ID/Prabhupada 0465 - Vaiṣṇava Sangatlah Perkasa, Tetapi Ia Sangat Lembut Dan Rendah Hati: Difference between revisions

(Created page with "<!-- BEGIN CATEGORY LIST --> Category:1080 Indonesian Pages with Videos Category:Prabhupada 0465 - in all Languages Category:ID-Quotes - 1977 Category:ID-Quotes...")
 
(Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
 
Line 8: Line 8:
[[Category:Indonesian Language]]
[[Category:Indonesian Language]]
<!-- END CATEGORY LIST -->
<!-- END CATEGORY LIST -->
<!-- BEGIN NAVIGATION BAR -- DO NOT EDIT OR REMOVE -->
{{1080 videos navigation - All Languages|Indonesian|ID/Prabhupada 0464 - Śāstra Tidaklah Dimaksudkan Bagi Para Golongan Rendah|0464|ID/Prabhupada 0466 - Ular Hitam Kurang Berbahaya Dibandingkan Dengan Manusia Yang Bersifat Seperti Ular|0466}}
<!-- END NAVIGATION BAR -->
<!-- BEGIN ORIGINAL VANIQUOTES PAGE LINK-->
<!-- BEGIN ORIGINAL VANIQUOTES PAGE LINK-->
<div class="center">
<div class="center">
Line 16: Line 19:


<!-- BEGIN VIDEO LINK -->
<!-- BEGIN VIDEO LINK -->
{{youtube_right|KwA9dsf0yYU| Vaiṣṇava Sangatlah Perkasa, Tetapi Ia Sangat Lembut Dan Rendah Hati<br />- Prabhupāda 0465}}
{{youtube_right|mL_9GoxXprs| Vaiṣṇava Sangatlah Perkasa, Tetapi Ia Sangat Lembut Dan Rendah Hati<br />- Prabhupāda 0465}}
<!-- END VIDEO LINK -->
<!-- END VIDEO LINK -->


<!-- BEGIN AUDIO LINK -->
<!-- BEGIN AUDIO LINK -->
<mp3player>http://vaniquotes.org/w/images/770228SB-MAY_clip3.mp3</mp3player>
<mp3player>https://s3.amazonaws.com/vanipedia/clip/770228SB-MAY_clip3.mp3</mp3player>
<!-- END AUDIO LINK -->
<!-- END AUDIO LINK -->


Line 38: Line 41:
Vaiṣṇava selalu rendah hati - lembut dan rendah hati. Itulah Vaiṣṇava. Vaiṣṇava sangatlah perkasa, tetapi tetap saja, ia sangat lembut dan rendah hati. Jadi, itulah tanda-tandanya. Prahlāda Mahārāja sangat berkualifikasi, sehingga dengan segera Tuhan Nṛsiṁha-deva menempatkan tanganNya di atas kepalanya, "Anakku yang baik, engkau sudah sangat menderita. Sekarang tenanglah." Inilah kedudukan Prahlāda Mahārāja - dengan segera diterima oleh Tuhan. Namun ia berpikir, "Aku ini keturunan rendah, dari keluarga yang penuh nafsu," ugra-jāteḥ. Ia sama sekali tidak merasa bangga bahwa, "Sekarang Nṛsiṁha-deva telah menyentuh kepalaku. Siapa yang bisa menyamaiku? Akulah pribadi yang paling hebat." Ini bukanlah Vaiṣṇava.  
Vaiṣṇava selalu rendah hati - lembut dan rendah hati. Itulah Vaiṣṇava. Vaiṣṇava sangatlah perkasa, tetapi tetap saja, ia sangat lembut dan rendah hati. Jadi, itulah tanda-tandanya. Prahlāda Mahārāja sangat berkualifikasi, sehingga dengan segera Tuhan Nṛsiṁha-deva menempatkan tanganNya di atas kepalanya, "Anakku yang baik, engkau sudah sangat menderita. Sekarang tenanglah." Inilah kedudukan Prahlāda Mahārāja - dengan segera diterima oleh Tuhan. Namun ia berpikir, "Aku ini keturunan rendah, dari keluarga yang penuh nafsu," ugra-jāteḥ. Ia sama sekali tidak merasa bangga bahwa, "Sekarang Nṛsiṁha-deva telah menyentuh kepalaku. Siapa yang bisa menyamaiku? Akulah pribadi yang paling hebat." Ini bukanlah Vaiṣṇava.  


