ID/Prabhupada 0926 - Tidak Ada Pertukaran Sebagaimana Layaknya Dalam Perdagangan, Itulah Yang Diinginkan - Kṛṣṇa Menginginkan Cinta Yang Seperti Itu

Revision as of 03:51, 12 July 2019 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


730423 - Lecture SB 01.08.31 - Los Angeles

Hendaknya kita tidak mencintai Kṛṣṇa hanya untuk memperoleh sejumlah pencapaian material. Bukanlah bahwa, "Kṛṣṇa, mohon berilah kami rejeki hari ini. Aku akan mencintaimu kemudian. Kṛṣṇa, berikanlah aku ini, nanti aku akan mencintaiMu." Tidak ada pertukaran sebagaimana layaknya dalam perdagangan. Itulah yang diinginkan. Kṛṣṇa menginginkan cinta yang seperti itu. Jadi, dikatakan di sini bahwa kedudukan seperti itu adalah, yā te daśā, daśā ... Begitu Kṛṣṇa melihat Ibu Yaśodā datang dengan membawa seutas tali untuk mengikat diriNya, maka dengan segera Beliau menjadi sangat ketakutan sehingga air mataNya menetes. "Oh, Ibu akan mengikat diriKu." Yā te daśāśru-kalila añjana. Dan hiasan bulu mataNya menjadi terhapus. Dan sambhrama. Dengan penuh rasa hormat Beliau memandang ibuNya, dan dengan penuh perasaan Beliau memohon, "Ya, Ibu, Aku sudah bersalah kepadamu. Mohon maafkanlah Aku." Itulah adegan dari peristiwa Kṛṣṇa. Jadi, adegan tersebut sangat dihargai oleh Kuntī, di mana dengan segera kepala Kṛṣṇa menjadi menunduk.

Jadi, inilah kesempurnaan lainnya dari Kṛṣṇa, yaitu bahwa sekalipun Beliau adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Kuasa ... Di dalam Bhagavad-gītā Beliau berkata, mattaḥ parataraṁ nānyat kiñcid asti dhanañjaya. (BG 7.7). "Arjuna yang baik, tidak ada siapapun yang lebih tinggi dariKu. Akulah yang paling tinggi." Mattaḥ parataraṁ na anyat. "Tidak ada siapapun yang lainnya." Kepribadian Tuhan Yang Maha Kuasa itu, yang tidak seorangpun lebih tinggi dariNya, tetapi Kepribadian Tuhan Yang Maha kuasa itu pula yang memberikan hormat kepada Ibu Yaśodā. Ninīya, vaktraṁ ninīya. Beliau menerima bahwa, "IbuKu tercinta, ya, Akulah yang melakukan kesalahan." Ninīya vaktraṁ bhaya-bhāvanayā, dengan penuh rasa ketakutan. Sthitasya. Terkadang saat Yaśodāmātā, Ibu Yaśodā, melihat bahwa sang anak itu sudah menjadi begitu ketakutan, maka ia juga menjadi terganggu. Karena jika sang anak menjadi terganggu .... maka secara psikologis ... Akan ada sejumlah reaksi pikiran. Jadi, sebenarnya Ibu Yaśodā tidak menginginkan Kṛṣṇa menjadi menderita akibat hukuman yang diberikan olehnya. Bukan seperti itu tujuan Ibu Yaśodā melakukan hal itu. Namun menurut perasaan seorang ibu, saat itu ia merasakan bahwa sang anak sudah terlalu mengganggu ...

Sudah menjadi suatu kebiasaan di India yang masih berlaku hingga saat ini, yaitu ketika sang anak sudah menjadi sangat mengganggu, maka ia akan diikat di suatu tempat. Itu adalah kebiasaan yang sangat umum. Jadi, Ibu Yaśodā melakukan hal itu. Sā māṁ vimohayati. Seperti itulah adegan yang dihargai oleh para penyembah yang murni, yaitu bahwa sekalipun Sang Kepribadian Yang Utama itu begitu sangat mulia, namun Beliau bermain sebagaimana layaknya seorang anak kecil yang sempurna. Saat Beliau memainkan perananNya sebagai seorang anak kecil, maka Beliau memainkannya dengan sangat sempurna. Saat Beliau memainkan peranan sebagai seorang suami dengan 16.000 istri, Beliau juga memainkan peranan sebagai seorang suami dengan sangat sempurna. Dan saat Beliau memainkan peranan sebagai kekasih dari para gopī, Beliau juga memainkan peranan itu dengan sangat sempurna. Saat Beliau menjadi sahabat bagi para anak penggembala sapi, Beliau juga memainkannya dengan sangat sempurna.

Semua anak gembala sapi itu sangat bergantung kepada Kṛṣṇa. Mereka ingin makan buah kelapa, namun ada seorang asura yang menjaganya, Gardabhāsura, dan ia tidak akan mengijinkan siapapun untuk masuk serta mendekati pohon kelapa tersebut Tetapi para teman-teman Kṛṣṇa itu, para anak penggembala sapi itu, mereka memohon, "Kṛṣṇa, kami ingin makan buah kelapa itu. Jika Engkau bisa mengaturnya ...." "Ya," dengan segera Kṛṣṇa mengatur hal itu. Kṛṣṇa dan Balarāma kemudian pergi ke hutan di mana para asura itu tinggal di sana dalam wujud keledai, dan dengan segera kaki belakang para asura itu menjadi sasaran tendangan dari Kṛṣṇa dan Balarāma. Balarāma. kemudian menangkap salah satu dari mereka dan dengan segera melemparkannya ke atas pohon sehingga sang asura itu mati seketika. Jadi, para teman-teman itu sangat berhutang budi kepada Kṛṣṇa.

Suatu ketika terjadi kebakaran hutan. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. "Kṛṣṇa." "Ya." Kṛṣṇa selalu siap sedia. Kṛṣṇa dengan segera menelan seluruh api tersebut. Dan juga ada sangat banyak asura yang diserang. Setiap hari, semua anak-anak itu akan pulang ke rumah mereka dan menceritakan kepada ibu mereka, "Ibu, Kṛṣṇa itu sungguh luar biasa. Ibu tahu? Inilah yang terjadi hari ini." Dan sang ibu akan berkata, "Ya, Kṛṣṇa sungguh sangat luar biasa." Seperti itulah. Itu saja. Mereka tidak memahami bahwa Kṛṣṇa adalah Tuhan, bahwa Kṛṣṇa adalah Kepribadian Yang Utama. Kṛṣṇa sungguh-sungguh luar biasa. Itu saja. Dan rasa cinta mereka menjadi semakin meningkat. Semakin banyak mereka menyaksikan kegiatan-kegiatan Kṛṣṇa yang luar biasa, maka semakin mereka menjadi pencintaNya. "Mungkin Beliau itu adalah seorang dewa. Ya." Itulah perkiraan mereka. Ketika Nanda Mahārāja sedang berbicara di antara teman-temannya, maka para temannya itu akan membicarakan Kṛṣṇa ... "Oh, Nanda Mahārāja, anak anda Kṛṣṇa itu sungguh luar biasa." "Ya, aku sudah melihat hal itu. Mungkin diriNya adalah seorang dewa." Itu saja. "Mungkin." Hal itupun belum pasti. (tertawa). Jadi, para penghuni Vṛndāvana, mereka tidak memperdulikan siapakah Tuhan itu dan siapakah yang bukan Tuhan. Itu bukan urusan mereka. Namun mereka menginginkan Kṛṣṇa dan mencintai Kṛṣṇa. Itu saja.