ID/Prabhupada 0627 - Tanpa Kesegaran, Seseorang Tidak Bisa Memahami Pokok Bahasan Mengenai Hal-hal Yang Mulia: Difference between revisions
(Created page with "<!-- BEGIN CATEGORY LIST --> Category:1080 Indonesian Pages with Videos Category:Prabhupada 0627 - in all Languages Category:ID-Quotes - 1972 Category:ID-Quotes...") |
(Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version) |
||
Line 8: | Line 8: | ||
[[Category:Indonesian Language]] | [[Category:Indonesian Language]] | ||
<!-- END CATEGORY LIST --> | <!-- END CATEGORY LIST --> | ||
<!-- BEGIN NAVIGATION BAR -- DO NOT EDIT OR REMOVE --> | |||
{{1080 videos navigation - All Languages|Indonesian|ID/Prabhupada 0626 - Jika Kamu Ingin Mempelajari Mengenai Hal-hal Yang Nyata, Maka Kamu Harus Mendekati Ācārya|0626|ID/Prabhupada 0628 - Kita Tidak Menerima Hal Yang Hanya Sekedar "Mungkin" Dan "Barangkali" Seperti Itu. Tidak. Kita Menerima Apa Yang Merupakan Kenyataan|0628}} | |||
<!-- END NAVIGATION BAR --> | |||
<!-- BEGIN ORIGINAL VANIQUOTES PAGE LINK--> | <!-- BEGIN ORIGINAL VANIQUOTES PAGE LINK--> | ||
<div class="center"> | <div class="center"> | ||
Line 16: | Line 19: | ||
<!-- BEGIN VIDEO LINK --> | <!-- BEGIN VIDEO LINK --> | ||
{{youtube_right| | {{youtube_right|HcD84d3Qk5c|Tanpa Kesegaran, Seseorang Tidak Bisa Memahami Pokok Bahasan Mengenai Hal-hal Yang Mulia<br />- Prabhupāda 0627}} | ||
<!-- END VIDEO LINK --> | <!-- END VIDEO LINK --> | ||
<!-- BEGIN AUDIO LINK (from English page --> | <!-- BEGIN AUDIO LINK (from English page --> | ||
<mp3player> | <mp3player>https://s3.amazonaws.com/vanipedia/clip/720908BG-PIT_clip05.mp3</mp3player> | ||
<!-- END AUDIO LINK --> | <!-- END AUDIO LINK --> | ||
Line 30: | Line 33: | ||
Apa ciri-ciri dari guru kerohanian yang bona fide? Setiap orang ingin menjadi guru kerohanian. Jadi, hal itu juga dinyatakan. Śābde pare ca niṣṇātam. ([[Vanisource:SB 11.3.21|SB 11.3.21]]). Seseorang yang sudah mandi sepenuhnya di dalam lautan kesusastraan Veda, śābde pare ca niṣṇātam. Seperti jika kamu sudah mandi, maka kamu akan menjadi segar. Jika kamu mandi dengan baik, maka kamu akan merasa segar. Śābde pare ca niṣṇātam. Tanpa kesegaran, seseorang tidak bisa memahami pokok bahasan mengenai hal-hal yang mulia. Dan sang guru, atau sang guru kerohanian, seharusnya selalu segar dengan selalu mandi di dalam lautan pengetahuan Veda. Dan apakah hasilnya? Śābde pare ca niṣṇātaṁ brahmaṇy upaśamāśrayam. Sesudah menjadi bersih seperti itu, ia berlindung kepada Kebenaran Mutlak Yang Utama, tanpa adanya keinginan material apapun. Ia tidak lagi memiliki keinginan material, ia hanya tertarik kepada Kṛṣṇa, atau Sang Kebenaran Mutlak. Inilah ciri-ciri dari guru, atau guru kerohanian. | Apa ciri-ciri dari guru kerohanian yang bona fide? Setiap orang ingin menjadi guru kerohanian. Jadi, hal itu juga dinyatakan. Śābde pare ca niṣṇātam. ([[Vanisource:SB 11.3.21|SB 11.3.21]]). Seseorang yang sudah mandi sepenuhnya di dalam lautan kesusastraan Veda, śābde pare ca niṣṇātam. Seperti jika kamu sudah mandi, maka kamu akan menjadi segar. Jika kamu mandi dengan baik, maka kamu akan merasa segar. Śābde pare ca niṣṇātam. Tanpa kesegaran, seseorang tidak bisa memahami pokok bahasan mengenai hal-hal yang mulia. Dan sang guru, atau sang guru kerohanian, seharusnya selalu segar dengan selalu mandi di dalam lautan pengetahuan Veda. Dan apakah hasilnya? Śābde pare ca niṣṇātaṁ brahmaṇy upaśamāśrayam. Sesudah menjadi bersih seperti itu, ia berlindung kepada Kebenaran Mutlak Yang Utama, tanpa adanya keinginan material apapun. Ia tidak lagi memiliki keinginan material, ia hanya tertarik kepada Kṛṣṇa, atau Sang Kebenaran Mutlak. Inilah ciri-ciri dari guru, atau guru kerohanian. | ||
