ID/Prabhupada 0074 - Mengapa Kamu Harus Memakan Binatang?

Revision as of 16:24, 12 October 2018 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Lecture on BG 4.21 -- Bombay, April 10, 1974

Segala sesuatu diuraikan di dalam Bhagavad-gītā. Bhagavad-gītā tidak menyatakan bahwa, "Kamu hidup dengan cara menghirup serta menghembuskan udara." Tidak. Bhagavad-gītā berkata, annād bhavanti bhūtāni (BG 3.14). Anna. Anna berati makanan yang berupa biji-bijian. Jadi ada kebutuhan akan makanan yang berupa biji-bijian. Annād bhavanti bhūtāni. Bhagavad-gītā tidak pernah menyatakan bahwa, "Kamu tidak perlu makan. Cukup hanya dengan bernafas serta melaksanakan yoga saja." Tidak. Akan tetapi kita harus makan secukupnya, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Itu yang disarankan. Yuktāhāra-vihārasya. Kita tidak boleh makan terlalu banyak, juga tidak boleh makan terlalu sedikit. Dan nirāśīḥ. Nirāśīḥ berarti tanpa adanya keinginan untuk pemborosan. Sekarang kita menginginkan pemuasan atas indria-indria secara berlebihan dan berlebihan lagi. Itu adalah hal yang tidak dikehendaki. Jika kamu menginginkan kesempurnaan atas kehidupan, maka hal ini disebut sebagai tapasya.

Seseorang memiliki keinginan, tetapi ia tidak seharusnya menginginkan secara tidak semestinya. Setiap orang memiliki keinginan untuk makan, bahkan para binatangpun memiliki keinginan seperti itu. Setiap orang memiliki hak atas itu. Akan tetapi karena kita ingin untuk menikmati secara lebih lagi, maka karenanya kita tidak memberikan kesempatan kepada para binatang untuk hidup dengan pantas ; tetapi agaknya, kita selalu berusaha untuk memakan mereka. Ini bukanlah hal yang diperlukan. Ini yang disebut sebagai nirāśīḥ. Mengapa kamu harus memakan binatang? Itu adalah kehidupan yang tidak beradab. Ketika makanan tidak tersedia, dan jika mereka adalah kaum aborigin, maka mungkin mereka memakan binatang, karena mereka tidak mengetahui bagaimana caranya menanam makanan. Akan tetapi masyarakat manusia sudah menjadi beradab, ia bisa menanam makanan yang enak-enak, ia bisa memelihara sapi, dan bukannya memakan sapi. Ia bisa mendapatkan susu, susu yang sangat mencukupi. Kita bisa membuat berbagai macam makanan olahan dari susu dan biji-bijian. Jadi kita tidak seharusnya menginginkan yang tidak semestinya untuk menikmati secara berlebih.

Jadi dikatakan di sini, kurvan nāpnoti kilbiṣam. Kilbiṣam berarti hasil kegiatan atas kehidupan berdosa. Kilbiṣam. Jadi jika kita tidak menginginkan lebih dari yang kita butuhkan, maka kita tidak akan tersangkut-paut, terlibat di dalam kegiatan berdosa, kurvan api, meskipun ia disibukkan di dalam pekerjaan. Ketika kamu sedang bekerja, secara sadar ataupu tidak sadar, kamu telah melakukan sesuatu yang tidak saleh, bahkan penuh dengan dosa, tetapi jika kamu hanya menginginkan hidup secara sepantasnya saja, maka kurvan nāpnoti kilbiṣam. Kehidupan kita seharusnya adalah tanpa adanya reaksi dosa. Jika tidak maka kita akan harus menderita. Tetapi mereka tidak mempercayainya, meskipun mereka melihat begitu banyak kehidupan yang mengerikan. Dari mana mereka, ke 8.400.000 spesies kehidupan, itu muncul? Ada begitu banyak kehidupan yang menjalani hidup dengan kondisi yang sangat mengerikan. Tentu saja, para binatang serta para makhluk hidup itu tidak memahaminya, tetapi kita umat manusia, kita seharusnya memahami mengapa ada kehidupan yang mengerikan ini. Inilah khayalan dari māyā.

