ID/Prabhupada 0571 - Seseorang Seyogyanya Tidak Terus Berada Di Dalam Kehidupan Berkeluarga - Itulah Budaya Veda

Revision as of 03:21, 12 July 2019 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Press Interview -- December 30, 1968, Los Angeles

Wartawan : Sekarang, kapankah anda .... Apakah anda belajar di lembaga ini untuk suatu jangka waktu tertentu?

Prabhupāda : Tidak ada jangka waktu yang pasti. Tidak. Tetapi katakanlah, bagi diriku sendiri, aku sudah terlatih, karena ayahku juga belajar di dalam garis perguruan ini .....

Wartawan : Oh, ayah anda ....

Prabhupāda : Oh ya. Ayahku melatihku sejak dari masa kanak-kanakku, ya. Dan kemudian aku bertemu dengan guru kerohanianku pada tahun 1922, dan aku didiksa ke dalam ...... Secara keseluruhan ada suatu latar belakang untuk itu, karena sebagaimana aku katakan kepadamu, 80 sampai 90 persen orang-orang menjadi berkesadaran Kṛṣṇa secara turun temurun. Paham? Jadi, kami sudah dilatih semenjak awal dari kehidupan kami. Secara resmi, tentu saja, aku menerima guru kerohanianku pada tahun 1933. Sejak itu, aku menjadi memiliki semacam dorongan, dan sejak aku bertemu, aku lalu mengembangkan gagasan ini.

Wartawan : Saya memahami, saya memahami. Jadi, anda telah, dalam artian, menyebarkan ajaran ini sejak tahun 1933 melalui cara anda sendiri.

Prabhupāda : Tidak, aku menyebarkan ajaran ini sebagai semacam misionaris sejak tahun 1900-an,...... tepatnya sejak tahun 1959.

Wartawan : Tahun 1959, saya paham. Apa yang anda lakukan sejak saat itu ....

Prabhupāda : Aku adalah seorang yang berumah tangga. Aku berusaha di dalam bidang obat-obatan. Dahulunya aku adalah seorang manager di suatu perusahaan kimia yang besar. Namun aku tetap mengembangkan pengetahuan ini meskipun aku adalah orang yang berumah tangga. Aku menerbitkan majalah "Kembali Kepada Tuhan" ini.

Wartawan : Jadi, anda yang menerbitkan majalah itu ....

Prabhupāda : Di India.

Wartawan : Oh, saya paham.

Prabhupāda : Ya, aku memulainya pada tahun 1947 atas perintah dari guru kerohanianku. Jadi, apapun yang aku hasilkan, aku mempergunakannya untuk hal itu. Ya, aku tidak mendapatkan hasil apa-apa dari hal itu, tetapi aku tetap membagikan itu. Jadi, aku sudah melakukan usaha ini sejak lama. Tetapi sebenarnya sesudah menghentikan hubunganku dengan keluargaku, barulah aku melakukan hal ini mulai tahun 1959.

Wartawan : Apakah anda memiliki anak?

Prabhupāda : Oh ya, aku memiliki anak-anak lelaki yang sudah dewasa.

Wartawan : Jadi anda meninggalkan mereka?

Prabhupāda : Ya. Aku memiliki istri, cucu, segala sesuatu, tetapi sekarang aku sudah tidak berhubungan lagi dengan mereka. Mereka menjalani hidup mereka sendiri. Istriku aku percayakan kepada anak-anak laki-lakiku yang sudah dewasa. Ya.

Wartawan : Baiklah, apakah itu adalah sebuah ....? Maksud saya, apakah karena adanya suatu kesulitan untuk menerima hal itu, untuk berhenti dari keluarga anda dan kurang lebih lalu hanya sekedar berkata, "Sampai jumpa nanti."

Prabhupāda : Ya, ya, ini adalah peraturan Veda. Setiap orang seyogyanya menghentikan hubungan dengan keluarga pada usia tertentu, sesudah usia 50 tahun. Seseorang seyogyanya tidak terus berada di dalam kehidupan berkeluarga. Itulah budaya Veda. Bukanlah berarti bahwa sampai tibanya saat kematian, seseorang itu terus berada di dalam kenyamanan kehidupan berkeluarga. Tidak. Itu bukanlah sesuatu yang baik.

Wartawan : Biasakah anda menjelaskan hal itu?

Prabhupāda : Pertama-tama, seorang anak laki-laki dilatih sebagai brahmacārī, kehidupan spiritual. Kemudian ia disarankan untuk tidak memasuki kehidupan berkeluarga. Tetapi jika ia tidak mampu mengendalikan kehidupan seksnya, maka ia diijinkan, "Baiklah, menikahlah." Maka ia lalu berada di dalam kehidupan berkeluarga. Jadi, ia menikah saat usianya sekitar 24 atau 25 tahun. Selama 25 tahun, biarlah ia menikmati kehidupan seks. Selama itu pula ia mendapatkan anak-anak yang kemudian tumbuh menjadi dewasa. Jadi, pada usia 50 tahun, sang suami dan sang istri pergi meninggalkan rumah dan mereka melakukan perjalanan ke seluruh tempat perziarahan untuk melepaskan diri mereka dari keterikatan keluarga. Dengan cara itu, ketika sang suami sudah menjadi lebih maju, maka ia akan meminta istrinya agar, "Kamu pulanglah dan uruslah keluarga, dan anak-anak laki-lakimu yang sudah dewasa, mereka akan memeliharamu. Aku akan menerima sannyāsa." Jadi, ia menjadi hidup sendiri dan mengajarkan pengetahuan yang telah didapatkannya. Inilah peradaban Veda. Bukannya bahwa seorang laki-laki tetap berada di dalam kehidupan berkeluarga sejak dari lahir hingga mati. Bukan. Di dalam agama Buddha terdapat juga prinsip yang mengatur yang sifatnya wajib, di mana seorang pemeluk Buddha harus menjadi seorang sannyāsī setidaknya selama sepuluh tahun. Ya. Karena keseluruhan gagasannya adalah bagaimana caranya untuk bisa mencapai kesempurnaan spiritual. Jadi, jika seseorang tetap berada di dalam kehidupan berkeluarga, dan kemudian hanya menjadi beban, maka ia tidak bisa membuat suatu kemajuan spiritual. Tetapi jika di dalam keluarga, jika seluruh keluarga sudah sadar akan Kṛṣṇa, maka keadaan seperti itu bisa membantu. Namun hal ini sangatlah jarang terjadi. Karena sang suami mungkin sadar akan Kṛṣṇa, tetapi sang istri tidaklah demikian. Namun budaya seperti itu sungguh sangat baik, sehingga setiap orang menjadi tetap berkesadaran Kṛṣṇa.