ID/Prabhupada 0155 - Setiap Orang Sedang Berusaha Menjadi Tuhan

Revision as of 02:43, 12 July 2019 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Lecture on SB 7.6.5 -- Toronto, June 21, 1976

Sekarang, kita menemukan dari Bhagavad-gītā bahwa ada tiga kata. Sanātanaḥ, kekal, kata itu digunakan di situ. Hal yang pertama adalah jīva, para makhluk hidup ini, mereka telah diuraikan sebagai sanātanaḥ. Mamaivāṁśo jīva-bhūtaḥ jīva-loke sanātanaḥ. (BG 15.7). Kita adalah para makhluk hidup, sanātanaḥ. Bukanlah berarti bahwa kita telah menjadi jīva-bhūtaḥ melalui pengaruh dari māyā. Kita telah menempatkan diri kita sendiri di dalam pengaruh dari māyā ; karenanya kita adalah jīva-bhūtaḥ. Sebenarnya kita adalah sanātana. Sanātana berarti abadi. Nityo śāśvata. Jivātmā diuraikan sebagai : nityo śāśvato yaṁ na hanyate hanyamāne śarīre. (BG 2.20). Itulah sanātana. Kita tidak begitu cerdas, karena jika aku kekal, sanātana, maka semestinya aku tidak memiliki kelahiran ataupun kematian, lalu mengapa aku telah ditempatkan di dalam kesengsaraan yang timbul akibat kelahiran dan kematian? Inilah yang disebut sebagai brahma-jijñāsā. Tapi kita tidaklah begitu terpelajar. Kita seharusnya menjadi terpelajar. Paling tidak kita harus mengambil manfaat dari petunjuk ini. Kita adalah sanātana. Dan ada dunia lain di sana, sebagaimana disebutkan di dalam Bhagavad-gītā, paras tasmāt tu bhāvo 'nyo 'vyakto 'vyaktāt sanātanaḥ. (BG 8.20). Vyakto 'vyaktāt sanātanaḥ. Dunia material ini diwujudkan, dan latar belakang darinya adalah keseluruhan dari energi material, mahāt-tattva. Hal itu yang tidak terwujud. Jadi, vyakto 'vyaktāt. Melampaui semua ini, terdapat alam lain, sebuah alam spiritual, sanātana. Itu disebut sanātana. Paras tasmāt tu bhāvo 'nyo vyakto 'vyaktāt sanātanaḥ. (BG 8.20). dan sang jīva-bhūtaḥ-sanātana. Di dalam Bab Sebelas, Arjuna menguraikan Kṛṣṇa sebagai sanātana. Jadi, ada tiga sanātana. Tiga sanātana.

Karenanya jika kita semua adalah sanātana, terdapat sanātana-dhāma dan Kṛṣṇa adalah sanātana, maka kita juga adalah sanātana. Ketika ketiganya itu digabungkan bersama, maka itu disebut sebagai sanātana-dharma. Mereka tidak tahu apa itu sanātana. Mereka berpikir bahwa jika aku berpakaian dengan cara tertentu dan jika aku dilahirkan di dalam suatu komunitas tertentu, maka kemudian aku menjadi sanātana-dharma. Tidak. Setiap orang bisa menjadi sanātana-dharma. Tetapi mereka tidak memahami apa arti dari sanātana. Setiap makhluk hidup adalah sanātana. Dan Kṛṣṇa, Tuhan, adalah sanātana. Dan ada suatu tempat di mana kita bisa bertemu bersama - tempat itu dinamakan sanātana dhāma. Sanātana dhāma, sanātana-bhakti, sanātana-dharma. Ketika hal tersebut dilaksanakan, maka itu disebut sebagai sanātana-dharma. Jadi, apakah itu sanātana-dharma? Misalkan aku kembali ke sanātana-dhāma itu, dan di sana ada Tuhan, yang sanātana, dan aku juga adalah sanātana. Jadi apa kegiatan sanātana kita? Apakah itu berarti bahwa ketika aku pergi ke sanātana-dhāma lalu aku menjadi Tuhan? Tidak. Kamu tidaklah menjadi Tuhan. Karena Tuhan adalah satu. Beliau adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, Sang Tuan, dan kita adalah pelayan. Caitanya Mahāprabhu : jīvera svarūpa haya nitya kṛṣṇa dāsa. (CC Madhya 20.108-109). Di sini, di dunia material ini, setiap orang dari kita, kita mengaku menjadi Kṛṣṇa. Tetapi ketika kamu kembali ke sanātana-dhāma, maka kita - kecuali jika kita benar-benar berkualifikasi , maka kita tidak bisa pergi ke sana - maka kita disibukkan secara kekal di dalam pelayanan kepada Tuhan. Itulah sanātana-dharma.

