ID/Prabhupada 0073 - Vaikuṇṭha Berarti Tanpa Kecemasan

Revision as of 16:24, 12 October 2018 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Lecture on BG 10.2-3 -- New York, January 1, 1967

Bukanlah berarti bahwa hanya di dalam pergaulan di sini kamu harus melaksanakan hal-hal ini. Kamu bisa mempelajari seni ini, dan kamu bisa memilikinya di rumahmu. Kamu juga bisa mempersiapkan pengaturan seperti ini, pengaturan yang bagus, di rumahmu, dan mempersembahkannya kepada Kṛṣṇa. Itu tidaklah terlalu sulit. Kami mempersiapkan dan mempersembahkan kepada Kṛṣṇa setiap hari dan kemudian mengucapkan mantra,

namo brahmaṇya-devāya
go-brāhmaṇa-hitāya ca
jagad-dhitāya kṛṣṇāya
govindāya namo namaḥ

Itu saja. Tidaklah terlalu sulit. Setiap orang bisa mempersiapkan makanan dan mempersembahkan kepada Kṛṣṇa, dan kemudian menerimanya, dan kemudian bersama-sama dengan anggota keluarga atau para teman, kamu bisa duduk dan kemudian berjapa di hadapan gambar Kṛṣṇa,

Hare Kṛṣṇa Hare Kṛṣṇa Kṛṣṇa Kṛṣṇa Hare Hare
Hare Rāma Hare Rāma Rāma Rāma Hare Hare

kemudian hidup di dalam kehidupan yang murni. Lihatlah hasilnya nanti. Jika setiap rumah , setiap orang, melaksanakan prinsip pemahaman atas Kṛṣṇa ini, maka semuanya akan menjadi.... Seluruh dunia akan menjadi Vaikuṇṭha. Vaikuṇṭha berarti di mana tidak terdapat kecemasan. Vaikuṇṭha. Vai berarti tanpa, dan kuṇṭha berarti kecemasan. Dunia ini penuh dengan kecemasan. Sadā samudvigna-dhiyām asad-grahāt (SB 7.5.5). Karena kita telah menerima keberadaan sementara dari kehidupan material ini, karenanya kita selalu dibebani dengan kecemasan. Hal yang sebaliknya ada di dalam dunia spiritual, di mana para planetnya disebut sebagai Vaikuṇṭha. Vaikuṇṭha berarti tanpa kecemasan.

Kita ingin menjadi bebas dari kecemasan. Setiap orang berusaha untuk menjadikan dirinya bebas dari kecemasan, namun ia tidak memahami bagaimana caranya untuk keluar dari kecemasan ini. Mencari perlindungan dengan cara bermabuk-mabukan tidaklah menjadikan seseorang bebas dari kecemasan. Itu adalah semacam obat. Itu suatu pelupaan saja. Kadang-kadang, untuk beberapa waktu kita melupakan segala sesuatu, namun begitu kamu mendapatkan kesadaranmu, maka kecemasan serta segala sesuatu yang sama tadi akan kembali ada di sana lagi. Jadi ini tidak akan membantumu.

Jika kamu ingin menjadi bebas dari kecemasan dan jika kamu benar-benar menginginkan kehidupan kekal yang penuh kebahagiaan serta pengetahuan, maka inilah prosesnya. Inilah prosesnya. Kamu harus memahami Kṛṣṇa. Di sini dengan jelas dinyatakan bahwa : na me viduḥ sura-gaṇāḥ (BG 10.2). Tidak seorangpan bisa memahami. Akan tetapi ada suatu cara. Sevonmukhe hi jihvādau svayam eva sphuraty adaḥ (Brs. 1.2.234). Inilah prosesnya. Ada beberapa tempat di dalam Śrīmad-Bhāgavatam di mana proses-proses ini diuraikan di dalam berbagai cara yang berbeda. Seperti halnya di suatu tempat hal itu dinyatakan sebagai :

jñāne prayāsam udapāsya namanta eva
jīvanti san-mukharitāṁ bhavadīya-vārtām
sthāne sthitāḥ śruti-gatāṁ tanu-vāṅ-manobhir
ye prāyaśo 'jita jito 'py asi tais tri-lokyām
(SB 10.14.3)

Itu adalah sloka yang sangat bagus sekali. Dikatakan bahwa ajita, tidak seorangpun yang memahami. Nama lain Tuhan adalah Ajita. Ajita berarti tidak seorangpun dapat menaklukanNya. Tidak seorangpun dapat mencapaiNya. Karenanya namaNya adalah Ajita. Jadi Ajita menjadi ditaklukkan. Ajita jito 'py asi. Walaupu Tuhan tidak bisa dipahami, Tuhan tidak tertaklukkan, akan tetapi, Beliau masih bisa ditaklukkan. Bagaimana caranya? Sthāne sthitāḥ.