ID/Prabhupada 0771 - Seorang Penyembah Tidak Bisa Menjadi Sekaligus Tertarik Secara Bersamaan Kepada Kesenangan Material Dan Kesenangan Spiritual

Revision as of 03:38, 12 July 2019 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Lecture on SB 1.5.12-13 -- New Vrindaban, June 11, 1969

Vyāsadeva sedang membicarakan mengenai berbagai macam kesusastraan yang berbeda-beda. Jadi, ia sudah menjelaskan bahwa setiap kesusastraan - maka sebaik apapun kesusastraan itu disusun melalui sudut pandang retorika, puisi, metafora serta gramatika, - namun jika tidak ada keterangan sama sekali mengenai Kebenaran Yang Mutlak, maka kesusastraan seperti itu tidak ada gunanya, dan tidak ada satupun orang suci yang akan berminat pada kesusastraan yang seperti itu. Mereka akan berhenti membacanya. Sebagaimana halnya para angsa, mereka tidak mendapatkan kesenangan pada suatu tempat di mana para gagak bisa mendapatkan kesenangan. Karena ada perbedaan antara para gagak dengan para angsa, sebagaimana juga ada perbedaan di dalam kerajaan burung serta bahkan di dalam kerajaan binatang. Kamu akan selalu menemukan hal itu. Burung serta binatang dengan keaneka-ragaman yang berbeda-beda, mereka hidup bersama. Sama halnya, mereka yang merupakan para orang suci, mereka yang merupakan orang-orang yang sadar akan Kṛṣṇa, rasa yang mereka miliki berbeda dengan rasa yang dimiliki oleh mereka yang seperti gagak. Gagak-gagak tertarik pada suatu hal ....Carvita-carvaṇānām. (SB 7.5.30). Prahlāda Mahārāja berkata, "mengunyah yang sudah dikunyah." Baru saja sesuatu itu dikunyah, dan seseorang ingin mencoba untuk merasakan hal itu kembali, "Berikan kepadaku. Seperti apa sebenarnya rasa yang ada itu? Dan hal itu merupakan upaya yang sia-sia belaka.

Jadi, dunia material ini sedang berlangsung melalui sistem "mengunyah yang sudah dikunyah" ini. Seperti seseorang yang sudah melakukan usaha yang sangat baik, dan menghasilkan uang yang banyak, dan dengan begitu ia sudah melakukan pemuasan indria-indria. Tetapi tetap saja ia tidak merasa puas. Dan tetap saja ia membujuk putera-puteranya serta para cucunya, untuk berkecimpung di dalam usaha yang sama. Ia telah mengalami sendiri bahwa, "Dengan cara seperti ini, kehidupan tidaklah terlalu menyenangkan, Aku belum merasa puas, tetapi mengapa aku melibatkan anak-anakku, serta juga para cucuku di dalam urusan ini, yaitu mengunyah yang sudah dikunyah?" Itu semua adalah karena mereka tidak memiliki keterangan yang lebih baik .... Na te viduḥ svārtha-gatiṁ hi viṣṇuṁ durāśayā ye bahir-artha-māninaḥ. (SB 7.5.31). Prahlāda Mahārāja menasihati ayahnya yang atheis. Ia berkata ... Ketika ayahnya bertanya, "Anakku yang baik, dari manakah kamu mendapatkan semua gagasan ini?" Prahlāda Mahārāja adalah seorang penyembah yang sempurna dan ayahnya adalah seorang atheis yang sempurna. Ia berkata, "Keadaan ini tidaklah bisa dicapai tanpa adanya pertolongan serta karunia dari seorang penyembah murni."

