ID/Prabhupada 0845 - Bahkan Seekor Anjingpun Tahu Bagaimana Cara Untuk Melaksanakan Kehidupan Seks - Tidak Diperlukan Suatu Flsafat Dari Freud Untuk Melakukan Hal Itu

Revision as of 03:44, 12 July 2019 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


761217 - Lecture BG 03.25 - Hyderabad

saktāḥ karmaṇy avidvāṁso
yathā kurvanti bhārata
kuryād vidvāṁs tathāsaktaś
cikīrṣur loka-saṅgraham
(BG 3.25)

Ada dua golongan manusia, yang satu adalah vidvān, yaitu mereka yang terpelajar dan yang lainnya adalah mereka yang merupakan para orang bodoh. Orang bisa saja tidak terpelajar, tetapi belum tentu ia bodoh. Tentu saja manusia jauh lebih cerdas dibandingkan dengan binatang. Tetapi di antara mereka sendiri ada yang lebih cerdas dan ada yang kurang cerdas. Namun secara keseluruhan, mereka lebih cerdas dibandingkan dengan binatang. Sepanjang kita membahas kecerdasan dengan mempertimbangkan kegiatan makan, tidur, berhubungan seks serta mempertahankan diri, maka semua hal itu setara, baik pada binatang maupun pada manusia. Tidak diperlukan adanya suatu pembelajaran untuk itu. Bahkan seekor anjingpun tahu bagaimana cara untuk melaksanakan kehidupan seks. Tidak diperlukan suatu flsafat dari Freud untuk melakukan hal itu. Tetapi masyarakat manusia yang bajingan itu, mereka berpikir bahwa, "Freud ini adalah filsuf yang hebat, karena ia menulis mengenai seks." Dan hal seperti ini terus berlangsung.

Di dalam kegiatan makan, hendaknya makanlah secara sederhana ... Inilah sebidang tanah. Garaplah tanah itu dengan sederhana saja, maka kemudian kamu akan bisa mendapatkan makanan biji-bijianmu dengan menghasilkannya sendiri dan kamu bisa makan sepuasnya. Sama sekali tidak diperlukan suatu rumah jagal yang canggih yang akan harus mendatangkan sapi-sapi yang besar, dan tidak perlu juga untuk kemudian tinggal di kota dengan mengorbankan kehidupan para binatang yang malang itu. Ini adalah suatu penyalah-gunaan dari kecerdasan. Dan ini bukanlah kecerdasan. Karena itu seorang penyembah yang benar-benar cerdas hendaknya menunjukkan mengenai bagaimana caranya agar kecerdasan kita bisa dimanfaatkan. Hal itu dijelaskan di sini, saktāḥ karmaṇy avidvāṁsaḥ. Avidvāṁsaḥ, para orang bodoh, orang-orang yang hanya memiliki sedikit pengetahuan, mereka telah membuat begitu banyak kegiatan yang semuanya hanya merupakan kebodohan saja.

Jadi, yang disebut sebagai kemajuan di dalam peradaban modern ini, semua itu, maksudku, direncanakan oleh para avidvāṁsaḥ itu, yaitu para orang yang hanya memiliki sedikit pengetahuan. Dan sebenarnya semua itu bukanlah merupakan kemajuan peradaban. Karena itu mereka tidak mempercayai adanya perpindahan dari sang jiwa. Mereka tidak percaya akan hal ini dan mereka menghindar dari persoalan besar tersebut, lalu mereka berencana untuk hidup selama limapuluh atau enampuluh tahun di dalam hidup ini, dan dengan melekat sepenuhnya secara material, mereka lalu membuat rencana-rencana besar, saktāḥ. Saktāḥ karmaṇi, dan mereka kemudian menemukan cara-cara kesibukan baru. Avidvāṁsaḥ. Mereka tidak mengetahui bagaimana caranya menyibukkan otak serta bakat seseorang. Itulah yang kita bicarakan beberapa hari yang lalu bahwa, pravṛttiṁ ca nivṛttiṁ ca na vidur āsurā janāḥ. (BG 16.7). Mereka tidak memahami bagaimana caranya kita harus menyibukkan otak serta bakat kita. Itulah perbedaan antara seorang devatā dengan seorang asura. Seorang asura tidak memahami hal itu. Asura selalu berpikir bahwa ia akan hidup selamanya, sehingga kemudian ia mempersiapkan begitu banyak rencana-rencana besar untuk kenyamanan materialnya.

Inilah peradaban asura. Dan ia tidak akan diijinkan untuk berada di sini. Duḥkhālayam aśāśvatam. (BG 8.15). Ini adalah tempat bagi penderitaan supaya kita bisa memahami kedudukan kita Namun para orang bodoh ini tidak menganggap penderitan ini sebagai suatu pertimbangan. Justru mereka membuat kembali rencana-rencana yang mengakibatkan adanya penderitaan baru. Inilah peradaban yang bodoh. Mereka tidak bisa memahami hal itu .... Mereka yang namanya saja ilmuwan, mereka berbicara melalui permainan kata-kata dan mereka menyebut itu sebagai suatu kemajuan. Dan sebagaimana yang kita bicarakan pagi ini, setiap orang yang cerdas akan bisa bertanya, "Lalu jalan keluar apa yang sudah anda dapatkan? Jalan keluar apa yang sudah anda buat untuk mengatasi masalah kelahiran, kematian, usia tua dan penyakit? Sudahkah anda memecahkan masalah ini?" Dan mereka tidak akan menjawab "ya" untuk pertanyaan ini. Mereka akan menjawab, "Ya, kami sedang berusaha, dan baru sesudah jutaan tahun lagi hal itu bisa dimungkinkan." Itupun juga jika .... "Hal itu bisa dimungkinkan, jika kita juga bisa hidup selamanya." Seperti itulah jawaban mereka. Sekarang, siapakah yang akan hidup selama jutaan tahun untuk memastikan usulanmu itu? Setiap orang akan mati dalam waktu limapuluh, enampuluh tahun. Dan kamu menganggap dirimu akan hidup selamanya ..... Wahai bajingan, kamu juga akan mati. Lalu siapa yang akan melihat hasil akhir dari tindakanmu? Jadi, hal seperti ini sedang terus berlangsung. Karena itu seorang yang cerdas berkewajiban untuk menunjukkan jalan kehidupan.