ID/Prabhupada 0124 - Kita Seharusnya Menerima Kata-kata Dari Guru Kerohanian Sebagai Hidup Dan Jiwa Kita

Revision as of 16:32, 12 October 2018 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


His Divine Grace Srila Bhaktisiddhanta Sarasvati Gosvami Prabhupada's Disappearance Day, Lecture -- Los Angeles, December 9, 1968

Jadi, selama hidupnya beliau adalah akhaṇḍa brahmacārī. Bhaktivinoda Ṭhākura memiliki banyak anak laki-laki, dan beliau adalah anak laki-laki yang ke lima. Dan beberapa saudara laki-lakinya, mereka juga tidak menikah. Dan Guru Mahārājaku, beliau juga tidak menikah. Sejak dari masa kanak-kanak, beliau adalah seorang brahmacārī yang tegas, Bhaktisiddhānta Sarasvatī Gosvāmī Mahārāja. Dan beliau menjalani pertapaan yang sangat berat untuk memulai gerakan ini, gerakan yang mendunia. Itulah misi beliau. Bhaktivinoda Ṭhākura menginginkannya untuk melakukan itu. Kemudian pada tahun 1896 beliau, Bhaktivinoda Ṭhākura, ingin memperkenalkan gerakan kesadaran Kṛṣṇa ini dengan cara menirimkan buku ini, Shree Chaitanya Mahāprabhu, Kehidupan serta petunjuk-petunjukNya. Mujurnya, tahun itu merupakan tahun kelahiranku, dan atas pengaturan Kṛṣṇa, kami dihubungkan. Aku dilahirkan di dalam keluarga yang berbeda, Guru Mahārājaku dilahirkan di dalam keluarga yang berbeda. Siapa yang mengetahui bahwa aku akan datang ke dalam perlindungannya? Siapa yang mengetahui bahwa aku akan pergi ke Amerika? Siapa yang mengetahui bahwa kalian, para pemuda Amerika, akan datang kepadaku? Ini semua adalah pengaturan Kṛṣṇa. Kita tidak bisa memahami bagaimana semuanya akan terjadi.

Pada tahun 1936 ....Hari ini adalah tanggal sembilan Desember tahun 1938 (68). Itu berarti tigapuluh dua tahun yang lalu. Di Bombay, saat itu aku sedang melakukan usahaku. Tiba-tiba, mungkin pada tanggal ini, pada sekitar antara tanggal 9 atau 10 Desember. Saat itu, Guru Mahārāja sedang agak kurang sehat, dan beliau tinggal di Jagannātha Purī, di pinggiran pantai. Jadi aku menulis surat kepadanya. "Guru yang baik, para murid anda yang lain, baik yang brahmacārī maupun sannyāsī, mereka memberikan pelayanan langsung kepada anda. Dan saya adalah seorang yang berumah tangga. Saya tidak bisa tinggal bersama anda, saya tidak bisa melayani anda dengan baik. Jadi saya tidak tahu. Bagaimana saya bisa melayani anda?" Hanya sebuah gagasan, di mana aku berpikir untuk melayani beliau, "Bagaimana aku bisa melayaninya dengan serius?" Jadi, surat balasannya tertanggal 13 Desember 1936. Di dalam surat itu beliau menulis, "Muridku yang baik, ini dan itu...., aku sangat senang menerima suratmu. Aku pikir kamu seharusnya mencoba untuk mendorong gerakan kita dengan mempergunakan bahasa Inggris." Itulah yang ditulisnya. "Dan itu akan menjadikan kebaikan bagimu serta bagi orang-orang yang akan menolongmu." "Dan aku berharap..." Itulah petunjuknya.

Dan kemudian pada tahu 1936, pada tanggal 31 Desember - itu berarti hanya dua minggu sesudah menulis surat ini - beliau meninggal dunia. Tetapi aku menerima perintah dari guru kerohanianku itu dengan sangat serius, tetapi aku tidak pernah berpikir bahwa aku akan harus melakukan hal seperti ini atau seperti itu. Saat itu aku adalah seorang yang berumah tangga. Tetapi ini adalah pengaturan dari Kṛṣṇa. Jika kita mencoba melayani guru kerohanian, perintah-perintahnya, dengan tegas, maka Kṛṣṇa akan memberi kita semua fasilitas. Itulah rahasianya. Meskipun nampak seperti tidak ada kemungkinan untuk itu, aku tidak pernah berpikir begitu, tetapi aku menerimanya dengan sedikit serius dengan mempelajari sebuah ulasan atas Bhagavad-gītā oleh Viśvanātha Cakravartī Ṭhākura. Di dalam Bhagavad-gītā dalam sloka : vyavasāyātmikā-buddhir ekeha kuru-nandana. (BG 2.41), dalam kaitan dengan sloka itu, Viśvanātha Cakravartī Ṭhākura memberikan ulasannya bahwa kita seharusnya menerima semua kata-kata dari guru kerohanian sebagai hidup dan jiwa kita. Kita seharusnya mencoba untuk melaksanakan petunjuk itu, petunjuk tertentu dari guru kerohanian, dengan sangat teguh, tanpa memperdulikan keuntungan ataupun kerugian pribadi kita.

Jadi aku mencoba menerapkan sedikit dari semangat seperti itu. Beliau telah memberiku semua fasilitas untuk melayaninya. Segala sesuatunya telah datang hingga sampai seperti tahap yang sekarang ini, di mana dalam usia yang sudah tua ini aku harus datang ke negaramu, dan kalian juga menerima gerakan ini dengan serius, serta mencoba untuk memahaminya. Kita memiliki sejumlah buku-buku sekarang. Jadi itu adalah suatu pijakan kecil dari gerakan ini. Maka di dalam kesempatan pada perayaan berpulangnya guru kerohanianku ini, sebagaimana aku berusah untuk melaksanakan keinginannya, maka sama halnya aku akan memintamu untuk melaksanakan perintah yang sama melalui keinginanku. Aku ini seorang yang sudah tua, aku bisa meninggal setiap saat. Itu adalah hukum alam. Tidak seorangpun dapat menghentikannya. Hal seperti itu tidaklah terlalu mengejutkan, tetapi permohonanku kepadamu pada hari yang penuh kemujuran dari berpulangnya Guru Mahārājaku, adalah bahwa paling tidak sampai pada batas tertentu kamu telah memahami intisari dari gerakan kesadaran Kṛṣṇa ini. Kamu seharusnya mencoba mendorongnya untuk maju. Orang-orang sedang menderita karena kekurangan kesadaran ini.