ID/BG 6.13-14: Difference between revisions

(Bhagavad-gita Compile Form edit)
 
(Vanibot #0019: LinkReviser - Revised links and redirected them to the de facto address when redirect exists)
 
Line 5: Line 5:


==== ŚLOKA-ŚLOKA 13-14 ====
==== ŚLOKA-ŚLOKA 13-14 ====
<div class="devanagari">
:समं कायशिरोग्रीवं धारयन्नचलं स्थिरः ।
:सम्प्रेक्ष्य नासिकाग्रं स्वं दिशश्चानवलोकयन् ॥१३॥
:प्रशान्तात्मा विगतभीर्ब्रह्मचारिव्रते स्थितः ।
:मनः संयम्य मच्चित्तो युक्त आसीत मत्परः ॥१४॥
</div>


<div class="verse">
<div class="verse">
:''samaḿ kāya-śiro-grīvaḿ''
:samaḿ kāya-śiro-grīvaḿ
:''dhārayann acalaḿ sthiraḥ''
:dhārayann acalaḿ sthiraḥ
:''samprekṣya nāsikāgraḿ svaḿ''
:samprekṣya nāsikāgraḿ svaḿ
:''diśaś cānavalokayan''
:diśaś cānavalokayan
 
:''praśāntātmā vigata-bhīr''
:''brahmacāri-vrate sthitaḥ''
:''manaḥ saḿyamya mac-citto''
:''yukta āsīta mat-paraḥ''


:praśāntātmā vigata-bhīr
:brahmacāri-vrate sthitaḥ
:manaḥ saḿyamya mac-citto
:yukta āsīta mat-paraḥ
</div>
</div>


Line 22: Line 29:


<div class="synonyms">
<div class="synonyms">
samam—lurus; kāya—badan; śiraḥ—kepala; grīvam—dan leher; dhārayan—memegang; acalam—tidak bergerak; sthiraḥ—diam; samprekṣya—memandang; nāsikā—dari hidung; agram—pada ujung; svām—sendiri; diśaḥ—di segala sisi; ca—juga; anavalokayan—tidak pandang; praśānta—tidak goyah; ātmā—pikiran; vigata-bhīḥ—bebas dari rasa takut; brahmacāri-vrate—bersumpah untuk berpantangan hubungan suami-isteri; sthitāḥ—mantap; manaḥ—pikiran; saḿyamya—mengalahkan sepenuhnya; mat—kepadaKu (Kṛṣṇa); cittaḥ—mengkonsentrasikan pikiran; yuktaḥ—seorang yogī yang sejati; āsīta—harus duduk; mat—Aku; paraḥ—tujuan tertinggi.
''samam''—lurus; ''kāya''—badan; ''śiraḥ''—kepala; ''grīvam''—dan leher; ''dhārayan''—memegang; ''acalam''—tidak bergerak; ''sthiraḥ''—diam; ''samprekṣya''—memandang; ''nāsikā''—dari hidung; ''agram''—pada ujung; ''svām''—sendiri; ''diśaḥ''—di segala sisi; ''ca''—juga; ''anavalokayan''—tidak pandang; ''praśānta''—tidak goyah; ''ātmā''—pikiran; ''vigata-bhīḥ''—bebas dari rasa takut; ''brahmacāri-vrate''—bersumpah untuk berpantangan hubungan suami-isteri; ''sthitāḥ''—mantap; ''manaḥ''—pikiran; ''saḿyamya''—mengalahkan sepenuhnya; ''mat''—kepadaKu (Kṛṣṇa); ''cittaḥ''—mengkonsentrasikan pikiran; ''yuktaḥ''—seorang yogī yang sejati; ''āsīta''—harus duduk; ''mat''—Aku; ''paraḥ''—tujuan tertinggi.
</div>
</div>


Line 41: Line 48:
:''brahmacaryaḿ pracakṣate''
:''brahmacaryaḿ pracakṣate''