Jadi, dalam tujuan untuk memahami ... Sebagaimana Kṛṣṇa mengajarkan Arjuna. Sebelum itu, Arjuna menyerahkan dirinya. Śiṣyas te 'haṁ śādhi māṁ prapannam. ([[ | Jadi, dalam tujuan untuk memahami ... Sebagaimana Kṛṣṇa mengajarkan Arjuna. Sebelum itu, Arjuna menyerahkan dirinya. Śiṣyas te 'haṁ śādhi māṁ prapannam. ([[ID/BG 2.7|BG 2.7]]). Meskipun mereka bersahabat, meskipun Kṛṣṇa dan Arjuna bersahabat ... Sebelumnya, mereka berbicara sebagaimana layaknya sahabat, dan Arjuna sedang berdebat dengan Kṛṣṇa. Perdebatan ini tidak berarti karena jika aku tidak sempurna, lalu apa arti dari perdebatanku ini? Apapun yang aku perdebatkan, maka itupun selalu tidak sempurna. Jadi, apa gunanya membuang-buang waktu melalui perdebatan yang tidak sempurna? Bukan seperti itulah prosesnya. Prosesnya adalah bahwa kita harus mendekati seorang pribadi yang sempurna dan menerima petunjuknya sebagaimana adanya. Maka pengetahuan kita akan menjadi sempurna. Tanpa adanya perdebatan. Kita menerima pengetahuan Veda dengan cara demikian. | ||
Sebagai contoh, seperti halnya kotoran binatang. Dikatakan di dalam kesusastraan Veda bahwa kotoran binatang adalah tidak suci. Jika kamu menyentuh kotoran binatang ... Menurut sistem Veda, bahkan sesudah aku buang air besar, aku harus segera mandi kembali. Lalu apalagi jika aku menyentuh kotoran dari hewan lain. Itulah sistemnya. Jadi kotoran itu tidak suci. Jika seseorang menyentuh kotoran, maka ia harus segera mandi. Itulah petunjuk Veda. Tetapi di pihak lain dikatakan bahwa kotoran sapi itu suci, dan jika kotoran sapi dipergunakan pada tempat-tempat yang tidak suci, maka tempat -tempat itu akan menjadi suci. Sekarang, jika kamu berdebat, kamu bisa mengatakan bahwa, "Kotoran binatang itu tidak suci. Lalu mengapa di satu sisi dikatakan sebagai suci dan di sisi lain dikatakan sebagai tidak suci? Ini adalah suatu hal yang saling bertentangan." Tetapi ini bukanlah suatu pertentangan. Kamu bisa melakukan percobaan. Ambillah kotoran sapi dan pergunakanlah di manapun, dan kamu akan menemukan bahwa kotoran itu memang suci. Kotoran itu dengan segera membuat segala sesuatunya menjadi suci. | Sebagai contoh, seperti halnya kotoran binatang. Dikatakan di dalam kesusastraan Veda bahwa kotoran binatang adalah tidak suci. Jika kamu menyentuh kotoran binatang ... Menurut sistem Veda, bahkan sesudah aku buang air besar, aku harus segera mandi kembali. Lalu apalagi jika aku menyentuh kotoran dari hewan lain. Itulah sistemnya. Jadi kotoran itu tidak suci. Jika seseorang menyentuh kotoran, maka ia harus segera mandi. Itulah petunjuk Veda. Tetapi di pihak lain dikatakan bahwa kotoran sapi itu suci, dan jika kotoran sapi dipergunakan pada tempat-tempat yang tidak suci, maka tempat -tempat itu akan menjadi suci. Sekarang, jika kamu berdebat, kamu bisa mengatakan bahwa, "Kotoran binatang itu tidak suci. Lalu mengapa di satu sisi dikatakan sebagai suci dan di sisi lain dikatakan sebagai tidak suci? Ini adalah suatu hal yang saling bertentangan." Tetapi ini bukanlah suatu pertentangan. Kamu bisa melakukan percobaan. Ambillah kotoran sapi dan pergunakanlah di manapun, dan kamu akan menemukan bahwa kotoran itu memang suci. Kotoran itu dengan segera membuat segala sesuatunya menjadi suci. |
Latest revision as of 03:26, 12 July 2019
Lecture on BG 2.13 -- Pittsburgh, September 8, 1972
Apa ciri-ciri dari guru kerohanian yang bona fide? Setiap orang ingin menjadi guru kerohanian. Jadi, hal itu juga dinyatakan. Śābde pare ca niṣṇātam. (SB 11.3.21). Seseorang yang sudah mandi sepenuhnya di dalam lautan kesusastraan Veda, śābde pare ca niṣṇātam. Seperti jika kamu sudah mandi, maka kamu akan menjadi segar. Jika kamu mandi dengan baik, maka kamu akan merasa segar. Śābde pare ca niṣṇātam. Tanpa kesegaran, seseorang tidak bisa memahami pokok bahasan mengenai hal-hal yang mulia. Dan sang guru, atau sang guru kerohanian, seharusnya selalu segar dengan selalu mandi di dalam lautan pengetahuan Veda. Dan apakah hasilnya? Śābde pare ca niṣṇātaṁ brahmaṇy upaśamāśrayam. Sesudah menjadi bersih seperti itu, ia berlindung kepada Kebenaran Mutlak Yang Utama, tanpa adanya keinginan material apapun. Ia tidak lagi memiliki keinginan material, ia hanya tertarik kepada Kṛṣṇa, atau Sang Kebenaran Mutlak. Inilah ciri-ciri dari guru, atau guru kerohanian.