Bahkan satu kehidupan itu, seperti halnya seekor babi yang hidup di dalam lingkungan yang sangat kotor dan menjijikkan, dengan memakan kotoran, dan tetap saja, ia berpikir bahwa ia sangat berbahagia, dan karenanya ia semakin bertambah gemuk. Jika seseorang merasa berbahagia, " Aku sangat berbahagia," Ia menjadi gemuk. Jadi kamu sudah melihat babi-babi ini, mereka semua sangatlah gemuk, tapi apakah yang mereka makan? Mereka makan kotoran dan tinggal di tempat yang sangat menjijikkan. Tetapi mereka berpikir bahwa,"kami sangat berbahagia." Jadi itulah khayalan dari māyā. Setiap orang yang hidup di dalam suatu kondisi kehidupan yang sangat mengerikan, māyā, melalui khayalannya, membuatnya berpikir bahwa ia baik-baik saja, bahwa ia sedang hidup dengan sangat sempurna. Akan tetapi seorang manusia yang berada pada kedudukan yang lebih tinggi, ia melihat bahwa para babi tadi sedang hidup di dalam suatu kondisi kehidupan yang sangat mengerikan.

Jadi khayalan ini ada, tetapi melalui pengetahuan, melalui pergaulan yang benar, melalui petunjuk dari śāstra, dari guru, dari para orang suci, maka seseorang harus memahami apa sebenarnya nilai dari kehidupan dan kemudian hidup sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Jadi inilah yang diperintahkan oleh Kṛṣṇa, bahwa nirāśīḥ, seseorang tidak seharusnya berkeinginan yang tidak semestinya, melebihi kebutuhan dari kehidupannya. Inilah yang disebut sebagai nirāśīḥ. Nirāśīḥ. Arti lain adalah bahwa tidak terlalu menyukai kenikmatan material. Dan itu memungkinkan ketika ia dipenuhi dengan pengetahuan bahwa, "Aku bukanlah badan ini. Aku adalah jiwa. Kebutuhanku adalah bagaimana caranya untuk maju di dalam pengetahuan spiritual." Maka kemudian ia menjadi nirāśīḥ. Ini adalah hal-hal yang diperuntukkan bagi tapasya, pertapaan serta penebusan dosa.

Saat ini orang-orang telah lupa. Mereka tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan pertapaan. Tetapi kehidupan manusia dimaksudkan untuk tujuan tersebut. Tapo divyaṁ putrakā yena śuddhyet sattvaṁ yena brahma-saukhyam anantam (SB 5.5.1). Ini adalah petunjuk dari śāstra. Kehidupan manusia dimaksudkan untuk tapasya. Dan tapasya...

Karenanya di dalam jalan hidup Veda, awal dari kehidupan adalah tapasya, brahmacārī, brahmacārī. Seorang murid akan dikirim ke suatu gurukula untuk melaksanakan brahmacārya. Inilah tapasya, suatu kehidupan yang tidak terlalu nyaman. Tidur di lantai, pergi dari pintu kepintu untuk meminta sedekah bagi guru. Tetapi mereka tidaklah merasa lelah. Karena mereka masih anak-anak, dan jika mereka dilatih melalui pertapaan seperti ini, mereka menjadi terbiasa. Mereka selalu memanggil setiap wanita dengan, "Ibu." "Ibu mohon beri kami sedikit sedekah." Dan mereka kembali ke kediaman guru. Segala sesuatu adalah milik guru. Inilah kehidupan brahmacārī. Inilah tapasya. Tapo divyam SB 5.5.1). Inilah peradaban Veda, di mana anak-anak seharusnya sudah semenjak awal masa kehidupannya di latih di dalam tapasya, brahmacārya. Selibat. Seorang brahmacārī tidak boleh bertemu dengan seorang wanita muda manapun. Bahkan jika istri dari guru masih berusia muda, maka ia tidak boleh bertemu dengan istri guru. Ini adalah larangan. Saat ini di manakah terdapat brahmacārya? Tidak ada brahmacārī. Ini adalah Kali-yuga. Tidak ada tapasya.