Sanātana Gosvāmī, ketika ia mendekati Caitanya Mahāprabhu, maka ia menampilkan dirinya sendiri sebagai, nīca jāti nīca karma nīca saṅgī, "Hamba dilahirkan dari keluarga yang sangat rendah, pekerjaan hamba sangat rendah, dan pergaulan hamba juga sangat rendah." Jadi, Sanātana Gosvāmī dilahirkan dari suatu keluarga brāhmaṇa yang sangat terhormat, tetapi karena ia menerima pelayanan kepada Raja dari golongan Muslim, maka sebenarnya ia kehilangan seluruh budaya kebrahmanaannya. I
Sanātana Gosvāmī, ketika ia mendekati Caitanya Mahāprabhu, maka ia menampilkan dirinya sendiri sebagai, nīca jāti nīca karma nīca saṅgī, "Hamba dilahirkan dari keluarga yang sangat rendah, pekerjaan hamba sangat rendah, dan pergaulan hamba juga sangat rendah." Jadi, Sanātana Gosvāmī dilahirkan dari suatu keluarga brāhmaṇa yang sangat terhormat, tetapi karena ia menerima pelayanan kepada Raja dari golongan Muslim, maka sebenarnya ia kehilangan seluruh budaya kebrahmanaannya.  


a tidak kehilangan budaya kebrahmanaannya, tetapi secara pengelihatan hal itu nampak seperti hilang, karena ia bergaul dengan orang Muslim, makan, duduk dan berbicara dengan mereka. Tetapi ia menghentikan semua itu. Tyaktvā tūrṇam aśeṣa-maṇḍala-pati-śreṇīṁ sadā tuccha. Ia memahami, "Apa yang sedang aku lakukan? Aku ini sedang melakukan bunuh diri." Jāniyā śuniyā viṣa khāinu. Narottama dāsa Ṭhākura berkata bahwa, "Aku sedang minum racun dengan sengaja." Seseorang bisa minum racun dengan tidak sengaja, tetapi jika seseorang dengan sengaja minum racun, maka itu sangatlah disesalkan. Jadi, Narottama dāsa Ṭhākura berkata,  
Ia tidak kehilangan budaya kebrahmanaannya, tetapi secara pengelihatan hal itu nampak seperti hilang, karena ia bergaul dengan orang Muslim, makan, duduk dan berbicara dengan mereka. Tetapi ia menghentikan semua itu. Tyaktvā tūrṇam aśeṣa-maṇḍala-pati-śreṇīṁ sadā tuccha. Ia memahami, "Apa yang sedang aku lakukan? Aku ini sedang melakukan bunuh diri." Jāniyā śuniyā viṣa khāinu. Narottama dāsa Ṭhākura berkata bahwa, "Aku sedang minum racun dengan sengaja." Seseorang bisa minum racun dengan tidak sengaja, tetapi jika seseorang dengan sengaja minum racun, maka itu sangatlah disesalkan. Jadi, Narottama dāsa Ṭhākura berkata,  


:hari hari biphale janama goṅāinu
:hari hari biphale janama goṅāinu

Latest revision as of 03:12, 12 July 2019



Lecture on SB 7.9.8 -- Mayapur, February 28, 1977

Jadi, Prahlāda Mahārāja adalah Vaiṣṇava. Kualifikasi Vaiṣṇava adalah,

tṛṇād api sunīcena
taror api sahiṣṇunā
amāninā mānadena
kīrtanīyaḥ sadā hariḥ
(CC Adi 17.31)

Vaiṣṇava selalu rendah hati - lembut dan rendah hati. Itulah Vaiṣṇava. Vaiṣṇava sangatlah perkasa, tetapi tetap saja, ia sangat lembut dan rendah hati. Jadi, itulah tanda-tandanya. Prahlāda Mahārāja sangat berkualifikasi, sehingga dengan segera Tuhan Nṛsiṁha-deva menempatkan tanganNya di atas kepalanya, "Anakku yang baik, engkau sudah sangat menderita. Sekarang tenanglah." Inilah kedudukan Prahlāda Mahārāja - dengan segera diterima oleh Tuhan. Namun ia berpikir, "Aku ini keturunan rendah, dari keluarga yang penuh nafsu," ugra-jāteḥ. Ia sama sekali tidak merasa bangga bahwa, "Sekarang Nṛsiṁha-deva telah menyentuh kepalaku. Siapa yang bisa menyamaiku? Akulah pribadi yang paling hebat." Ini bukanlah Vaiṣṇava.

