ID/Prabhupada 0707 - Mereka Yang Tidak Bersemangat, Malas Dan Lesu, Mereka Tidak Bisa Maju Di Dalam Kehidupan Spiritual

Revision as of 03:32, 12 July 2019 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Lecture on SB 3.26.30 -- Bombay, January 7, 1975

Terdapat dunia spiritual. Kṛṣṇa berkata di dalam Bhagavad-gītā bahwa, paras tasmāt tu bhāvaḥ anyaḥ. (BG 8.20), "Terdapat bhāva atau alam lain." Apakah alam lain tersebut? Sarveṣu naśyatsu na vinaśyati: "Ketika dunia material, perwujudan kosmik ini, dunia yang fenomenal ini, akan berakhir, maka alam yang lain itu tetap ada. Alam tersebut tidak akan pernah berakhir." Ada banyak contoh. Seperti halnya fatamorgana di padang pasir. Terkadang kamu melihat ada genangan air yang luas di padang pasir. Para binatang berlarian menuju genangan air tersebut, karena mereka sedang kehausan, namun ternyata air tersebut tidak ada. Maka akhirnya para binatang itupun mati.

Namun manusia tidak seharusnya menjadi seperti para binatang itu. Mereka seharusnya meningkatkan standar mereka sendiri. Karena mereka memiliki kesadaran yang khusus. Mereka bisa menaikkan standar pemahamam mereka melalui kesusasteraan ini, kesusasteraan Veda yang diberikan oleh Tuhan. Vyāsadeva adalah inkarnasi dari Kṛṣṇa, dan Beliau sudah memberikan kesusasteraan Veda kepada kita. Karenanya nama Beliau adalah Vedavyāsa, inkarnasi Tuhan, Vedavyāsa. Mahā-muni-kṛte kiṁ vā paraiḥ. Tidak perlu menimbang-nimbang lagi. Ikutilah Vyāsadeva yang berada di dalam garis perguruan. Murid dari Vyāsadeva adalah Nārada Muni ... ah .. Murid dari Nārada Muni adalah Vyāsadeva. Jadi, di dalam sistem paramparā ini, jika kita menerima pengetahuan, maka itu merupakan pengetahuan yang sempurna. Karena itulah kita harus menerimanya. Niścayātmikā.

Karena itu pula Rūpa Gosvāmī mengatakan bahwa kehidupan spiritual bisa menjadi maju, karena prinsip pertamanya adalah utsāha. Utsāhāt. Utsāha berarti semangat, "Ya, Kṛṣṇa berkata, sarva-dharmān parityajya mām ekaṁ śaraṇaṁ vraja. (BG 18.66). Aku akan menerima hal itu dan bekerja denga penuh semangat berdasarkan prinsip itu, sebagaimana yang telah dikatakan oleh Kṛṣṇa." Kṛṣṇa berkata, man-manā bhava mad-bhakto mad-yājī māṁ namaskuru. (BG 18.65, dan kita harus melaksanakan hal itu, melakukan hal tersebut dengan penuh semanagt, "Ya, aku akan selalu berpikir tentang Kṛṣṇa." Man-manāḥ. Kṛṣṇa mengatakannya secara langsung. Man-manā bhava mad-bhaktaḥ, "Jadilah penyembahKu." Jadi, kita harus bersemangat, "Ya, aku akan menjadi penyembah Kṛṣṇa." Man-manā bhava mad-bhakto mad-yājī. Kṛṣṇa berkata, "Pujalah Aku," maka kita seharusnya dengan penuh semangat memuja Kṛṣṇa, dengan mempersembahkan maṅgala-ārātrika, bangun pagi-pagi sekali.

Ini semualah yang merupakan semangat, utsāha. Mereka yang tidak bersemangat, malas dan lesu, mereka tidak bisa maju di dalam kehidupan spiritual. Mereka hanya bisa tidur saja. Seseorang haruslah menjadi sangat, sanagt bersemangat, positif. Utsāhād dhairyāt. Dhairya berarti kesabaran, dan bukannya bahwa, "Karena aku sudah memulai pelayanan bhakti dengan semangat yang besar ... " Jadi, kamu sudah ada pada tataran kesempurnaan, tetapi jika kamu menjadi tidak sabar bahwa, "Mengapa aku belum juga menjadi sempurna? Mengapa terkadang māyā masih menghajarku?" Ya. Itu adalah sesuatu yang bersifat kebiasaan. Dan itu akan hilang. Itu akan berakhir. Niścayāt. Dhairyāt, niścayāt, bahwa, "Ketika Kṛṣṇa berkata, sarva-dharmān parityajya mām ekaṁ śaraṇaṁ vraja. (BG 18.66), maka sekarang aku telah menghentikan segala sesuatunya. Aku tidak lagi memiliki tugas-tugas kewajiban lainnya. Tugasku hanyalah melayani Kṛṣṇa. Jadi, saat aku harus melaksanakan hal itu, maka niścaya, Kṛṣṇa pasti akan memberiku perlindungan." Itulah yang disebut sebagai niścaya. Jangan merasa kecewa. Kṛṣṇa bukanlah seorang yang hanya berbicara omong kosong belaka. Beliau berkata, ahaṁ tvāṁ sarva-pāpebhyo mokṣayiṣyāmi.