ID/Prabhupada 0250 - Bertindaklah Demi Kṛṣṇa, Bertindaklah Demi Tuhan, Bukan Bertindak Demi Minat Pribadimu

Revision as of 02:51, 12 July 2019 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Lecture on BG 2.6 -- London, August 6, 1973

Jadi, masalah mengenai perkelahian .... Kita harus memahami bahwa semangat perkelahian ada di dalam setiap orang. Kamu tidak bisa melarangnya, kamu tidak bisa menghentikannya. Kita tidak mengatakan "hentikan". Para filsuf Māyāvādī berkata bahwa, "Kamu hentikan hal ini," tetapi itu mustahil. Kamu tidak bisa menghentikannya. Karena kamu adalah makhluk hidup, kamu memiliki semua kecenderungan itu. Bagaimana kamu bisa menghentikannya? Namun, semangat itu bisa dimanfaatkan dengan cara yang tepat. Itu saja. Kamu memiliki semangat perkelahian. Bagaimana cara untuk memanfaatkannya? Ya. Narottama dāsa Ṭhākura menyarankan, krodha bhakta-dveṣī-jane : "Mereka yang iri hati kepada Tuhan atau kepada penyembah Tuhan, maka kamu bisa memanfaatkan kemarahanmu kepada mereka." Kamu bisa memanfaatkan hal itu. Amarahmu tidak bisa kamu hentikan. Urusan kita adalah bagaimana cara untuk memanfaatkan hal itu. Itulah kesadaran Kṛṣṇa. Segala sesuatu haruslah dimanfaatkan. Kita tidak mengatakan bahwa, "Kamu hentikanlah ini, hentikanlah itu." Tidak. Kamu ...... Kṛṣṇa berkata, yat karoṣi, yaj juhosi, yad aśnāsi, yat tapasyasi kuruśva tad mad-arpanam. (BG 9.27). Yat karoṣi. Kṛṣṇa tidaklah berkata, "Kamu lakukan ini, kamu lakukan itu." Beliau berkata, "Apapun yang kamu lakukan, tetapi hasilnya seharusnya sampaikanlah kepadaKu."

Jadi, di sini situasinya adalah bahwa Arjuna bertempur bukan untuk dirinya, tetapi ia berpikir hanya atas dasar dirinya sendiri saja. Ia berkata, te avasthitaḥ pramukhe dhārtarāṣṭrāḥ, yān eva hatvā na jijīviṣāmas : (BG 2.6). "Mereka itu adalah saudara-saudaraku, keluarga. Jika mereka mati ........ Kita tidak berharap untuk mati. Sekarang, mereka ada di hadapan kita. Haruskah aku membunuh mereka?" Jadi, masih saja ia berpikir atas dasar kepuasan dirinya sendiri saja. Ia sedang menyiapkan latar belakangnya - betapa para orang materialis itu, mereka hanya berpikir dengan berdasarkan pada kepuasan pribadi saja. Jadi, hal seperti itulah yang seharusnya dihentikan. Bukannya untuk kepuasan pribadi, melainkan untuk kepuasan Kṛṣṇa. Itulah kesadaran Kṛṣṇa. Apapun yang sedang kamu lakukan, itu bukanlah masalah. Kamu hanya harus selalu memeriksa, apakah yang sedang kamu lakukan itu adalah diperuntukkan bagi Kṛṣṇa. Itulah kesempurnaanmu. Bukan hanya kesempurnaanmu saja, tetapi itu juga merupakan kesempurnaan dari misimu di dalam kehidupan manusia. Kehidupan manusia ini dimaksudkan untuk tujuan tersebut. Karena, lebih rendah daripada bentuk manusia terdapat kehidupan para binatang, di mana para binatang itu dilatih di dalam kesempurnaan dari pemuasan indria-indria, di dalam pemuasan pribadi. Mereka tidak memiliki perasaan bahwa, "Para binatang lain itu juga ....." Ketika ada sesuatu yang bisa dimakan, maka seekor anjing, ia akan berpikir, "Bagaimana caranya aku bisa mendapatkannya? Ia tidak akan pernah berpikir mengenai bagaimana anjing lainnya akan bisa megambil makanan itu. Memikirkan seseorang yang lain bukanlah sifat alamiah dari binatang. Sifat-sifat binatang artinya adalah kepuasan pribadi mereka saja. Tidak ada yang namanya, "temanku, anggota keluargaku." Bahkan, mereka tidak mau berbagi dengan anak-anak mereka sendiri. Kamu pasti telah melihatnya. Jika ada makanan, maka sang anjing dan anak-anaknya, setiap dari mereka akan berebut untuk mengambil tempat mereka masing-masing. Inilah binatang. Jadi, ketika hal-hal seperti ini dirubah dan ditujukan untuk Kṛṣṇa, maka itulah kehidupan manusia. Itulah perbedaan yang ada di dalam kehidupan binatang.

Jadi hal ini juga sangatlah sulit. Karenanya seluruh pendidikan itu ada di sini, Bhagavad-gītā, bagamana cara mengajarkan manusia untuk, "Bertindaklah demi Kṛṣṇa, bertindaklah demi Tuhan, bukan bertindak demi minat pribadimu. Jika demikian, maka kamu akan kembali menjadi terjerat." Yajñārthāt karmaṇaḥ anyatra loko 'yaṁ karma-bandhanaḥ. (BG 3.9). Apapun yang kamu lakukan, hal itu akan menghasilkan sejumlah reaksi, dan kamu akan harus menikmati atau menderita akibat reaksi tersebut. Apapun yang kamu lakukan. Namun jika kamu melakukannya untuk Kṛṣṇa, maka reaksi itu tidak ada lagi. Itulah kebebasanmu. Yogaḥ karmasu kauśalam. (BG 2.50). Hal ini dinyatakan di dalam Bhagavad-gītā. Yoga, ketika kamu sedang terhubung dengan Kṛṣṇa, maka itulah rahasia dari keberhasilan. Dan dunia material ini, semuanya sedang bekerja ....Jika tidak, apapun yang kamu lakukan, apapun yang kamu kerjakan, maka hal itu akan menghasilkan sejumlah reaksi dan kamu akan harus menikmati atau menderita.

Jadi, sekali lagi, ini adalah sesuatu yang sama. Arjuna sedang berpikir dengan berdasarkan, na caitad vidmaḥ kataran no garīyo. (BG 2.6). Karenanya, ia dibingungkan, "Yang mana, pihak yang mana yang akan dimuliakan? Aku akan berhenti bertempur, atau tidak bertempur?" Di dalam sloka selanjutnya akan terlihat bahwa .....Ketika kamu sedang sangat dibingungkan, "apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan," maka dengan tujuan untuk mendapatkan arah yang benar, kamu harus mendekati sang guru kerohanian. Itu akan dibahas di dalam sloka yang selanjutnya. Arjuna akan berkata bahwa, "Aku tidak paham. Sekarang aku bingung. Meskipun aku tahu, bahwa kewajibanku sebagai kṣatriya adalah untuk bertempur, namun tetap saja aku merasa ragu-ragu. Aku merasa ragu mengenai kewajibanku. Jadi, karenanya aku bingung. Jadi, Kṛṣṇa, karenanya aku berserah diri kepadaMu." Sebelumnya, Arjuna berbicara seperti seorang teman. Sekarang, ia akan bersiap-siap untuk menerima pelajaran dari Kṛṣṇa.