ID/Prabhupada 0178 - Tatanan Yang Diberikan Oleh Kṛṣṇa Adalah Dharma

Revision as of 02:45, 12 July 2019 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Lecture on SB 1.10.1 -- Mayapura, June 16, 1973

Dharma berarti yang diberikan oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Kuasa Itulah dharma. Kamu tidak bisa membuat dharma. Seperti halnya saat ini ada begitu banyak dharma yang telah dibuat. Tetapi semua itu bukanlah dharma. Dharma berarti tatanan yang diberikan oleh Tuhan. Itulah dharma. Seperti yang dikatakan oleh Kṛṣṇa, sarva-dharmān parityajya mām ekaṁ śaranaṁ vraja. (BG 18.66). Kita telah membuat begitu banyak dharma. Hindu dharma, Islam dharma, Kristen dharma, Parsi dharma, Buddha dharma, dharma ini, dharma itu. Itu semua bukan dharma. Itu semua hanyalah rekaan pikiran, rekaan pikiran. Jika tidak, akan ada pertentangan. Ambillah contoh, Orang Hindu menganggap bahwa pembunuhan sapi itu adalah adharma, dan orang Islam menganggap pembunuhan sapi adalah dharma mereka. Lalu manakah yang benar? Apakah pembunuhan sapi itu adharma atau dharma?

Jadi ini adalah rekaan pikiran. Caitanya-caritāmṛta karaha berkata, ei bhāla ei manda saba manodharma, "rekaan pikiran." Dharma yang sejati adalah apa yang disusun oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Kuasa. Itulah dharma. Karenanya Kṛṣṇa berkata, sarva-dharmān parityajya mām ekaṁ śaranaṁ vraja. (BG 18.66). "Hentikan semua dharma buatanmu itu. Inilah dharma yang sebenarnya." Śaranaṁ vraja. "Hanya berserah dirilah kepadaKu. Dan itulah dharma yang sebenarnya." Dharmaṁ tu sākṣād bhagavat-praṇītam (SB 6.3.19). Seperti halnya hukum. Hukum bisa dibuat atau diberikan oleh pemerintah. Kamu tidak bisa membuat hukum sendiri di rumah. Itu bukanlah hukum. Hukum adalah tatanan yang diberikan oleh pemerintah. Pemerintahan yang utama adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Kuasa. Ahaṁ sarvasya prabhavo (BG 10.8) mattaḥ parataraṁ nānyat (BG 7.7). Tidak ada seorangpun yang lebih hebat dari Kṛṣṇa. Karenanya tatanan yang diberikan oleh Kṛṣṇa adalah dharma. Gerakan kesadaran Kṛṣṇa kita ini adalah dharma tersebut. Kṛṣṇa berkata, sarva-dharmān parityajya mām ekaṁ śaranaṁ vraja. (BG 18.66). "Kamu hentikan semua yang hanya namanya saja dharma, dharma ini, dharma itu, begitu banyak dharma. Cukup hanya berserah diri saja kepadaKu."

Karenanya, kita mengajarkan prinsip yang sama, dan hal ini ditekankan kembali oleh Caitanya Mahāprabhu, Śrī Caitanya Mahāprabhu. Amara anaya guṇa haya tāra' ei dāsa, yabe dekhi take kahe kršna-upadeśa (CC Madhya 7.128). Inilah dharma. Caitanya Mahāprabhu tidaklah membuat suatu sistem dharma baru. Tidak. Caitanya Mahāprabhu adalah Kṛṣṇa sendiri. Namo mahā-vadānyāya kṛṣṇa-prema-pradāya te, kṛṣṇāya kṛṣṇa-caitanya-nāmne. (CC Madhya 19.53). Perbedaannya hanyalah .....Beliau itu adalah Kṛṣṇa sendiri. Perbedaannya hanyalah bahwa Kṛṣṇa, sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Kuasa, memerintahkan secara langsung "Hentikanlah segala omong kosong ini, hanya berserah dirilah kepadaKu." Inilah Kṛṣṇa. Karena Beliau adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Kuasa, maka Beliau memberikan perintah secara langsung. Kṛṣṇa yang sama, karena orang-orang salah paham terhadap diriNya. Bahkan para sarjana besar, mereka berkata, "Sungguh keterlaluan bahwa Kṛṣṇa memerintahkan seperti ini." Tetapi mereka itu memang bajingan. Mereka tidak tahu. Mereka tidak bisa memahami siapakah Kṛṣṇa itu. Jadi, karena orang-orang salah paham terhadap diriNya, Kṛṣṇa muncul sebagai seorang penyembah untuk mengajarkan bagaimana caranya untuk berserah diri kepada Kṛṣṇa secara sempurna. Kṛṣṇa muncul .... Seperti halnya kadang-kadang pembantuku memijatku. Aku berkata padanya sambil memijat kepalanya, "Lakukan seperti ini." Jadi, aku bukanlah pelayannya, tetapi aku sedang memberikan pelajaran padanya. Sama halnya, Śrī Caitanya Mahāprabhu adalah Kṛṣṇa sendiri, namun Beliau sedang mengajarkan dengan sempurna bagaimana caranya mendekati Kṛṣṇa, bagaimana caranya melayani Kṛṣṇa. Ini adalah prinsip yang sama. Kṛṣṇa berkata, "Berserah dirilah kepadaKu." dan Caitanya Mahāprabhu berkata, "Berserah dirilah kepada Kṛṣṇa." Jadi, pada prinsipnya, tidak ada perubahan.