Naiṣāṁ matis tāvad urukramāṅghrim. (SB 7.5.32). Urukramāṅghrim, aṅghri. Aṅghri artinya adalah kaki padma. Tetapi tidak seorangpun yang menjadi tertarik kepada kaki padma Kepribadian Tuhan Yang maha Kuasa. Karena untuk menjadi tertarik kepada kaki padma Kepribadian Tuhan Yang Maha Kuasa itu artinya adalah menjadi terbebaskan. Anartha-apagamaḥ yad-arthaḥ. (SB 7.5.32). Anartha. Anartha artinya adalah yang tidak perlu. Kita sedang menciptakan kebutuhan-kebutuhan hidup yang tidak diperlukan, dan kemudian kita menjadi terjerat di dalamnya. Inilah kehidupan material. Tetapi jika seseorang menjadi sadar akan Kṛṣṇa, menjadi tertarik kepada Kṛṣṇa, maka ia menjadi jijik, "Apa gunanya hal yang seperti itu? Seperti halnya para brahmacārī kita, para penyembah kita, mereka terbiasa berbaring di tanah. Mereka tidak membutuhkan kasur atau tempat tidur yang bagus. Karena hidup mereka sudah dibentuk sedemikian rupa, dan mereka berpikir, "Baiklah, aku harus beristirahat. Jadi, dengan cara sepert ini atau seperti itu, mengapa aku harus menjadi repot mengenai hal itu?"

Ya. Itulah tanda kemajuan di dalam kesadaran Kṛṣṇa. Kesadaran Kṛṣṇa artinya adalah, bhaktiḥ pareśānubhavo viraktir anyatra syāt. (SB 11.2.42). Mereka yang tidak memiliki rasa kepada kesadaran Kṛṣṇa, mereka sedang berusaha untuk berbahagia melalui peningkatan kebutuhan material yang tidak perlu, karena mereka tidak memiliki keterangan lain. Namun segera sesudah seseorang disibukkan di dalam pelayanan bhakti kepada Kṛṣṇa, pareśānubhūti, maka ia akan merasakan kesenangan rohani dan sebagai akibat dari hal itu, maka kesenangan yang tidak masuk akal itu akan menjadi tidak berarti lagi. Itulah buktinya. Seorang penyembah tidak bisa sekaligus menjadi tertarik secara bersamaan kepada kesenangan material dan kesenangan spiritual. Tidak. Virakti. Bhagavad-gītā juga mengatakan bahwa, paraṁ dṛṣṭvā nivartate. (BG 2.59). Seperti halnya di sebuah rumah sakit, seseorang yang sedang sakit akan dipaksa untuk menerima suatu jenis makanan tertentu. Tetapi ia memiliki keinginan, ia ingin makan makanan tertentu yang diinginkannya. Seperti halnya para pasien penyakit typhus, mereka yang menderita sakit typhus. Dokter berkata bahwa, "Kamu tidak boleh makan makanan yang padat. Kamu hanya boleh makan makanan yang lembut." Tetapi ia ingin makan makanan yang padat. "Oh, dokter sudah melarangku untuk makan makanan seperti itu. Baiklah, apa yang bisa kulakukan?" Jadi, ia tetap memiliki keinginan itu. Namun seorang penyembah, ia tidak perlu dipaksa - sebagaimana yang dilakukan olah dokter yang mengatakan kepada sang pasien, "Jangan melakukan ini ... itu."

Sang penyembah dengan sendirinya akan melakukan hal tersebut. Mengapa? Paraṁ dṛṣṭvā nivartate, karena ia suadah melihat atau sudah merasakan sesuatu yang lebih baik, sehingga ia tidak memiliki keinginan lagi untuk mendapatkan rasa yang menjijikkan itu. Inilah yang disebut sebagai bhaktiḥ pareśānu ... Itu berarti bahwa ketika kita menjadi jijik kepada hal-hal yang memualkan itu, maka kita seharusnya sadar bahwa kita sedang maju di dalam kesadaran Kṛṣṇa. Buktinya ada di tanganmu sendiri. Kamu tidak perlu bertanya kepada orang lain. "Apakah kamu berpikir bahwa aku sudah maju di dalam kesadaran Kṛṣṇa?" tetapi kamu bisa mengetahui hal itu. Sama persis halnya, jika kamu merasa lapar dan lalu kamu makan, maka segera sesudah selesai makan, kamu akan mengetahui seberapa besar rasa laparmu terpuaskan, seberapa besar kamu merasa menjadi lebih kuat dan seberapa puasnya kamu. Kamu tidak perlu bertanya kepada orang lain. Sama halnya, jika seseorang sedang maju di dalam kesadaran Kṛṣṇanya, maka buktinya adalah bahwa ia akan menjadi semakin tidak tertarik kepada semua kesenangan material. Itulah buktinya.