ID/Prabhupada 0818 - Pada Tataran Kebaikan, Kamu Akan Bisa Memahami Yang Maha Baik

Revision as of 03:42, 12 July 2019 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Lecture on SB 7.9.8 -- Seattle, October 21, 1968

Tamāla Kṛṣṇa : Bagaimana cara untuk masuk ke dalam sifat kebaikan?

Prabhupāda : Berusahalah untuk mengikuti empat prinsip sebagaimana yang sudah diwajibkan yaitu : tidak mabuk-mabukan, tidak berjudi, tidak melakukan hubungan seks yang terlarang dan tidak makan daging. Itu saja. Itulah kebaikan. Itulah kebaikan. Larangan seperti itu ada. Mengapa? Untuk menjadikanmu selalu ada di dalam kebaikan. Di dalam setiap agama ... Sekarang, di dalam Sepuluh Perintah Allah, aku juga melihat ada perintah, "Jangan membunuh." Itu adalah hal yang sama, tetapi orang-orang tidak mau mematuhinya. Dan hal seperti itu adalah masalah lain lagi. Tidak ada orang yang religius .... Tidak seorangpun bisa menjadi religius kecuali jika ia berada di dalam sifat kebaikan. Orang yang ada dalam sifat nafsu atau orang yang ada di dalam kebodohan, mereka tidak bisa diangkat sampai kepada tataran religius. Tataran religius artinya adalah kebaikan. Maka kemudian kamu akan memahami hal itu. Pada tataran kebaikan, kamu akan bisa memahami Yang Maha Baik. Jika kamu ada pada tataran kebodohan, jika kamu ada pada tataran nafsu, lalu bagaimana kamu akan bisa memahami Yang Maha Baik itu? Itu mustahil.

Jadi, seseorang harus selalu menjadikan dirinya ada pada kebaikan, dan kebaikan itu artinya adalah bahwa seseorang harus mengikuti larangan-larangan tersebut. Entah apakah kamu mengikuti Sepuluh Perintah Allah ataukah kamu mengikuti empat perintah ini, itu adalah sesuatu yang sama. Prinsipnya adalah bahwa kamu harus selalu menempatkan dirimu di dalam kebaikan. Jarum timbangannya harus selalu menunjuk pada kebaikan. Di dalam Bhagavad-gītā dinyatakan bahwa, paraṁ brahma paraṁ dhāma pavitraṁ paramaṁ bhavān. (BG 10.12). Arjuna menerima Kṛṣṇa sebagai Yang Maha Suci. Bagaimana kamu bisa mendekati Yang Maha Suci tanpa terlebih dahulu menjadikan dirimu suci juga? Jadi, inilah batu loncatan untuk menjadi suci, karena kita ini sedang tercemar. Jadi, untuk menjadi suci ... Puasa di hari Ekādaśī, mengapa kita melakukannya? Untuk mensucikan diri kita. Tapasya brahmacarya, pertapaan, penebusan dosa, berselibat, semua itu dilakukan untuk menjadikan pikiran selalu ada di dalam kesadaran Kṛṣṇa dan menjadikan badan selalu bersih - dan hal-hal seperti ini akan membantu kita untuk selalu berada di dalam kebaikan. Tanpa kebaikan, maka semua itu mustahil.

Tetapi kesadaran Kṛṣṇa itu begitu baiknya, sehingga bahkan seseorang yang berada di dalam sifat nafsu dan kebodohan dengan segera bisa di angkat sampai kepada tataran kebaikan, asalkan ia bersedia untuk mengikuti tata cara serta peraturan-peraturan dan kemudian juga berjapa Hare Kṛṣṇa. Dengan melakukan japa Hare Kṛṣṇa. serta mengikuti tata cara serta peraturan-peraturan ini, maka kamu akan menjadi lengkap di dalam kebaikan. Percayalah, hal ini tidak akan gagal. Apakah hal ini sangat sulit untuk dilaksanakan? Huh? Baiklah.