Jadi, dalam tujuan untuk memahami ... Sebagaimana Kṛṣṇa mengajarkan Arjuna. Sebelum itu, Arjuna menyerahkan dirinya. Śiṣyas te 'haṁ śādhi māṁ prapannam. (BG 2.7). Meskipun mereka bersahabat, meskipun Kṛṣṇa dan Arjuna bersahabat ... Sebelumnya, mereka berbicara sebagaimana layaknya sahabat, dan Arjuna sedang berdebat dengan Kṛṣṇa. Perdebatan ini tidak berarti karena jika aku tidak sempurna, lalu apa arti dari perdebatanku ini? Apapun yang aku perdebatkan, maka itupun selalu tidak sempurna. Jadi, apa gunanya membuang-buang waktu melalui perdebatan yang tidak sempurna? Bukan seperti itulah prosesnya. Prosesnya adalah bahwa kita harus mendekati seorang pribadi yang sempurna dan menerima petunjuknya sebagaimana adanya. Maka pengetahuan kita akan menjadi sempurna. Tanpa adanya perdebatan. Kita menerima pengetahuan Veda dengan cara demikian.
Sebagai contoh, seperti halnya kotoran binatang. Dikatakan di dalam kesusastraan Veda bahwa kotoran binatang adalah tidak suci. Jika kamu menyentuh kotoran binatang ... Menurut sistem Veda, bahkan sesudah aku buang air besar, aku harus segera mandi kembali. Lalu apalagi jika aku menyentuh kotoran dari hewan lain. Itulah sistemnya. Jadi kotoran itu tidak suci. Jika seseorang menyentuh kotoran, maka ia harus segera mandi. Itulah petunjuk Veda. Tetapi di pihak lain dikatakan bahwa kotoran sapi itu suci, dan jika kotoran sapi dipergunakan pada tempat-tempat yang tidak suci, maka tempat -tempat itu akan menjadi suci. Sekarang, jika kamu berdebat, kamu bisa mengatakan bahwa, "Kotoran binatang itu tidak suci. Lalu mengapa di satu sisi dikatakan sebagai suci dan di sisi lain dikatakan sebagai tidak suci? Ini adalah suatu hal yang saling bertentangan." Tetapi ini bukanlah suatu pertentangan. Kamu bisa melakukan percobaan. Ambillah kotoran sapi dan pergunakanlah di manapun, dan kamu akan menemukan bahwa kotoran itu memang suci. Kotoran itu dengan segera membuat segala sesuatunya menjadi suci.
Jadi, ini adalah petunjuk Veda, yang semuanya merupakan pengetahuan yang sempurna. Daripada membuang waktu dengan berdebat dan menonjolkan rasa gengsi yang keliru, lebih baik kamu menerima pengetahuan yang sempurna itu sebagaimana hal itu dinyatakan di dalam kesusastraan Veda, dan kemudian kita mendapatkan pengetahuan yang sempurna sehingga hidup kita menjadi berhasil. Dan daripada melakukan percobaan pada badan kita untuk menemukan di manakah letaknya sang jiwa itu ... Sang jiwa itu ada, namun ia sangatlah kecil sehingga mustahil bagimu untuk melihatnya dengan menggunakan matamu yang tumpul itu. Tidak juga kamu bisa melihatnya dengan menggunakan mikroskop ataupun peralatan lainnya, karena dikatakan bahwa sang jiwa itu hanya berukuran sebesar sepersepuluh ribu bagian dari ujung rambut. Jadi tidak ada mesin yang bisa dipergunakan untuk melakukan hal itu. Kamu tidak bisa melihatnya. Tetapi ia ada di sana. Jika tidak, bagaimana kita bisa menemukan perbedaan antara badan yang sudah mati dengan badan yang masih hidup?