ID/Prabhupada 0045 - Obyek Pengetahuan Disebut Jñeyam

Revision as of 16:19, 12 October 2018 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Lecture on BG 13.1-2 -- Paris, August 10, 1973

Prabhupāda :

prakṛtiṁ puruṣaṁ caiva
kṣetraṁ kṣetra-jñam eva ca
etad veditum icchāmi
jñānaṁ jñeyaṁ ca keśava
(BG 13.1-2)

Ini adalah kekhususan istimewa dari manusia, yaitu bahwa ia bisa memahami alam, perwujudan kosmik ini, serta menjadi penikmat dari alam, dan ia bisa menjadi sangat mahir sepenuhnya mengenai apakah obyek pengetahuan, jñeyam, itu.

Ada tiga hal, jñeyam, jñāta, dan jñāna. Obyek pengetahuan, yang memahami itu disebut jñāta, dan obyek pengetahuan disebut jñeyam. Dan proses melalui mana seseorang bisa memahaminya, itu disebut jñāna, pengetahuan. Begitu kita berbicara mengenai pengetahuan, maka akan selalu ada tiga hal : obyek pengetahuan, orang yang berusaha untuk mengetahui serta proses dengan mana obyek pengetahuan tersebut didapatkan.

Jadi beberapa dari mereka .... Seperti halnya kaum ilmuwan materialis, mereka hanya mencoba untuk mengetahui tentang prakṛti. Tetapi mereka tidak tahu tentang puruṣa. Prakṛti adalah yang dinikmati, sedangkan puruṣa. adalah yang menikmati. Pada kenyataannya sang penikmat adalah Kṛṣṇa. Beliau adalah puruṣa yang mula-mula. Hal itu diakui oleh Arjuna, puruṣaṁ śāśvatam, "Anda adalah Sang Penikmat mula-mula, puruṣam." Kṛṣṇa adalah sang penikmat dan setiap dari kita, para makhluk hidup, beserta prakṛti, alam, segalanya itu adalah untuk dinikmati oleh Kṛṣṇa. Itu semua adalah milik Kṛṣṇa ... Puruṣa yang lain adalah kita para makhluk hidup. Tapi sebenarnya kita bukanlah puruṣa. Kita adalah prakṛti juga. Kita dimaksudkan untuk dinikmati. Tetapi di dalam kondisi material ini, kita berusaha menjadi puruṣa, penikmat. Karenanya itu berarti ketika prakṛti, atau para makhluk hidup, ingin menjadi puruṣa, maka itulah yang disebut kondisi material. Jika seorang wanita mencoba menjadi seorang pria, maka hal itu bukanlah sesuatu yang wajar, sehingga demikian juga halnya dengan para makhluk hidup yang sesuai kodratnya dimaksudkan untuk dinikmati .....

Contohnya sebagaimana yang telah beberapa kali aku berikan adalah bahwa jari-jari ini sedang memegang makanan yang enak, namun pada kenyataannya jari-jari bukanlah sang penikmat. Jari-jari dapat membantu sang penikmat yang asli, yaitu sang perut. Mereka dapat mengambil makanan yang lezat dan memasukannya ke dalam mulut dan begitu makanan itu masuk ke dalam perut, yang merupakan sang penikmat yang sebenarnya, maka semua prakṛti, yaitu semua bagian tubuh, semua anggota badan, mereka semua merasakan kepuasan. Jadi sang penikmat adalah sang perut, bukanlah anggota badan lainnya.

Ada suatu cerita di dalam Hitopaniṣad, Hitopadeśa, yang merupakan sumber dari mana kisah Fable Aesop diterjemahkan. Inilah ceritanya : udarendriyānām. Udara. Udara berarti perut ini, dan indriya adalah indria-indria. Jadi inilah cerita mengenai udarendriyānām. Indria-indria, semua indria bertemu dalam suatu pertemuan. Mereka berkata, "Kita ini sibuk bekerja, sibuk merasakan...."

(berbisik :) Mengapa ini terbuka?

"Kita ini sibuk bekerja." Sang kaki berkata, "Ya, benar, aku berjalan sepanjang hari." Sang tangan berkata, "Ya, aku bekerja sepanjang hari, kemanapun badan ini berkata, 'Datanglah ke sini dan ambilah makanan ini,' lalu aku membawa makanan itu. Dan aku juga memasak." Lalu sang mata, mereka berkata bahwa, "Aku melihat." Semua anggota badan, di sepanjang tubuh ini, mereka melakukan pemogokan bahwa, "Kita tidak mau melakukan pekerjaan apapun lagi bagi sang perut yang kerjanya hanya makan saja. Kita semua bekerja, dan sang perut itu, ia hanya makan saja." Lalu terjadilah pemogokan ..... seperti halnya antara sang pemilik modal dengan para pekerja. Para pekerja melakukan pemogokan, tidak ada yang bekerja lagi. Maka semua anggota badan, bagian-bagian dari tubuh, mereka lalu melakukan pemogokan dan sesudah dua, tiga hari, ketika mereka saling bertemu kembali, mereka saling bertanya di antara mereka sendiri, "Mengapa kita menjadi begitu lemah? Kita tidak bisa bekerja sekarang." Sang kaki juga berkata, "Ya, aku merasa sangat lemah." Sang tangan juga merasa lemah, semuanya merasa seperti itu. Jadi apa sebenarnya penyebabnya? Penyebabnya ...... Sang perut kemudian berkata, "Itu karena aku tidak makan. Jadi jika kamu ingin tetap kuat, maka kamu harus memberiku makan. Jika tidak maka inilah yang terjadi ....... Jadi akulah sang penikmat, kalian semua bukanlah sang penikmat. Kalian dimaksudkan untuk menyediakan segala sesuatu bagi kenikmatanku. Itulah kedudukan kalian." Jadi mereka memahami itu, "Benar, kami tidak bisa menikmati secara langsung. Itu mustahil."

Kenikmatan hanya bisa diperoleh melalui sang perut. Coba ambilah satu rasagullā, dan kamu, jari-jari, kamu tidak akan bisa menikmatinya. Kamu berikan itu pada mulut, dan ketika itu masuk ke dalam perut, maka dengan segera timbullah energi. Dan sesudahnya, bukan hanya jari-jari yang menikmati, akan tetapi mata, semua bagian, semuanya merasakan kepuasan serta juga kekuatan. Sama juga halnya, sang penikmat sejati adalah Kṛṣṇa. Kṛṣṇa berkata :

bhoktāraṁ yajña-tapasāṁ
sarva-loka-maheśvaram
suhṛdaṁ sarva-bhūtānāṁ
jñātvā māṁ śāntim ṛcchati
(BG 5.29)