Sanātana Gosvāmī, ketika ia mendekati Caitanya Mahāprabhu, maka ia menampilkan dirinya sendiri sebagai, nīca jāti nīca karma nīca saṅgī, "Hamba dilahirkan dari keluarga yang sangat rendah, pekerjaan hamba sangat rendah, dan pergaulan hamba juga sangat rendah." Jadi, Sanātana Gosvāmī dilahirkan dari suatu keluarga brāhmaṇa yang sangat terhormat, tetapi karena ia menerima pelayanan kepada Raja dari golongan Muslim, maka sebenarnya ia kehilangan seluruh budaya kebrahmanaannya.

Ia tidak kehilangan budaya kebrahmanaannya, tetapi secara pengelihatan hal itu nampak seperti hilang, karena ia bergaul dengan orang Muslim, makan, duduk dan berbicara dengan mereka. Tetapi ia menghentikan semua itu. Tyaktvā tūrṇam aśeṣa-maṇḍala-pati-śreṇīṁ sadā tuccha. Ia memahami, "Apa yang sedang aku lakukan? Aku ini sedang melakukan bunuh diri." Jāniyā śuniyā viṣa khāinu. Narottama dāsa Ṭhākura berkata bahwa, "Aku sedang minum racun dengan sengaja." Seseorang bisa minum racun dengan tidak sengaja, tetapi jika seseorang dengan sengaja minum racun, maka itu sangatlah disesalkan. Jadi, Narottama dāsa Ṭhākura berkata,

hari hari biphale janama goṅāinu
manuṣya-janama pāiyā, rādhā-kṛṣṇa nā bhajiyā,
jāniyā śuniyā viṣa khāinu

Jadi, kita sedang berusaha untuk mengajarkan gerakan kesadaran Kṛṣṇa ini ke seluruh penjuru dunia, namun jika orang-orang tidak menerima gerakan kesadaran Kṛṣṇa ini, maka sebenarnya ia sedang minum racun dengan sengaja. Inilah kedudukannya. Ia sedang minum racun. Itulah kenyataannya. Bukanlah berarti bahwa kita sedang mengkhayalkan sesuatu, atau sedang berteori. Mereka menuduh kita bahwa, "Ini adalah pencucian otak." Ya, gerakan ini adalah suatu pencucian otak. Ini seperti .... semua hal yang kotor, kotoran, ada di dalam otak, dan kita sedang berusaha untuk mencucinya. Itulah tujuan kita ......

śṛṇvatāṁ sva-kathāḥ kṛṣṇaḥ
puṇya-śravaṇa-kīrtanaḥ
hṛdy antaḥ stho hy abhadrāṇi
vidhunoti suhṛt satām
(SB 1.2.17)

Kata vidhunoti ini ada di sini. Vidhunoti berarti pencucian. Pencucian. Ketika kamu mendengar pesan dari Śrīmad Bhāgavatam atau Bhagavad-gītā, maka proses ini adalah vidhunoti, pencucian. Sebenarnya, hal ini adalah suatu pencucian otak - supaya menjadi baik. Pencucian bukanlah hal yang buruk. (tertawa). Itulah yang tidak dipahami oleh para bajingan ini. Mereka berpikir bahwa. "Oh, kalian sedang membuatku menjadi bersih dan murni? Oh, jika begitu kalian itu sangat berbahaya." Inilah milik mereka .... Mūrkhāyopadeśo hi prakopāya na śāntaye, "Bagi seorang bajingan, jika kamu memberinya nasihat yang baik, maka ia menjadi marah." Mūrkhāyopadeśo hi prakopāya na śāntaye. Bagaimanakah itu? Payaḥ-pānaṁ bhujaṅgānāṁ kevalaṁ viṣa-vardhanam.