ID/Prabhupada 0403 - Penjelasan Atas Vibhāvarī Śeṣa - Bagian 2

Revision as of 03:04, 12 July 2019 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Purport to Vibhavari Sesa

Sebagai Rāma, maka ketika Beliau muncul sebagai Tuhan Rāmacandra, Beliau membinasakan Rāvaṇa, rāvāṇāntakara. Mākhana-taskara, dan di Vṛndāvana Beliau dikenal sebagai sang pencuri mentega. Di dalam kegiatan masa kanak-kanakNya, Beliau terbiasa mencuri mentega dari periuk milik para gopī. Itulah yang merupakan kegiatan kesukaanNya, karenanya Beliau disebut sebagai mākhana-taskara, mākhanacora.

Gopī-jana-vastra-hari, dan Beliau juga mencuri pakaian para gopī, pada saat mereka sedang mandi. Ini merupakan hal yang sangat rahasia. Sebenarnya para gopī menginginkan Kṛṣṇa. Lalu mereka berdoa kepada Kātyāyani-devī, Dewi Kātyāyani, karena Beliau sangatlah menarik bagi semua gadis yang seusia denganNya, maka mereka menginginkan Kṛṣṇa untuk menjadi suami mereka. Jadi, secara lahiriah, Kṛṣṇa seusia dengan mereka, lalu bagaimana Beliau bisa menjadi suami bagi semua gopī? Tetapi Beliau menerima hal itu. Karena para gopī ingin menjadi istri dari Kṛṣṇa, maka Kṛṣṇa menerima usulan mereka. Dengan tujuan untuk menunjukkan kemurahan hatiNya kepada mereka, maka Beliau mencuri pakaian mereka, karena seorang suami bisa mengambil penutup dari pakaian istrinya. Tidak ada orang lain lagi yang bisa menyentuhnya.

Jadi, itulah tujuan dari hal ini, namun orang-orang tidak memahaminya. Karena itu Kṛṣṇa-lila haruslah didengar dari seorang jiwa yang sudah insyaf, atau bagian ini seharusnya dihindari. Jika tidak, maka kita akan menjadi salah paham atas tindakan Kṛṣṇa yang mengambil pakaian-pakaian tersebut, dan dengan begitu mengira bahwa Beliau itu sangatlah jatuh, seorang pemburu wanita, seperti itu. Tetapi bukan seperti itu sebenarnya. Beliau itu adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Beliau memenuhi keinginan dari setiap penyembah. Jadi, Kṛṣṇa tidak memiliki urusan untuk melihat para gopī tersebut dalam keadaan telanjang, namun karena mereka berkeinginan untuk menjadi istriNya, maka Beliau memenuhi keinginan mereka. Hal tersebut diibaratkan sebagai suatu isyarat, "Ya, Aku adalah suamimu. Aku sudah mengambil pakaianmu. Sekarang ambilah pakaianmu ini dan pulanglah ke rumah." Karena itulah Beliau dikenal sebagai gopī-jana-vastra-hari.

Brajera rākhāla, gopa-vṛnda-pāla, citta-hārī vaṁśī-dhārī. Brajera-rākhāla, anak gembala sapi di Vṛndāvana, dan gopa-vṛnda-pāla, TujuanNya hanyalah untuk bagaimana caranya agar bisa memuaskan para gembala sapi, termasuk ayahNya, mereka yang sedang menjaga dan memelihara sapi, untuk menyenangkan mereka semua. Jadi Beliau adalah gopa-vṛnda-pāla. Citta-hārī vaṁśī-dhārī, dan ketika Beliau memainkan serulingNya, maka alunan suara serulingNya itu menghanyutkan hati dari setiap orang, citta-hārī. Ia mencuri hati dari setiap orang.

Yogīndra-vandana, meskipun Kṛṣṇa bermain sebagai seorang anak gembala sapi kecil di Vṛndāvana, seperti seorang anak desa yang bergurau dengan teman-temanNya, namun tetap saja, Beliau adalah yogīndra-vandana. Yogindra berarti yogi yang paling agung, ahli kebathinan. Dhyānāvasthita-tad-gatena manasā paśyanti yaṁ yoginaḥ. (SB 12.13.1). Yoginaḥ ini, meditasi ini, siapakah sebenarnya yang ingin mereka temukan? Itulah Kṛṣṇa Mereka berusaha untuk menemukan Kṛṣṇa. Jadi, kecuali jika mereka sampai kepada titik pemusatan pikiran mereka kepada Kṛṣṇa, maka prinsip yoga mereka, atau kekuatan mistik mereka menjadi terbingungkan. Yoginām api sarveṣāṁ mad-gata-antara. (BG 6.47). Yogi, yogi yang berkualitas kelas satu, harus selalu menempatkan Kṛṣṇa di dalam hatinya. Itulah kesempurnaan yoga. Karenanya hal itu disebut sebagai yogindra vandana.

Śrī-nanda-nandana, braja-jana-bhaya-hārī. Meskipun Beliau dipuja sebagai ahli kebathinan yang paling agung, tetap saja Beliau tinggal di Vṛndāvana sebagai putera dari Nanda Mahārāja, dan para penghuni Vṛndāvana, mereka merasa aman dan terlindungi dengan berada dalam perlindungan Kṛṣṇa.

