ID/Prabhupada 0775 - Kemelekatan Kepada Keluarga Merupakan Rintangan Terbesar Dalam Upaya Untuk Menjadi Maju Di Dalam Kesadaran Kṛṣṇa

Revision as of 03:38, 12 July 2019 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Lecture on SB 7.6.8 -- New Vrindaban, June 24, 1976

Prabhupāda : Pada umumnya orang-orang menjadi terlalu melekat kepada kehidupan berkeluarga. Terkadang aku katakan bahwa di negara-negara Barat, para pemuda, mereka menjadi datang kepada kesadaran Kṛṣṇa, karena modal utama terbesar yang mereka miliki adalah bahwa mereka secara bijaksana tidak melekat kepada keluarga. Itu adalah kualifikasi yang sangat baik. Entah bagaimana, mereka telah menjadi seperti itu. Karena itulah kemelekatan mereka kepada Kṛṣṇa menjadi semakin kuat dan kokoh. Di India, orang-orang justru membuat suatu pengelolaan atas kemelekatan pada keluarga. Mereka tidak tertarik kepada kesadaran Kṛṣṇa. Mereka hanya tertarik untuk mengumpulkan uang saja sekarang. Itulah yang aku alami. Ya.

Jadi, kemelekatan kepada keluarga merupakan rintangan terbesar dalam upaya untuk menjadi maju di dalam kesadaran Kṛṣṇa, tetapi jika seluruh keluarga sadar akan Kṛṣṇa, maka itu sungguh-sungguh merupakan sesuatu yang sangat baik. Seperti halnya Bhaktivinoda Ṭhākura. Ia adalah seorang yang berumah tangga, namun mereka semua sadar akan Kṛṣṇa, seluruh keluarganya - Bhaktivinoda Ṭhākura, istrinya, para anak-anaknya ..... Dan anaknya yang terbaik adalah Guru Mahārājaku, anak yang terbaik .... Jadi, Bhaktivinoda Ṭhākura menyusun pengalamannya menjadi sebuah lagu dan menyanyikannya, ye dina gṛhe bhajana dekhi gṛhete goloka bhaya. Jika di dalam keluarga, setiap anggotanya disibukkan di dalam pelayanan kepada Kṛṣṇa, maka itu sangatlah baik. Dan keluarga yang seperti itu bukanlah suatu keluarga yang biasa. Karena kemelekatan seperti itu juga bukan suatu kemelekatan biasa.

Tetapi pada umumnya orang-orang menjadi melekat secara material. Dan hal yang seperti inilah yang tidak bisa dibenarkan. Śeṣaṁ gṛheṣu saktasya pramattasya apayāti hi. (SB 7.6.8). Mereka disebut sebagai pramatta. Setiap orang berpikir, "Keluargaku, istriku, anak-anakku, negaraku, masyarakatku, semua itu adalah segala sesuatunya bagiku. Siapa itu Kṛṣṇa?" Hal seperti inilah yang merupakan khayalan terbesar yang dipaksakan oleh māyā kepada kita. Tidak ada satupun dari semua hal itu yang akan mampu memberimu perlindungan.

dehāpatya-kalatrādiṣv
ātma-sainyeṣv asatsv api
teṣāṁ pramatto nidhanaṁ
paśyann api na paśyati
(SB 2.1.4)

Segala sesuatunya itu akan berakhir. Tidak seorangpun akan bisa memberimu perlindungan kecuali Kṛṣṇa. Jika kita ingin menjadi bebas dari cengkeraman māyā - janma-mṛtyu-jarā-vyādhi. (BG 13.9), maka kita harus berlindung kepada kaki padma Kṛṣṇa, melalui guru kerohanian, dan tinggal bersama para penyembah yang sudah menyibukkan diri mereka untuk tujuan yang sama. Hal seperti itu disebut .... Kata apa yang paling tepat untuk menyatakan hal tersebut? Sakhi atau sesuatu .... Aku lupa istilah itu sekarang. Tetapi pada prinsipnya, kita harus tinggal dan melaksanakan kesadaran Kṛṣṇa kita. Maka kemudian semua rintangan itu akan bisa diatasi, gṛheṣu saktasya pramattasya.

Setiap orang yang ... Semua karmī itu, mereka sangat melekat kepada kehidupan berkeluarga, tetapi kehidupan keluarga tentu saja baik asalkan ada kesadaran Kṛṣṇa di dalamnya. Gṛhe vā vanete thāke, hā gaurāṅga bole dāke. Tidak menjadi masalah, entah apakah seseorang itu menjalankan kehidupan berumah tangga atau ia menjalankan kehidupan sannyāsī, tetapi asalkan ia merupakan seorang penyembah, maka hidupnya akan menjadi berhasil.

Terimakasih banyak.

Penyembah : Jaya Prabhupāda!