Karenanya laksanakanlah itu. Sanātana-dharma ini adalah bhakti-yoga. Karena kita telah lupa. Semua orang sedang berusaha untuk menjadi Tuhan. Sekarang, berlatihlah di sini bagaimana caranya untuk menjadi pelayan Tuhan. Dan jika kamu sudah menjadi berkualifikasi dengan sebenar-benarnya, maka sekaranglah kamu... Yakinlah bahwa kamu sudah menjadi pelayan Tuhan, itulah bhakti-mārga. Sebagaimana Caitanya Mahāprabhu berkata, gopī-bhartur pada-kamalayor dāsa-dāsa-dāsa-dāsānudāsaḥ. Ketika kamu sudah ahli dalam menjadi pelayan dari pelayan dari pelayan dari pelayan dari Tuhan - menurun terus seratus kali, pelayan - maka kamu sempurna. (CC Madhya 13.80). Tetapi di sini setiap orang sedang mencoba untuk menjadi Tuhan Yang Maha Kuasa. Seseorang menyalah-gunakan kata "so "ham," "ahaṁ brahmāsmi" dan karenanya "aku adalah Yang Utama." Tetapi sebenarnya bukanlah seperti itu. Ini adalah kata-kata Veda, namun "so "ham" bukanlah berarti "aku adalah Tuhan." "So 'ham" berarti 'aku juga memiliki kualitas yang sama." Karena mamaivāṁśo jīva-bhūtaḥ. (BG 15.7. Jīva adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Tuhan, Kṛṣṇa, karenanya kualitasnya sama. Seperti jika kamu mengambil setetes air dari laut. Komposisi kimia dari keseluruhan air di laut dan setetes air tadi - sama. Itu disebut sebagai"so 'ham" atau "brahmāsmi." Bukannya kemudian kita menyalah-artikan kata-kata ini, yang merupakan versi Veda, dan kemudian aku berpikir secara keliru bahwa, "Aku adalah Tuhan. Aku sudah menjadi Tuhan." Dan jika kamu adalah Tuhan, lalu mengapa kamu sekarang menjadi anjing? Apakah Tuhan sudah menjadi anjing? Tidak. Itu mustahil. Karena kita adalah partikel yang sangat kecil sekali. Itu juga disebutkan di dalam śāstra :

keśāgra-śata-bhāgasya
śatadhā kalpitasya ca
jīvaḥ bhāgo sa vijñeya
sa anantyaya kalpate
(CC Madhya 19.140)

Identitas spiritual kita adalah bahwa kita hanya berukuran sebesar satu-persepuluh ribu bagian dari ujung rambut. Itu sungguh sangat kecil sekali, kita membagi ujung rambut ke dalam sepuluh ribu bagian, dan satu bagiannya itu, itulah identitas kita. Dan identitas yang kecil itulah yang berada di dalam badan ini. Di mana kamu akan menemukannya? Kamu tidak memiliki mesin yang khusus seperti itu. Karenanya kita berkata nirākāra. Tidak, ākāra itu ada, tetapi sangat, sangat kecil sekali, sehingga itu mustahil untuk dilihat dengan menggunakan mata material kita. Karenanya kita harus melihatnya melalui terjemahan Veda. Śāstra cakṣuṣa. Itulah terjemahan Vedānta. Kita harus melihat melalui śāstra. Bukan melalui mata yang tumpul ini. itu mustahil.