ID/Prabhupada 0469 - Kalah Atau Menang, Semua Itu Tergantung Kepada Kṛṣṇa

Revision as of 03:13, 12 July 2019 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Lecture on SB 7.9.9 -- Mayapur, March 1, 1977

Jadi, gerakan kita ini didasarkan pada kegiatan yang praktis. Bakat apapun yang kamu miliki, kemampuan sekecil apapun yang kamu punyai dan pendidikan apapun yang kamu dapatkan ..... Kamu tidak perlu mempelajari apapun. Apapun yang kamu miliki, pada kedudukan apapun kamu berada, kamu bisa melayani Kṛṣṇa. Bukan berarti bahwa kamu harus mempelajari sesuatu terlebih dahulu dan baru kemudian kamu bisa melayani. Tidak. Pelayanan itu sendiri merupakan suatu pembelajaran. Semakin banyak kamu berusaha melakukan pelayanan, maka kamu akan menjadi semakin maju dan semakin mengetahui bagaimana caranya untuk menjadi pelayan yang berpengalaman. Kita tidak memerlukan kecerdasan tambahan apapun.

Kecuali .... Contohnya adalah gaja-yūtha-pāya. Sang gajah, yang adalah raja dari para gajah, ia merasa puas. Ia adalah seekor binatang. Ia bukan seorang brāhmaṇa. Ia juga bukan seorang ahli Veda. Mungkin ia adalah binatang yang sangat besar dan gemuk, (tertawa kecil), tetapi bagaimanapun, ia tetap saja seekor binatang. Hanuman adalah binatang. Ada banyak hal yang seperti itu. Jaṭāyu juga adalah seekor burung. Lalu, bagaimana mereka bisa menjadi terpuaskan.

Jaṭāyu bertarung dengan Rāvaṇa. Kemarin kita telah melihatnya. Rāvaṇa telah menculik Sītā devi, dan Jaṭāyu, sang burung itu, ia segera terbang mengejar mereka. Rāvaṇa tahu bagaimana caranya terbang tanpa menggunakan alat atau mesin. Ia sangat perkasa secara material. Kemudian, Jaṭāyu menyerangnya di angkasa, "Siapa kamu? Kamu telah menculik Sītā.. Aku akan melawanmu." Tetapi Rāvaṇa sungguh sangat perkasa. Dan Jaṭāyu, ia terkalahkan, tetapi ia tetap melawan. Itulah yag disebut sebagai pelayanan. Tidak menjadi masalah meskipun ia dikalahkan.

Sama halnya, kita juga harus bejuang. Mereka yang menentang gerakan kesadaran Kṛṣṇa, kita harus berjuang menghadapi mereka semampu kita. Tidak menjadi masalah jika kita kalah. Sebab itu juga merupakan pelayanan. Kṛṣṇa melihat pelayanan itu. Kalah atau menang, semua itu tergantung kepada Kṛṣṇa. Tetapi perjuangan itu harus tetap dilakukan. Karmaṇy evādhikāras te mā phaleṣu kadācana. (BG 2.47). Itulah yang dimaksudkan. Kamu harus bekerja untuk Kṛṣṇa dengan tulus dan dengan cerdas, soal menang atau kalah, itu tidak menjadi masalah.

Seperti halnya Jaṭāyu yang dikalahkan oleh Rāvaṇa. Sayapnya dipatahkan. Rāvaṇa memang benar-benar sangat kuat. Dan Tuhan Rāmacandra, Beliau sendiri yang melakukan upacara pemakamannya, karena Jaṭāyu adalah seorang penyembah. Inilah prosesnya, dan bukannya kita menjadi harus mempelajari sesuatu hal yang baru. Apapun kemampuan yang kita miliki, marilah kita memutuskan untuk melaksanakan pelayanan kepada Tuhan. Kamu tidak perlu harus menjadi sangat kaya, sangat cantik atau tampan atau memiliki badan yang sangat kuat. Bukan hal-hal yang seperti itu.

Sa vai puṁsāṁ paro dharmo yato bhaktir adhokṣaje ahaituky apratihatā. (SB 1.2.6). Dalam keadaan apapun, seyogyanya pelayanan bhaktimu tidak menjadi berhenti. Itulah yang seharusnya menjadi prinsip, bahwa kita tidak akan pernah berhenti dalam keadaan apapun. Dan Kṛṣṇa selalu berkenan bahkan untuk menerima hanya sekuntum bunga dan sedikit air saja. Patraṁ puṣpaṁ phalaṁ toyaṁ. (BG 9.26). Beliau tidak berkata, "Berilah padaKu persembahan makanan yang mewah dan lezat. Lalu Aku akan ....." Dan barulah Beliau akan puas. Tidak. Kebutuhan yang sebenarnya adalah bhakti. Patraṁ puṣpaṁ phalaṁ toyaṁ yo me bhaktyā prayacchati. Inilah kebutuhan yang sebenarnya - bhaktyā. Bhaktyā mām abhijānāti yāvān yaś ca... (BG 18.55).

Karenanya, kita harus mengembangkan bhakti kita, cinta kita, kepada Kṛṣṇa. Premā pumartho mahān, demikian lah yang dinasihatkan oleh Caitanya Mahāprabhu. Orang-orang hanya mengejar dharma-artha-kama-mokṣa, tetapi Caitanya Mahāprabhu berkata, "Tidak, bahkan walaupun kamu telah menjadi terbebaskan, mokṣa, itu tetap saja bukan merupakan kualifikasi untuk mendapatkan karunia dari Kṛṣṇa." Prema pumartho mahan. Pancama-puruṣartha. Orang-orang berusaha untuk menjadi sangat religius. Itu adalah hal yang baik. Lalu selanjutnya adalah ekonomi. Dharma-artha. Artha berarti menjadi sangat kaya, sangat mewah, secara ekonomi. Kemudian kāma, menjadi sangat ahli di dalam kenikmatan indria-indria. Dan kemudian mukti. Inilah yang menjadi keinginan dari semua orang pada umumnya. Namun Bhāgavata mengatakan, "Bukan, hal-hal ini bukanlah merupakan kualifikasinya." Dharmaḥ projjhita-kaitavo 'tra. (SB 1.1.2).