"Sumpah ''brahmacarya'' dimaksudkan untuk membantu seseorang berpantang sepenuhnya kenikmatan hubungan suami-isteri dalam pekerjaan, kata-kata dan pikiran—pada setiap waktu, dalam segala keadaan, dan di semua tempat." Tidak ada orang yang dapat melakukan latihan ''yoga'' yang sebenarnya melalui kenikmatan hubungan suami-isteri. Karena itu, ''brahmacarya'' diajarkan sejak masa kanak-kanak, pada waktu seseorang tidak mempunyai pengetahuan apapun tentang hubungan suami-isteri. Anak-anak yang berumur lima tahun dikirim ke ''guru-kula'', atau perguruan guru kerohanian, dan guru kerohanian melatih anak-anak kecil itu dalam disiplin yang ketat untuk menjadi ''brahmacārī''. Tanpa latihan seperti itu, tidak seorangpun dapat maju dalam ''yoga'' manapun baik ''dhyāna, jñāna'' maupun ''bhakti''. Akan tetapi, orang yang mengikuti aturan dan peraturan kehidupan berumah tangga, dan hanya mengadakan hubungan suami-isteri dengan isterinya yang sah (dan itupun di bawah peraturan), juga disebut seorang ''brahmacārī''. Seorang ''brahmacārī'' yang berumah tangga dan mengendalikan diri seperti itu dapat diterima dalam perguruan ''bhakti'', tetapi perguruan ''jñāna'' dan ''dhyāna'' tidak menerima ''brahmacārī'' yang berumah tangga yang seperti itu. Mereka mengharuskan pantangan hubungan suami-isteri sepenuhnya tanpa kompromi. Dalam perguruan ''bhakti'', seorang ''brahmacārī'' yang berumah tangga diperbolehkan mengadakan hubungan suami-isteri yang terkendalikan, sebab pelajaran ''bhakti-yoga' begitu kuat sehingga dengan sendirinya seseorang kehilangan minat terhadap hubungan suami-isteri karena itu dia tekun dalam pengabdian yang lebih tinggi kepada Tuhan. Dalam ''Bhagavad-gītā'' (2.59) dinyatakan:
"Sumpah ''brahmacarya'' dimaksudkan untuk membantu seseorang berpantang sepenuhnya kenikmatan hubungan suami-isteri dalam pekerjaan, kata-kata dan pikiran—pada setiap waktu, dalam segala keadaan, dan di semua tempat." Tidak ada orang yang dapat melakukan latihan ''yoga'' yang sebenarnya melalui kenikmatan hubungan suami-isteri. Karena itu, ''brahmacarya'' diajarkan sejak masa kanak-kanak, pada waktu seseorang tidak mempunyai pengetahuan apapun tentang hubungan suami-isteri. Anak-anak yang berumur lima tahun dikirim ke ''guru-kula'', atau perguruan guru kerohanian, dan guru kerohanian melatih anak-anak kecil itu dalam disiplin yang ketat untuk menjadi ''brahmacārī''. Tanpa latihan seperti itu, tidak seorangpun dapat maju dalam ''yoga'' manapun baik ''dhyāna, jñāna'' maupun ''bhakti''. Akan tetapi, orang yang mengikuti aturan dan peraturan kehidupan berumah tangga, dan hanya mengadakan hubungan suami-isteri dengan isterinya yang sah (dan itupun di bawah peraturan), juga disebut seorang ''brahmacārī''. Seorang ''brahmacārī'' yang berumah tangga dan mengendalikan diri seperti itu dapat diterima dalam perguruan ''bhakti'', tetapi perguruan ''jñāna'' dan ''dhyāna'' tidak menerima ''brahmacārī'' yang berumah tangga yang seperti itu. Mereka mengharuskan pantangan hubungan suami-isteri sepenuhnya tanpa kompromi. Dalam perguruan ''bhakti'', seorang ''brahmacārī'' yang berumah tangga diperbolehkan mengadakan hubungan suami-isteri yang terkendalikan, sebab pelajaran ''bhakti-yoga'' begitu kuat sehingga dengan sendirinya seseorang kehilangan minat terhadap hubungan suami-isteri karena itu dia tekun dalam pengabdian yang lebih tinggi kepada Tuhan. Dalam ''Bhagavad-gītā'' (2.59) dinyatakan:


