ID/Prabhupada 0452 - Kṛṣṇa Datang Ke Bumi Ini Sekali Dalam Satu Hari Brahmā

Revision as of 03:08, 12 July 2019 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Lecture on SB 7.9.5 -- Mayapur, February 25, 1977

Pradyumna : (membaca) Terjemahan - "Ketika Tuhan Nṛsiṁha-deva melihat sang anak laki-laki kecil Prahlāda Mahārāja bersujud di telapak kaki padmaNya, maka Beliau menjadi sangat berbahagia dan dipenuhi rasa kasih sayang kepada penyembahNya. Sambil membangunkan Prahlāda, Beliau menempatkan tangan padmaNya di atas kepala anak laki-laki itu karena tangan padmaNya selalu siap untuk membangkitkan keberanian bagi semua penyembahNya."

Prabhupāda :

sva-pāda-mūle patitaṁ tam arbhakaṁ
vilokya devaḥ kṛpayā pariplutaḥ
utthāpya tac-chīrṣṇy adadhāt karāmbujaṁ
kālāhi-vitrasta-dhiyāṁ kṛtābhayam
(SB 7.9.5)

Jadi, untuk menjadi penyembah atau kesayangan dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Kuasa itu sangatlah mudah. Hal itu tidaklah terlalu sulit. Di sini kita melihat sebuah contoh, Prahlāda Mahārāja, seorang anak kecil berumur lima tahun .... (terputus). ...... karena ia adalah seorang penyembah, maka ia hanya mengetahui Tuhan Yang Maha Kuasa saja, dan ia bersujud kepadaNya. Itulah kualifikasinya. Setiap orang bisa melakukan hal itu. Setiap orang bisa datang ke temple dan bersujud. Di manakah letak kesulitannya? Cukup hanya dengan merasakan bahwa, "Inilah Kepribadian Tuhan Yang Maha Kuasa, Kṛṣṇa atau Nṛsiṁha-deva atau siapapun yang merupakan perluasanNya yang sangat banyak."

Di dalam śāstra dikatakan bahwa, advaitam acyutam anādim ananta-rūpam. (Bs. 5.33). Kṛṣṇa memiliki ananta-rūpam. Karenanya, setiap rūpa merupakan perluasan dari rūpa Kṛṣṇa yang asli. Rūpa yang asli adalah Kṛṣṇa . Kṛṣṇas tu bhagavān svayam. (SB 1.3.28). Karenanya ada sangat banyak rūpa : Rāma, Nṛsiṁha, Varāha, Balarāma, Paraśurāma, Mīna, Kura-kura, Nṛsiṁha-deva. Rāmādi-mūrtiṣu kalā-niyamena tiṣṭhan. (Bs. 5.39). Beliau selalu berada dalam wujud-wujud yang berbeda, bukanlah bahwa Beliau hanya berada di dalam wujud Kṛṣṇa saja. Setiap wujud adalah, rāmādi-mūrtiṣu.

Contoh yang sama, sebagaimana yang telah aku berikan berulang kali, yaitu seperti halnya matahari, di mana waktu dari matahari adalah selama duapuluh empat jam, jadi, dari duapuluh empat jam yang ada, atau dari duapuluh empat inkarnasi yang ada, setiap waktu itu selalu tetap ada. Bukanlah berarti bahwa, katakan saja, sekarang adalah jam delapan, dan lalu dengan begitu jam tujuh itu sudah berakhir dan sudah tidak ada lagi. Bukan. Ada jam tujuh di bagian lain dari dunia ini. Atau jam sembilan. Jam sembilan juga tetap ada. Jam duabelas juga selalu ada. Aku mendapatkan sebuah arloji yang diberikan oleh Gurukṛpa Mahārāja. (tertawa). Ia membelinya dari Jepang. Arloji itu sangat bagus. Dengan segera kamu bisa melihat jam berapa sekarang di tempat-tempat yang berbeda. Jadi, semua jam itu tetap ada.

