ID/Prabhupada 0776 - "Apa Salahnya Jika Aku Menjadi Seekor Anjing?" - Seperti Inilah Hasil Dari Pendidikan Masa Kini

Revision as of 03:38, 12 July 2019 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Lecture on SB 6.1.12 -- Los Angeles, June 25, 1975

Jadi, disarankan bahwa, adhayo vyādhayaḥ. Ada tiga macam penderitaan - bagi setiap orang, bukan bagi orang-orang tertentu saja. Adhyātmika, adhibhautika, adhidaivika. Dan begitu kamu mendapatkan badan material ini, maka kamu harus mengalami penderitaan. Jadi, jika kamu ingin menghentikan penderitaan ini, maka kamu harus menjalankan kehidupan yang teratur. Kehidupan yang teratur itu disarankan di dalam sloka berikut ini,

tapasā brahmacaryeṇa
śamena ca damena ca
tyāgena satya-śaucābhyaṁ
yamena niyamena vā
(SB 6.1.13)

Inilah tugas kewajiban bagi umat manusia. Apakah tugas kewajiban tersebut? Tugas kewajiban pertama adalah tapasā, yaitu bahwa manusia harus menjalankan pertapaan. Ini adalah kehidupan manusia dan hal ini disarankan di mana-mana. Ṛṣabhadeva juga menyarankan hal seperti ini, tapo divyaṁ putrakā yena śuddhyed sattva, "Putera-puteraKu, janganlah hidup seperti para kucing, anjing serta babi," demikianlah nasihatNya. Nāyaṁ deho deha-bhājāṁ nṛloke kaṣṭān kāmān arhate viḍ-bhujāṁ ye. (SB 5.5.1). "Jika aku tidak bekerja keras, lalu bagaimana aku bisa memuaskan indria-indriaku? Di malam hari, aku harus minum-minum, aku harus berhubungan dengan wanita ini, aku harus pergi ke klub malam itu , ini, itu .... Jika aku tidak bekerja keras, bagaimana aku akan bisa mendapatkan semua kenikmatan itu?"

Jadi, Ṛṣabhadeva berkata, "Kenikmatan yang seperti itu tersedia bagi para babi. Tetapi kenikmatan seperti itu bukanlah jenis kenikmatan yang baik, karena itu hanya merupakan pemuasan atas indria-indria belaka." Nāyaṁ deho deha-bhājāṁ nṛloke kaṣṭān kāmān arhate viḍ-bhujāṁ ye. Viḍ-bhujām berarti pemakan kotoran. Jadi, para babi itu menikmati dengan cara memakan kotoran juga, lalu berhubungan seks tanpa adanya pembedaan, tidak perduli apakah itu adalah ibunya atau saudara perempuannya. Jadi, peradaban pemuasan indria-indria semacam ini ada di antara para anjing dan babi, tetapi kehidupan manusia bukanlah dimaksudkan untuk hal yang seperti itu. Kehidupan manusia dimaksudkan untuk tapasā, pertapaan, sehingga melalui kehidupan manusia, kamu bisa menghentikan perulangan dari kelahiran dan kematian, dan sampai pada kehidupan yang kekal, di mana kita bisa menikmati kehidupan kekal yang penuh dengan pengetahuan serta kebahagiaan. Itulah tujuan dari kehidupan. Dan bukannya dengan mengatakan, "Ah ... tidak apa-apa."

Pendidikan saat ini hanyalah menghasilkan suatu keadaan di mana seorang mahasiswa dari suatu universitas, jika ia diberi tahu, jika ia diberi keterangan bahwa, "Jika kamu hidup tanpa adanya tanggung jawab, maka di dalam kehidupanmu yang akan datang, kamu bisa jadi akan menjadi seekor anjing." dan ia justru menjawab, "Apa salahnya jika aku menjadi seekor anjing?" (tertawa). Seperti inilah hasil dari pendidikan masa kini. Ia sama sekali tidak perduli. Ia berpikir, "Jika aku mendapatkan kehidupan sebagai seekor anjing, maka aku tidak akan dilarang untuk berhubungan seks di jalan." Seperti itulah. Dan ia menganggap hal seperti itu merupakan suatu kemajuan. "Jika saat ini tidak ada larangan akan hal itu, maka sekarang aku juga akan berhubungan seks di jalan ..." Jadi, perlahan-lahan mereka benar-benar sedang mewujudkan hal seperti itu. Seperti itulah kedudukan mereka. Mereka tidak percaya akan adanya kehidupan yang akan datang, apalagi akan adanya kehidupan para kucing dan anjing. "Tidak apa-apa." Dan segala sesuatunya menjadi begitu kelam bagi mereka.

Karena itu, kecuali jika kita menerima gerakan kesadaran Kṛṣṇa, maka peradaban manusia ini akan menjadi kiamat. Hal seperti itu bukanlah peradaban manusia. Peradaban manusia itu adalah suatu kehidupan yang bertanggung jawab. Sebenarnya, kita ini sudah berpendidikan, kita pergi ke sekolah, ke kampus, untuk menjadi manusia yang bertanggung jawab. Dan sebenarnya, tanggung jawab itu adalah, "Bagaimana caranya untuk menghentikan perulangan kelahiran ini." Di banyak tempat, hal ini sudah disarankan. Dan hanya itu sajalah yang merupakan tujuan dari kehidupan manusia. Punar-janma-jayāya.