:''viṣayā vinivartante''
:''viṣayā vinivartante''

Latest revision as of 02:51, 28 June 2018

Śrī Śrīmad A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupāda


ŚLOKA-ŚLOKA 13-14

समं कायशिरोग्रीवं धारयन्नचलं स्थिरः ।
सम्प्रेक्ष्य नासिकाग्रं स्वं दिशश्चानवलोकयन् ॥१३॥
प्रशान्तात्मा विगतभीर्ब्रह्मचारिव्रते स्थितः ।
मनः संयम्य मच्चित्तो युक्त आसीत मत्परः ॥१४॥
samaḿ kāya-śiro-grīvaḿ
dhārayann acalaḿ sthiraḥ
samprekṣya nāsikāgraḿ svaḿ
diśaś cānavalokayan
praśāntātmā vigata-bhīr
brahmacāri-vrate sthitaḥ
manaḥ saḿyamya mac-citto
yukta āsīta mat-paraḥ

Sinonim

samam—lurus; kāya—badan; śiraḥ—kepala; grīvam—dan leher; dhārayan—memegang; acalam—tidak bergerak; sthiraḥ—diam; samprekṣya—memandang; nāsikā—dari hidung; agram—pada ujung; svām—sendiri; diśaḥ—di segala sisi; ca—juga; anavalokayan—tidak pandang; praśānta—tidak goyah; ātmā—pikiran; vigata-bhīḥ—bebas dari rasa takut; brahmacāri-vrate—bersumpah untuk berpantangan hubungan suami-isteri; sthitāḥ—mantap; manaḥ—pikiran; saḿyamya—mengalahkan sepenuhnya; mat—kepadaKu (Kṛṣṇa); cittaḥ—mengkonsentrasikan pikiran; yuktaḥ—seorang yogī yang sejati; āsīta—harus duduk; mat—Aku; paraḥ—tujuan tertinggi.

Terjemahan

Seseorang harus menjaga badan, leher dan kepalanya tegak dalam garis lurus dan memandang ujung hidung dengan mantap. Seperti itu, dengan pikiran yang tidak goyah dan sudah ditaklukkan, bebas dari rasa takut, bebas sepenuhnya dari hubungan suami-isteri, hendaknya ia bersemadi kepadaKu di dalam hati dan menjadikan Aku sebagai tujuan hidup yang tertinggi.

Penjelasan

Tujuan hidup ialah mengenal Kṛṣṇa, yang bersemayam di dalam hati setiap makhluk hidup sebagai Paramātmā, atau bentuk Viṣṇu yang berlengan empat. Latihan proses yoga dijalankan untuk menemukan dan melihat bentuk Viṣṇu tersebut yang berada di tempat khusus, bukan dengan tujuan lain. Viṣṇu-mūrti yang berada di tempat khusus adalah perwujudan yang berkuasa penuh dari Kṛṣṇa yang bersemayam di dalam hati. Orang yang tidak mempunyai cara untuk menginsafi viṣṇu-mūrti tersebut sibuk dengan cara yang tidak berguna dalam latihan yoga tiruan, dan pasti ia memboroskan waktunya. Kṛṣṇa adalah tujuan hidup yang tertinggi, dan viṣṇu-mūrti yang bersemayam di dalam hati adalah tujuan latihan yoga. Untuk menginsafi viṣṇu-mūrti tersebut di dalam hati, seseorang harus berpantang hubungan suami-isteri sama sekali. Karena itu, ia harus meninggalkan rumah, tinggal sendirian di tempat yang sunyi dan tetap duduk seperti yang tersebut di atas. Seseorang tidak dapat menikmati hubungan suami-isteri setiap hari di rumah atau di tempat lain sambil mengikuti apa yang namanya saja kursus yoga dan dengan cara demikian menjadi seorang yogī. Ia harus berlatih mengendalikan dan menghindari segala jenis kepuasan indria-indria. Diantara jenis-jenis kepuasan indria-indria, hubungan suami-isteri adalah yang paling utama. Peraturan cara berpantang hubungan suami-isteri hasil karya resi mulia yang bernama Yājñavalkya berbunyi sebagai berikut:

karmaṇā manasā vācā
sarvāvasthāsu sarvadā
sarvatra maithuna-tyāgo
brahmacaryaḿ pracakṣate

