ID/BG 1.2: Difference between revisions
(Bhagavad-gita Compile Form edit) |
(Vanibot #0019: LinkReviser - Revised links and redirected them to the de facto address when redirect exists) |
||
Line 5: | Line 5: | ||
==== ŚLOKA 2 ==== | ==== ŚLOKA 2 ==== | ||
<div class="devanagari"> | |||
:सञ्जय उवाच | |||
:दृष्ट्वा तु पाण्डवानीकं व्यूढं दुर्योधनस्तदा । | |||
:आचार्यमुपसंगम्य राजा वचनमब्रवीत् ॥२॥ | |||
</div> | |||
<div class="verse"> | <div class="verse"> | ||
: | :sañjaya uvāca | ||
:dṛṣṭvā tu pāṇḍavānīkaḿ | |||
:vyūḍhaḿ duryodhanas tadā | |||
:ācāryam upasańgamya | |||
:rājā vacanam abravīt | |||
</div> | </div> | ||
Line 19: | Line 25: | ||
<div class="synonyms"> | <div class="synonyms"> | ||
sañjayaḥ uvāca | ''sañjayaḥ uvāca''—Sañjaya berkata; ''dṛṣṭvā''—sesudah melihat; ''tu''—tetapi; ''pāṇḍava-anīkam''—tentara tentara para Pāṇḍavā; ''vyūḍham''—tersusun dalam barisan-barisan tentara; ''duryodhanaḥ''—Raja Duryodhana; ''tadā''—pada waktu itu; ''ācāryam''—guru; ''upasańgamya''—mendekati; ''rājā''—sang raja; ''vacanam''—kata-kata; ''abravīt''—berkata. | ||
</div> | </div> | ||
Line 31: | Line 37: | ||
<div class="purport"> | <div class="purport"> | ||
Dhṛtarāṣṭra tuna netra sejak lahir. Sayang sekali, dia juga buta secara rohani. Dia menyadari bahwa putera-puteranya juga sebuta dirinya dalam hal keagamaan, dan dia yakin mereka tidak akan pernah mencapai kesepakatan dengan para Pāṇḍavā, yang semuanya saleh sejak lahir. Namun dia masih ragu-ragu terhadap pengaruh tempat suci, dan Sañjaya dapat mengerti motifasinya dalam mengajukan pertanyaan tentang keadaan di medan perang. Karena itu, Sañjaya ingin memberi semangat kepada sang raja yang sedang murung. Jadi, Sañjaya meyakinkannya bahwa putera-puteranya tidak akan mencapai jenis kompromi apapun di bawah pengaruh tempat suci tersebut. Sañjaya memberitahukan kepada sang raja bahwa sesudah Duryodhana, putera Dhṛtarāṣṭra, melihat pasukan tentara para Pāṇḍavā, dia segera menghadap Panglima Droṇācārya, untuk menerangkan kepada beliau tentang posisi yang sebenarnya. Walaupun Duryodhana disebut sebagai | Dhṛtarāṣṭra tuna netra sejak lahir. Sayang sekali, dia juga buta secara rohani. Dia menyadari bahwa putera-puteranya juga sebuta dirinya dalam hal keagamaan, dan dia yakin mereka tidak akan pernah mencapai kesepakatan dengan para Pāṇḍavā, yang semuanya saleh sejak lahir. Namun dia masih ragu-ragu terhadap pengaruh tempat suci, dan Sañjaya dapat mengerti motifasinya dalam mengajukan pertanyaan tentang keadaan di medan perang. Karena itu, Sañjaya ingin memberi semangat kepada sang raja yang sedang murung. Jadi, Sañjaya meyakinkannya bahwa putera-puteranya tidak akan mencapai jenis kompromi apapun di bawah pengaruh tempat suci tersebut. Sañjaya memberitahukan kepada sang raja bahwa sesudah Duryodhana, putera Dhṛtarāṣṭra, melihat pasukan tentara para Pāṇḍavā, dia segera menghadap Panglima Droṇācārya, untuk menerangkan kepada beliau tentang posisi yang sebenarnya. Walaupun Duryodhana disebut sebagai raja, dia harus menghadap panglima karena keadaan sangat darurat. Dapat disimpulkan bahwa dia memenuhi syarat sebagai seorang politisi. Tetapi Duryodhana yang diplomatis tidak dapat menutupi rasa takut di hatinya ketika dia melihat susunan tentara para Pāṇḍavā. | ||
</div> | </div> | ||
Latest revision as of 23:11, 27 June 2018
ŚLOKA 2
- सञ्जय उवाच
- दृष्ट्वा तु पाण्डवानीकं व्यूढं दुर्योधनस्तदा ।
- आचार्यमुपसंगम्य राजा वचनमब्रवीत् ॥२॥
- sañjaya uvāca
- dṛṣṭvā tu pāṇḍavānīkaḿ
- vyūḍhaḿ duryodhanas tadā
- ācāryam upasańgamya
- rājā vacanam abravīt
Sinonim
sañjayaḥ uvāca—Sañjaya berkata; dṛṣṭvā—sesudah melihat; tu—tetapi; pāṇḍava-anīkam—tentara tentara para Pāṇḍavā; vyūḍham—tersusun dalam barisan-barisan tentara; duryodhanaḥ—Raja Duryodhana; tadā—pada waktu itu; ācāryam—guru; upasańgamya—mendekati; rājā—sang raja; vacanam—kata-kata; abravīt—berkata.
Terjemahan
Sañjaya berkata: Wahai Baginda Raja, sesudah meninjau tentara yang telah disusun dalam barisan-barisan oleh para putera Pāṇḍu, Raja Duryodhana mendekati gurunya dan berkata sebagai berikut.
Penjelasan
Dhṛtarāṣṭra tuna netra sejak lahir. Sayang sekali, dia juga buta secara rohani. Dia menyadari bahwa putera-puteranya juga sebuta dirinya dalam hal keagamaan, dan dia yakin mereka tidak akan pernah mencapai kesepakatan dengan para Pāṇḍavā, yang semuanya saleh sejak lahir. Namun dia masih ragu-ragu terhadap pengaruh tempat suci, dan Sañjaya dapat mengerti motifasinya dalam mengajukan pertanyaan tentang keadaan di medan perang. Karena itu, Sañjaya ingin memberi semangat kepada sang raja yang sedang murung. Jadi, Sañjaya meyakinkannya bahwa putera-puteranya tidak akan mencapai jenis kompromi apapun di bawah pengaruh tempat suci tersebut. Sañjaya memberitahukan kepada sang raja bahwa sesudah Duryodhana, putera Dhṛtarāṣṭra, melihat pasukan tentara para Pāṇḍavā, dia segera menghadap Panglima Droṇācārya, untuk menerangkan kepada beliau tentang posisi yang sebenarnya. Walaupun Duryodhana disebut sebagai raja, dia harus menghadap panglima karena keadaan sangat darurat. Dapat disimpulkan bahwa dia memenuhi syarat sebagai seorang politisi. Tetapi Duryodhana yang diplomatis tidak dapat menutupi rasa takut di hatinya ketika dia melihat susunan tentara para Pāṇḍavā.