ID/Prabhupada 0100 - Kita Terhubung Secara Kekal Dengan Kṛṣṇa

Revision as of 16:28, 12 October 2018 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Lecture on SB 6.1.8 -- New York, July 22, 1971

Kita terhubung dengan Kṛṣṇa secara kekal. Saat ini hal tersebut hanya sedang terlupakan, sedang tertekan. Karenanya kita berpikir bahwa kita tidak memiliki hubungan dengan Kṛṣṇa. Tetapi itu bukanlah kenyataannya. Karena kita adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Kṛṣṇa, maka hubungan tersebut adalah kekal. Kita hanya harus menghidupkannya kembali. Itulah kesadaran Kṛṣṇa. Kesadaran Kṛṣṇa berarti......Saat ini kita sedang berada di dalam kesadaran yang berbeda. Aku berpikir bahwa aku orang India. Seseorang berpikir, "Aku orang Amerika." Seseorang lagi berpikir, "Aku ini, aku itu." Tetapi pemikiran yang sebenarnya seharusnya adalah, "Aku adalah milik Kṛṣṇa." Itulah kesadaran Kṛṣṇa. "Aku adalah milik Kṛṣṇa." Dan di dalam hubungan kesadaran Kṛṣṇa, karena Kṛṣṇa adalah diperuntukkan bagi setiap orang, maka aku juga menjadi milik setiap orang. Cobalah untuk memahami. Di India, sistem yang ada adalah bahwa ketika seorang gadis menikah dengan seorang pemuda, maka, di negaramu juga, di manapun, sistemnya adalah sama. Seperti halnya keponakan sang pemuda memanggil sang gadis tadi dengan sebutan "Bibi.' Sekarang, bagaimana sang gadis tadi bisa menjadi seorang bibi? Karena, terkait pada hubungan dengan suaminya. Sebelum pernikahan, ia bukanlah seorang bibi, tetapi begitu ia terhubungkan dengan suaminya, maka keponakan dari suaminya itu menjadi keponakannya. Cobalah untuk memahami contoh ini. Sama halnya, jika kita menegakkan kembali hubungan kita, atau hubungan sejati kita dengan Kṛṣṇa, dan Kṛṣṇa adalah diperuntukkan bagi setiap orang, maka dengan demikian akupun menjadi diperuntukkan bagi setiap orang. Itulah cinta universal yang sejati. Cinta universal buatan yang hanya sekedar namanya saja, tidak bisa ditegakkan kecuali jika kamu telah menegakkan hubunganmu dengan sang titik pusat. Seperti misalnya jika kamu adalah orang Amerika. Mengapa? Karena kamu dilahirkan di tanah itu. Maka orang Amerika lainnya adalah anggota dari negaramu, tetapi jika kamu menjadi sesuatu yang lain, maka kamu tidak memiliki hubungan dengan orang Amerika lainnya. Jadi kita harus menegakkan kembali hubungan kita dengan Kṛṣṇa. Maka hal-hal mengenai persaudaraan universal, keadilan, kedamaian dan kemakmuran akan datang. Jika tidak, maka semuanya akan mustahil. Karena titik pusatnya tidak ada. Bagaimana akan bisa terdapat keadilan dan kedamaian? Itu mustahil.

Karenanya di dalam Bhagavad-gītā, rumus perdamaian telah diberikan. Rumus perdamaiannya adalah bahwa seseorang seharusnya memahami bahwa hanya Kṛṣṇalah yang menjadi sang penikmat. Seperti halnya di temple ini, titik pusat kita adalah Kṛṣṇa. Jika kita memasak, maka itu adalah untuk Kṛṣṇa, bukan berarti bahwa kita memasak untuk keperluan kita sendiri. Pada akhirnya, meskipun kita akan memakan prasādam tersebut, tetapi ketika kita memasak, kita tidak berpikir bahwa kita sedang memasak untuk diri kita sendiri. Kita sedang memasak untuk Kṛṣṇa. Ketika kamu pergi ke luar untuk mengumpulkan donasi, bukanlah berarti bahwa orang-orang ada di dalam kelompok yang sedang melakukan kīrtana, mereka memiliki kepentingan pribadi. Tidak. Mereka sedang mengumpulkan donasi, atau mereka sedang mendistribusikan buku-buku, demi Kṛṣṇa, untuk menjadikan orang-orang berkesadaran Kṛṣṇa. Dan berapapun hasil donasi yang diperoleh, semua itu dibelanjakan untuk Kṛṣṇa. Jadi dengan begitu, ketika kita melaksanakan sistem kehidupan ini, segala sesuatu untuk Kṛṣṇa, maka itulah kesadaran Kṛṣṇa. Hal yang sama, apa yang sedang kita lakukan sekarang, itu harus tetap kita lakukan. Kita hanya harus merubah kesadarannya saja bahwa, "Aku melakukannya untuk Kṛṣṇa, bukan untuk diriku." Dengan begitu, jika kita mengembangkan kesadaran Kṛṣṇa, maka kita akan mencapai kesadaran sejati. Dan kemudian kita menjadi berbahagia.

Kecuali kita sudah mencapai kesadaran sejati, maka sebenarnya kita sedang tidak waras di dalam berbagai tingkatan yang berbeda-beda. Setiap orang yang tidak berkesadaran Kṛṣṇa, maka ia dianggap sebagai tidak waras, karena ia sedang berbicara pada suatu tataran yang bersifat sementara, yang tidak tetap. Tataran itu akan tamat. Akan tetapi kita, sebagai makhluk hidup, kita kekal. Jadi urusan yang bersifat sementara bukanlah urusan kita. Urusan kita seharusnya bersifat kekal karena kita juga bersifat kekal. Dan urusan yang bersifat kekal itu adalah bagaimana caranya untuk melayani Kṛṣṇa. Seperti halnya jari-jari adalah bagian yang tidak terpisahkan dari badanku, tetapi urusan kekal jari-jari adalah untuk bagaimana caranya melayani badan ini, itu saja. Dalam hal ini, tidak ada urusan lain. Dan itulah keadaan yang sehat bagi jari-jari Jika ia tidak melayani seluruh badan, maka itu berati ia ada dalam kondisi sakit. Sama halnya, Kṛṣṇa bersifat kekal ; kita juga bersifat kekal. Nityo nityānāṁ cetanaś cetanānām. (Kaṭha Upaniṣad 2.2.13). Ini adalah petunjuk Veda. Sang kekal yang utama adalah Śrī Kṛṣṇa, dan kita juga kekal. Kita bukanlah yang utama, kita adalah bawahan. Nityo nityānāṁ cetanaś cetanānām. Beliaulah makhluk hidup yang utama, dan kita adalah makhluk hidup bawahan. Eko bahūnāṁ yo vidadhāti kāmān. Makhluk hidup yang satu itu, sang satu yang kekal itu, Beliau sedang menyediakan semua keperluan hidup dari begitu banyak makhluk-makhluk kekal lainnya. Eko bahūnām, makhluk hidup yang tidak terhingga jumlahnya. Kamu tidak dapat menghitungnya. Bahūnām. Ini adalah hubungan kita. Jadi sebagai bagian yang tidak terpisahkan, kita harus melayani Kṛṣṇa, dan kita merupakan para bawahan. Beliau sedang menyediakan semua keperluan kita. Beliau adalah Ayah Yang Utama. Kehidupan yang seperti ini merupakan kehidupan yang normal serta bebas. Kehidupan lain apapun selain kehidupan seperti ini, yang melampaui gambaran dari kesadaran Kṛṣṇa, maka itu merupakan kehidupan berdosa.