ID/Prabhupada 0050 - Mereka Tidak Memahami Apakah Kehidupan Berikutnya Itu

Revision as of 05:31, 23 September 2016 by Gusti (talk | contribs) (Created page with "<!-- BEGIN CATEGORY LIST --> Category:1080 Indonesian Pages with Videos Category:Prabhupada 0050 - in all Languages Category:ID-Quotes - 1972 Category:ID-Quotes...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Invalid source, must be from amazon or causelessmery.com

Lecture on BG 16.5 -- Calcutta, February 23, 1972

Alam, atas perintah Kṛṣṇa, memberi kita kesempatan, memberi kita kesempatan untuk keluar dari jeratan kelahiran dan kematian : janma-mṛtyu-jarā-vyādhi duḥkha-doṣānudarśanam (BG 13.9). Seseorang seharusnya menjadi cerdas untuk memahami masalah-masalah atas empat hal yang timbul dari kehidupan : janma-mṛtyu-jarā-vyādhi. Itulah keseluruhan dari sistem Veda - bagaimana caranya untuk keluar dari semua cengkeraman ini. Akan tetapi ia diberi kesempatan dengan, "Kamu lakukan ini, kamu lakukan itu, kamu lakukan itu," dengan cara melakukan kehidupan yang teratur, maka pada akhirnya ia bisa keluar dari sana.

Karenanya Bhagavān berkata, daivī sampad vimokṣāya (BG 16.5). Jika kamu mengembangkan daivī sampat, sifat-sifat seperti ini, yang diuraikan sebagai berikut - ahiṁsā, sattva-saṁśuddhiḥ, ahiṁsā, ada banyak hal - maka kemudian kamu akan bisa ke luar, vimokṣāya. Sayang sekali, peradaban modern, mereka ini tidak memahami apa itu vimokṣāya. Mereka benar-benar buta. Mereka tidak tahu bahwa ada suatu kedudukan yang disebut sebagai vimokṣāya. Mereka tidak mengetahuinya. Mereka tidak tahu apa itu kehidupan berikutnya. Tidak ada sistem pengajaran. Aku sudah berkeliling ke seluruh dunia. Tidak ada satupun lembaga yang dimaksudkan bagi pemberian pengajaran mengenai transmigrasi sang jiwa, bagaimana seseorang bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Tetapi mereka tidak mempercayai itu. Mereka tidak memiliki pengetahuan. Ini adalah āsurī sampat. Itu akan diuraikan di sini : pravṛttiṁ ca nivṛttiṁ ca janā na vidur āsurāḥ. Pravṛttim. Pravṛttim berarti ketertarikan atau keterikatan. Di dalam jenis kegiatan apa kita seharusnya terikat, dan pada jenis kegiatan apa kita seharusnya terlepas, itu yang mereka, para asura, tidak pahami. Pravṛttiṁ ca nivṛttiṁ ca.

pravṛttiṁ ca nivṛttiṁ ca
janā na vidur āsuraḥ
na śaucaṁ nāpi cācāro
na satyaṁ teṣu vidyate
(BG 16.7)

Inilah para asura itu. Mereka tidak tahu bagaimana kehidupan mereka seharusnya diarahkan, dan ke arah mana seharusnya kehidupan diarahkan. Itu disebut sebagai pravṛtti. Dan kehidupan seperti apa yang seharusnya mereka lepaskan, mereka hentikan, itu disebut nivṛtti. Pravṛttis tu jīvātmana. Itu salah satunya lagi. Bhunam. Nivṛttis tu mahāphalām. Seluruh śāstra, seluruh petunjuk Veda adalah diperuntukkan kepada pravṛtti-nirvṛtti. Mereka sedang berlatih secara bertahap. Seperti halnya : Loke vyavāyāmiṣa-madya-sevā nityā sujantoḥ. Suatu makhluk hidup memiliki kecenderungan alamiah pada vyavāya, kehidupan seksual, lalu pada madya sevāḥ, mabuk-mabukan ; āmiṣa sevāḥ, makan daging. Terdapat suatu naluri alamiah. Akan tetapi para asura, mereka tidak berusaha menghentikan hal itu. Mereka justru ingin meningkatkan itu. Itulah kehidupan asura. Aku memiliki suatu penyakit. Jika aku ingin menyembuhkan penyakit itu, maka dokter memberiku resep dan bahwa, "Anda tidak boleh mengkonsumsi ini atau itu." Seperti pasien diabetes. Ia dilarang, "Jangan mengkonsumsi gula, jangan mengkonsumsi tepung." Nivṛtti. Sama halya, śāstra memeberi kita pengarahan bahwa kamu seharusnya menerima hal-hal ini dan kamu seharusnya tidak menerima hal-hal ini, śāstra. Seperti di dalam masyarakat kita, kita telah mengambil nivṛtti serta pravṛtti yang paling penting. Pravṛtti...... Kita memerintahkan murid-murid kita, "Tidak ada kehidupan seks yang terlarang, tidak ada makan daging atau āmiṣa-sevā." Āmiṣa-sevā nityā sujantoḥ. Namun śāstra mengatakan bahwa jika kamu bisa menghentikan, nivṛttis tu mahāphalām, maka kehidupanmu menjadi berhasil. Tetapi kita belum siap. Jika kamu belum siap untuk menerima pravṛtti dan untuk tidak menerima nivṛtti, maka seseorang itu harus tahu nahwa ia adalah seorang asura. Kṛṣṇa berkata di sini, pravṛttiṁ ca nivṛttiṁ ca janā na vidur āsurāḥ (BG 16.7). Mereka tidak bisa..."Oh, apa itu sebenarnya?" Mereka berkata lagi, bahkan para swamī yang terkenalpun akan berkata, "Oh, apa yang salah dengan hal itu? Kamu bisa makan apapun. Itu tidak apa-apa. Kamu boleh melakukan apapun. Hanya kamu berikan aku bayaran, dan aku akan berikan padamu beberapa mantra khusus." Dan hal-hal seperti ini sedang berlangsung.