Karenanya, līlā Kṛṣṇa disebut sebagai nitya-līlā, bukan berarti bahwa ketika sebuah līlā sedang berlangsung, līlā yang lain sudah berakhir, tidak. Segala sesuatunya ada secara bersamaan. Karenanya, digunakanlah istilah ini, rāmādi-mūrtiṣu. Rāmādi-mūrtiṣu kalā-niyamena tiṣ ..... Niyamena. Tepat pada saatnya. Seperti halnya matahari, yang selalu tepat waktunya. Dahulu tidak ada arloji, namun dengan menggunakan bayangan, seseorang bisa mempelajarinya. Kamu juga bisa mempelajarinya sekarang, sekarang juga. Dalam masa kecilku, aku terbiasa mempelajarinya dengan melihat bayangan, "Sekarang adalah jam sekian." - dan penunjukan waktu yang dihasilkan benar-benar tepat. Jadi, kalā-niyamena tiṣṭhan, bukan hanya asal-asalan saja - sekarang bayangan ini menunjukkan jam satu di sini, dan keesokkan harinya akan menunjukkan jam satu di sana. Tidak, Kamu akan menemukan bahwa penunjukkannya akan selalu ada di tempat yang sama. Kalā-niyamena tiṣṭhan.

Sama halnya, līlā Kṛṣṇa, niyamena tiṣṭhan - terjadi dengan sangat tepat. Ada alam semesta- alam semesta yang jumlahnya tidak terhitung. Di sini Kṛṣṇa dilahirkan. Sekarang Kṛṣṇa dibawa oleh Vasudeva ke Vṛndāvana. Sama halnya - segera sesudah dilahirkan, Kṛṣṇa telah pergi ke Vṛndāvana - dan di alam semesta yang lain, Kṛṣṇa baru saja dilahirkan, Kṛṣṇa telah dilahirkan kembali. Dengan demikian līlāNya terus berlangsung. Tidak ada berhentinya, dan tidak ada ketidak-sesuaian waktu sedikitpun juga. Semuanya terjadi dengan sangat tepat. Seperti halnya Kṛṣṇa datang ke bumi ini sekali dalam satu hari Brahmā. Jadi, baru sesudah berjuta-juta tahun kemudian Kṛṣṇa akan muncul kembali, jika bukan Beliau sendiri yang muncul, maka kemunculanNya adalah melalui perluasanNya, aṁśena. Caitanya Mahāprabhu juga akan muncul tepat pada waktunya. Demikian juga, Tuhan Rāmacandra akan muncul. Jadi, rāmādi mūrtiṣu kalā-niyamena tiṣṭhan. (Bs. 5.39). Līlā ini, Nṛsiṁha-deva, juga selalu muncul tepat pada waktunya.

Karena itu, sva-pāda-mūle patitaṁ tam arbhakam. Anak kecil yang tanpa dosa. Jika seorang anak kecil yang tanpa dosa seperti Prahlāda Mahārāja bisa mendapatkan begitu banyak belas kasih dari Nṛsiṁha-deva, perwujudan Tuhan yang sangat ganas, yang bahkan Lakṣmī sendiripun tidak bisa mendekatiNya ...... Aśruta. Adṛṣṭa aśruta pūrva. Tidak ada wujud Tuhan yang seperti itu sebelumnya. Bahkan Lakṣmī sendiri tidak mengetahuinya. Namun Prahlāda Mahārāja, ia tidak merasa takut. Ia berkata, "Inilah Tuhanku." Seperti seekor anak singa, ia tidak merasa takut kepada induknya. Ia dengan segera melompat ke arah kepala induknya karena ia tahu bahwa, "Ini adalah ayahku, ini adalah ibuku." Sama halnya, Prahlāda Mahārāja tidak merasa takut, meskipun Brahmā dan semua dewa lainnya menjadi takut untuk mendekat kepada Tuhan. Ia hanyalah seorang anak kecil tanpa dosa yang datang dan bersujud kepadaNya. Tam arbhakaṁ vilokya.

Jadi, Tuhan itu bukanlah tanpa kepribadian. Dengan segera Beliau bisa memahami bahwa, "Oh, ini adalah seorang anak yang tanpa dosa. Ia telah begitu banyak diusik oleh ayahnya, dan sekarang ia bersujud kepadaKu." Vilokya devaḥ kṛpayā pariplutaḥ. Beliau menjadi sangat, maksudku, meleleh dalam rasa belas kasih. Jadi, demikianlah semuanya, segala sesuatunya.