ID/Prabhupada 0844 - Dengan Benar-benar Memuaskan Sang Raja, Maka Itu Berarti Bahwa Kamu Juga Memuaskan Sang Ayah Yang Maha Kuasa, Tuhan

Revision as of 03:44, 12 July 2019 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


731216 - Lecture SB 01.15.38 - Los Angeles

Jadi sebelumnya, seluruh planet adalah Bhāratavarṣa ... Planet ini dinamai Bhāratavarṣa. Dan planet ini diperintah oleh seorang kaisar. Karena itu dikatakan di sini, sva-rāṭ. Sva-rāṭ artinya bebas merdeka sepenuhnya. Mahārāja Yudhiṣṭhira tidak bergantung kepada raja lainnya ataupun negara lainnya. Ia bebas merdeka sepenuhnya. Apapun yang disukainya, ia bisa melakukannya. Itulah raja. Itulah kaisar. Jika yang hanya namanya saja raja atau presiden masih bergantung kepada suara dari para pemilih bajingan, maka sva-rāṭ macam apakah dirinya itu? Saat ini, yang hanya namanya saja presiden masih bergantung kepada suara dari para bajingan. Itu saja. Para bajingan itu, mereka tidak memahami siapa yang harus diberikan suara, dan karena itu maka yang terpilih adalah juga seorang bajingan, dan ketika orang yang terpilih itu tidak bisa bekerja dengan baik, maka para pemilihnya menjadi menangis. Kamu sudah memilihnya. Mengapa sekarang kamu menangis? Karena mereka itu bajingan. Mereka tidak mengetahui hal itu. Jadi, hal seperti ini sedang terus berlangsung. Tetapi sebenarnya, kepala negara haruslah menjadi sva-rāṭ, menjadi bebas merdeka sepenuhnya. Dan bukannya menjadi tergantung kepada suara dari para prajā. Ia hanya bergantung kepada Kṛṣṇa saja, seperti halnya Mahārāja Yudhiṣṭhira. Semua Pāṇḍavas, mereka ada di bawah perntah dari Kṛṣṇa.

Jadi, raja atau kaisar itu adalah wakil Kṛṣṇa. Karenanya ia sangat dihormati, naradeva. Nama lain dari raja adalah naradeva yang artinya adalah, "Tuhan yang mewujudkan diri sebagai manusia." "Tuhan yang mewujudkan diri sebagai manusia," maka karena itu raja sangat dihormati. Karena ia merupakan wakil Kṛṣṇa. Setiap wakil Kṛṣṇa .... Seperti halnya sang raja ... Dan bukannya seperti raja-raja atau presiden saat ini, tetapi yang diuraikan ini dimaksudkan sebagai suatu contoh ideal, contoh yang paling baik. Jadi, hendaknya ia menjadi wakil yang sangat sempurna sehingga .... Dikatakan oleh Viśvanātha Cakravartī Ṭhākura bahwa, yasya prasādād bhagavat-prasādaḥ. Jika sang raja benar-benar merupakan wakil Tuhan, maka dengan benar-benar memuaskan sang raja, maka itu berarti bahwa kamu juga memuaskan Sang Ayah Yang Maha Kuasa, Tuhan. Ini adalah ... Jadi, mengapa Kṛṣṇa menginginkan terjadinya Perang Kurukṣetra untuk menobatkan Mahārāja Yudhiṣṭhira pada tahta kerajaan? Karena Beliau tahu bahwa, "Ia adalah wakilku yang tepat, bukan Duryodhana. Karena itulah harus terjadi pertempuran dan Duryodhana beserta para teman-temannya harus dihentikan, dan kemudian Yudhiṣṭhira harus dinobatkan." Jadi, pemilihan seperti ini ... Inilah paramparā.

Jadi, tanggung jawab Yudhiṣṭhira adalah untuk memastikan kualitas dari raja yang berikutnya ... Karena ia akan segera turun dari tahta. "Jadi penguasa berikutnya, ia hendaknya juga memiliki kualifikasi yang setara denganku." Karena itu dikatakan, susamaṁ guṇaiḥ. Susamam, "Wakilku yang memiliki kualifikasi yang setara denganku .... Cucuku, Parīkṣit, ia memiliki kualifikasi yang setara. Karena itu ia harus dinobatkan," dan bukannya menobatkan seorang gelandangan. Tidak. Itu tidak boleh dilakukan.

Ketika Mahārāja Parīkṣit dilahirkan, maka hanya dirinya sajalah yang merupakan anak di dalam keluarga Kuru. Yang lainnya sudah binasa dalam pertempuran. Tidak ada lagi anak lainnya, dan ia juga merupakan anak yang dilahirkan sesudah ayahnya meninggal. Saat itu, ia masih berada di dalam kandungan ibunya. Ibunya sedang mengandung dirinya. Ayahnya, Abhimanyu yang masih berumur enambelas tahun, adalah putera Arjuna, yang juga pergi bertempur ke medan perang. Abhimanyu adalah seorang pejuang yang hebat, sehingga diperlukan tujuh orang besar untuk membunuhnya. Bhīṣma, Droṇa, Karṇa, Duryodhana, seperti itulah, semuanya lalu menyerangnya bersama-sama. Sama sekali tanpa rasa belas kasih. Abhimanyu ini sebenarnya merupakan cucu serta cicit dari para pahlawan yang mengelilinginya untuk membunuhnya. Seorang cucu serta cicit kesayangan ... Cicit dari Bhīṣma, cucu dari Duryodhana. Tetapi inilah pertarungan, inilah para kṣatriya. Ketika kamu sedang bertarung, maka kamu harus membinasakan musuhmu. Tidak perduli apakah musuhmu itu adalah anak kesayanganmu, cucumu atau cicitmu. Ini adalah suatu kewajiban.