadi seekor anjing mungkin telah menjadi seorang perdana menteri di dalam kehidupanan masa lalunya, akan tetapi ketika ia mendapatkan kehidupan sebagai seekor anjing, ia lupa akan hal itu. Itu adalah salah satu pengaruh lain dari māyā. Prakṣepātmikā-sakti, āvaraṇātmikā-sakti. Māyā memiliki dua kekuatan. Jika seseorang yang karena kegiatan berdosa masa lalunya telah menjadi seekor anjing, dan jika ia ingat bahwa "Dulu aku adalah perdana menteri, sekarang aku telah menjadi anjing," maka akan mustahil baginya untuk hidup. Oleh karena itu māyā menutupi pengetahuannya. Mṛtyu. Mṛtyu berarti melupakan segala sesuatunya. Itulah yang disebut sebagai mṛtyu. Jadi, kita mendapatkan pengalaman setiap hari dan setiap malam. Ketika pada malam hari kita bermimpi di dalam suatu suasana yang terpisah, di dalam suatu kehidupan yang terpisah, maka kita lupa akan badan ini, bahwa "Aku sedang berbaring. Badanku sedang berbaring di dalam sebuah apartemen yang sangat bagus, tempat tidur yang sangat bagus." Tidak. Misalkan ia sedang mundar-mandir di jalan atau dia sedang berada di sebuah bukit. Jadi ia sedang memperhatikan, di dalam mimpi, ia sedang memperhatikan ... Setiap orang, kita hanya memperhatikan badan itu saja. Kita melupakan badan masa lalu. Jadi ini adalah kebodohan. Jadi inilah kebodohan, semakin kita meningkatkan diri kita dari kebodohan kepada pengetahuan, maka itu merupakan keberhasilan dalam kehidupan. Dan jika kita tetap membiarkan diri kita ada di dalam kebodohan, maka itu bukanlah suatu keberhasilan. Itu merupakan gangguan atas kehidupan. Jadi gerakan kesadaran Kṛṣṇa kita adalah untuk meningkatkan seseorang dari kebodohan menuju pada pengetahuan. Itulah skema keseluruhan dari kesusateraan Veda : untuk membebaskan seseorang. Kṛṣṇa mengatakan dalam Bhagavad-gītā mengenai para penyembah - tidak untuk semua orang - teṣāṁ ahaṁ samuddhartā mṛtyu-saṁsāra-sāgarāt (BG 12.6-7) Yang lainnya :

teṣāṁ evānukampārtham
aham ajñāna-jaṁ tamaḥ
nāśayāmy ātma-bhāva-stho
jñāna-dīpena bhāsvatā
(BG 10.11)

Untuk hal yang khusus, untuk para penyembah ... Beliau ada di dalam hati setiap orang, tetapi seorang penyembah yang mencoba memahami Krsna, maka Beliau membantu. Beliau membantu. Bagi mereka yang bukan penyembah, mereka tidak memiliki keperdulian terhadap hal itu ... Mereka bagaikan binatang - makan, tidur, kehidupan seks serta pembelaan diri. Mereka tidak perduli pada apapun, untuk memahami Tuhan atau memahami hubungannya dengan Tuhan. Bagi mereka, mereka berpikir bahwa Tuhan itu tidak ada, dan Kṛṣṇa dengan begitu juga mengatakan, "Ya, Tuhan itu tidak ada. Jadi kamu tidur sajalah." Oleh karena itu sat-saṅga diperlukan. Sat-saṅga ini, satāṁ prasaṅgāt. Melalui pergaulan dengan para penyembah, kita membangunkan rasa ingin tahu kita tentang Tuhan. Oleh karena itu center diperlukan. Bukanlah tanpa adanya keperluan kita membuka begitu banyak center. Bukan. Ini adalah untuk manfaat kebaikan bagi masyarakat manusia.