"Sumpah brahmacarya dimaksudkan untuk membantu seseorang berpantang sepenuhnya kenikmatan hubungan suami-isteri dalam pekerjaan, kata-kata dan pikiran—pada setiap waktu, dalam segala keadaan, dan di semua tempat." Tidak ada orang yang dapat melakukan latihan yoga yang sebenarnya melalui kenikmatan hubungan suami-isteri. Karena itu, brahmacarya diajarkan sejak masa kanak-kanak, pada waktu seseorang tidak mempunyai pengetahuan apapun tentang hubungan suami-isteri. Anak-anak yang berumur lima tahun dikirim ke guru-kula, atau perguruan guru kerohanian, dan guru kerohanian melatih anak-anak kecil itu dalam disiplin yang ketat untuk menjadi brahmacārī. Tanpa latihan seperti itu, tidak seorangpun dapat maju dalam yoga manapun baik dhyāna, jñāna maupun bhakti. Akan tetapi, orang yang mengikuti aturan dan peraturan kehidupan berumah tangga, dan hanya mengadakan hubungan suami-isteri dengan isterinya yang sah (dan itupun di bawah peraturan), juga disebut seorang brahmacārī. Seorang brahmacārī yang berumah tangga dan mengendalikan diri seperti itu dapat diterima dalam perguruan bhakti, tetapi perguruan jñāna dan dhyāna tidak menerima brahmacārī yang berumah tangga yang seperti itu. Mereka mengharuskan pantangan hubungan suami-isteri sepenuhnya tanpa kompromi. Dalam perguruan bhakti, seorang brahmacārī yang berumah tangga diperbolehkan mengadakan hubungan suami-isteri yang terkendalikan, sebab pelajaran bhakti-yoga begitu kuat sehingga dengan sendirinya seseorang kehilangan minat terhadap hubungan suami-isteri karena itu dia tekun dalam pengabdian yang lebih tinggi kepada Tuhan. Dalam Bhagavad-gītā (2.59) dinyatakan:

viṣayā vinivartante
nirāhārasya dehinaḥ
rasa-varjaḿ raso 'py asya
paraḿ dṛṣṭvā nivartate

Orang lain dipaksakan untuk menjauhkan diri dari kepuasan indria-indria, tetapi seorang penyembah Kṛṣṇa dengan sendirinya menghindari kepuasan indria-indria karena dia menikmati rasa yang lebih tinggi. Selain seorang penyembah, tidak ada orang yang mempunyai keterangan tentang rasa yang lebih tinggi itu.

Vigata-bhīḥ. Orang tidak dapat menjadi bebas dari rasa takut kecuali ia sadar akan Kṛṣṇa sepenuhnya. Roh yang terikat merasa takut akibat ingatannya terputar balik, karena ia melupakan hubungannya yang kekal dengan Kṛṣṇa. Dalam Śrīmad-Bhāgavatam (11.2.37) dinyatakan, bhayaṁ dvitīyābhiniveśataḥ syād īśād apetasya viparyayo 'smṛtiḥ: Kesadaran Kṛṣṇa adalah satu-satunya dasar kebebasan dari rasa takut. Karena itu, latihan yang sempurna dimungkinkan untuk orang yang sadar akan Kṛṣṇa. Oleh karena tujuan tertinggi latihan yoga ialah melihat Kṛṣṇa di dalam hati, orang yang sadar akan Kṛṣṇa sudah menjadi yogī yang paling baik. Prinsip-prinsip sistem yoga yang disebutkan di sini berbeda dari prinsip-prinsip dalam perkumpulan-perkumpulan populer yang hanya namanya saja perkumpulan yoga.