Navīna nīrada, rūpa manohara, mohana-vaṁśī-vihārī. Navīna nīrada, nīrada berarti awan, penampilan warna kulitNya bagaikan awan yang baru muncul. Awan yang baru muncul berwarna kehitam-hitaman, rūpa. Dan Beliau sangatlah indah. Umumnya warna hitam dianggap sebagi warna yang tidak terlalu indah di dalam dunia material ini, tetapi karena badanNya bersifat rohani, maka meskipun Beliau berpenampilan kehitam-hitaman, Beliau tetap memikat seluruh alam semesta. Rūpa manohara. Mohana-vaṁśī-vihārī, saat Beliau berdiri sambil memegang serulingNya, maka meskipun Beliau berpenampilan kehitam-hitaman, Beliau menjadi sangat memikat bagi setiap orang.

Yaśodā-nandana, kaṁsa-nisūdana, Beliau sangat terkenal sebagai putera dari Ibu Yaśodā, dan Beliau adalah sang pembunuh Kaṁsa, dan nikuñja-rāsa-vilāsī, dan Beliau terbiasa untuk menari, tarian rasa, di nikuñja, vaṁśī-vaṭa, nikuñja.

Kadamba-kānana, rāsa-parāyaṇa, ada banyak pohon kadamba. Kadamba adalah sejenis pohon berbunga yang khususnya tumbuh di Vṛndāvana, bunganya yang sangat harum dan indah berbentuk bulat dan padat. Jadi, Kadamba-kānana, Beliau terbiasa menikmati tarian rasaNya di bawah pohon kadamba ini.

Ānanda-vardhana prema-niketana, phula-śara-yojaka kāma. Jadi, Beliau memuaskan keinginan yang kuat dari para gopī, dan meningkatkan kebahagiaan rohani mereka. Ānanda-vardhana prema-niketana, karena Beliau adalah sumber dari segala kesenangan. Para gopī terbiasa datang untuk menikmati karena Beliau adalah sumber dari semua kesenangan. Seperti halnya ketika kita mengambil air dari sebuah danau, di mana ada air di sana. Maka sama halnya, jika kita benar-benar menginginkan kehidupan yang berbahagia, maka kita harus mengambilnya dari sumber dari segala kesenangan, yaitu Kṛṣṇa

Ānanda-vardhana, kesenangan seperti itu akan bertambah, sedangkan kesenangan material akan berkurang. Kamu tidak bisa menikmati kesenangan material untuk waktu yang lama, kesenangan material itu akan berkurang, tetapi kesenangan spiritual, jika kamu mengambilnya dari sumber semua kesenangan, Kṛṣṇa, maka hal itu akan bertambah. Potensi kesenanganmu akan menjadi bertambah, dan kamu akan mendapat lebih banyak dan lebih banyak lagi kesenangan. Dan bersamaan dengan bertambahnya potensi kesenangan atau keinginanmu, maka pasokan yang ada juga tidak akan pernah menjadi terputus. Tidak ada batasnya.

Phula-śara-yojaka kāma, Beliau adalah dewa asmara yang rohani. Dewa asmara, dengan busur dan anak panahnya, ia meningkatkan keinginan yang kuat atas dunia material. Sama halnya, di dunia spiritual, maka Beliau adalah dewa asmara yang utama. Beliau meningkatkan keinginan yang kuat dari para gopī. Mereka terbiasa datang ke sana, dan dari kedua belah pihak tersebut, tidak ada yang menjadi berkurang keinginannya. Kedua belah pihak meningkatkan keinginan mereka, dan Kṛṣṇa memasok bagi mereka, tanpa adanya konsep kehidupan material apapun. Mereka hanya menari, itu saja.

Gopāṅganā-gaṇa, citta-vinodana, samasta-guṇa-gaṇa-dhāma. Beliau khususnya sangat memikat para gopāṅganā. Gopāṅganā berarti para penari dari vraja-dhama. Gopāṅgaṇa-gaṇa, citta-vinodana, mereka menjadi hanya terserap sepenuhnya dalam pemikiran mengenai Kṛṣṇa. Mereka menjadi sangat tertarik dan melekat kepada Kṛṣṇa, sehingga mereka menjadi tidak bisa menghentikanNya, tidak bisa menghentikan keberadaan wujudNya di dalam hati mereka, bahkan untuk sekejap saja. citta-vinodana, Beliau menangkap hati dari para gopī, citta-vinodana. Samasta-guṇa-gaṇa-dhāma, Beliau adalah sumber dari semua sifat-sifat rohani.

Yamunā-jīvana, keli-parāyaṇa, mānasa-candra-cakora. Mānasa-candra-cakora, ini adalah seekor burung yang dikenal sebagai burung cakora. Burung itu selalu memandang ke arah bulan purnama. Sama halnya, Beliau adalah bulan di antara para gopī, dan mereka hanya sedang memandangiNya saja. Dan Beliau adalah hidup bagi sungai Yamunā, karena Beliau terbiasa menikmati dengan cara melompat ke dalam sungai Yamunā. Nāma-sudhā-rasa, gāo kṛṣṇa-yaśa, rākho vacana. Jadi, Bhaktivinoda Ṭhākura meminta kepada setiap orang, "Sekarang kamu ucapkanlah semua nama-nama Tuhan yang berbeda-beda ini, dan mohon selamatkanlah diriku." Rākho vacana mano, "Pikiranku yang baik, tolong jagalah kata-kataku. Jangan menolaknya, teruslah mengucapkan semua nama suci Kṛṣṇa ini."