ID/Prabhupada 0601 - Caitya-guru Artinya Adalah Yang Memberikan Suara Hati Serta Pengetahuan Dari Dalam: Difference between revisions
(Created page with "<!-- BEGIN CATEGORY LIST --> Category:1080 Indonesian Pages with Videos Category:Prabhupada 0601 - in all Languages Category:ID-Quotes - 1972 Category:ID-Quotes...") |
(Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version) |
||
Line 8: | Line 8: | ||
[[Category:Indonesian Language]] | [[Category:Indonesian Language]] | ||
<!-- END CATEGORY LIST --> | <!-- END CATEGORY LIST --> | ||
<!-- BEGIN NAVIGATION BAR -- DO NOT EDIT OR REMOVE --> | |||
{{1080 videos navigation - All Languages|Indonesian|ID/Prabhupada 0600 - Kita Tidak Siap Untuk Berserah Diri - Itulah Penyakit Material Kita|0600|ID/Prabhupada 0602 - Sang Ayah Adalah Pemimpin Keluarga|0602}} | |||
<!-- END NAVIGATION BAR --> | |||
<!-- BEGIN ORIGINAL VANIQUOTES PAGE LINK--> | <!-- BEGIN ORIGINAL VANIQUOTES PAGE LINK--> | ||
<div class="center"> | <div class="center"> | ||
Line 16: | Line 19: | ||
<!-- BEGIN VIDEO LINK --> | <!-- BEGIN VIDEO LINK --> | ||
{{youtube_right| | {{youtube_right|RG9Dq8qWw8I| Caitya-guru Artinya Adalah Yang Memberikan Suara Hati Serta Pengetahuan Dari Dalam<br />- Prabhupāda 0601}} | ||
<!-- END VIDEO LINK --> | <!-- END VIDEO LINK --> | ||
<!-- BEGIN AUDIO LINK --> | <!-- BEGIN AUDIO LINK --> | ||
<mp3player> | <mp3player>https://s3.amazonaws.com/vanipedia/clip/720521LE.LA_clip1.mp3</mp3player> | ||
<!-- END AUDIO LINK --> | <!-- END AUDIO LINK --> | ||
Line 32: | Line 35: | ||
Na tasya kāryaṁ karaṇaṁ ca vidyate. Na tat-samas cābhyadhikaś ca dṛśyate. Tidak ada seorangpun yang setara ataupun lebih agung daripada diriNya. Tidak seorangpun. Itulah Tuhan. Jika seseorang menjadi pesaing, pesaing Tuhan, pesaing lainnya dari Tuhan .... Seperti halnya saat ini, di mana menjadi Tuhan itu sudah merupakan suatu gaya hidup, dan ada persaingan antara satu "Tuhan" dengan "Tuhan" lainnya. Tetapi sebenarnya, tidak seorangpun bisa menyaingi Tuhan. Itulah Tuhan. Na tasya sama. Sama berarti setara. Adhikasya artinya lebih agung. Jadi, berarti setiap orang adalah bawahan. Setiap orang adalah bawahan. Setiap orang lebih rendah daripada Tuhan. Ia mungkin saja sangat berkuasa, tetapi tidak seorangpun bisa setara atau lebih agung daripada Tuhan. Itulah keterangan dari Veda. Na tasya sama adikasya dṛśyate. Kita tidak menemukan ... Para orang suci, mereka juga melakukan penyelidikan mengenai siapakah yang merupakan kepribadian yang paling agung. Kepribadian yang paling agung. Jadi, menurut penyelidikan yang dilakukan oleh para orang suci, khususnya oleh Dewa Brahmā ... Ia adalah makhluk pertama di dalam alam semesta. Jadi, ia memahami melalui kemajuan spiritualnya serta hasil penyelidikannya bahwa Kṛṣṇa adalah yang paling agung dan paling mulia. Īśvaraḥ paramaḥ kṛṣṇaḥ. (BS 5.1). Ia memberikan keputusan bahwa, "Kepribadian yang paling agung adalah Kṛṣṇa." | Na tasya kāryaṁ karaṇaṁ ca vidyate. Na tat-samas cābhyadhikaś ca dṛśyate. Tidak ada seorangpun yang setara ataupun lebih agung daripada diriNya. Tidak seorangpun. Itulah Tuhan. Jika seseorang menjadi pesaing, pesaing Tuhan, pesaing lainnya dari Tuhan .... Seperti halnya saat ini, di mana menjadi Tuhan itu sudah merupakan suatu gaya hidup, dan ada persaingan antara satu "Tuhan" dengan "Tuhan" lainnya. Tetapi sebenarnya, tidak seorangpun bisa menyaingi Tuhan. Itulah Tuhan. Na tasya sama. Sama berarti setara. Adhikasya artinya lebih agung. Jadi, berarti setiap orang adalah bawahan. Setiap orang adalah bawahan. Setiap orang lebih rendah daripada Tuhan. Ia mungkin saja sangat berkuasa, tetapi tidak seorangpun bisa setara atau lebih agung daripada Tuhan. Itulah keterangan dari Veda. Na tasya sama adikasya dṛśyate. Kita tidak menemukan ... Para orang suci, mereka juga melakukan penyelidikan mengenai siapakah yang merupakan kepribadian yang paling agung. Kepribadian yang paling agung. Jadi, menurut penyelidikan yang dilakukan oleh para orang suci, khususnya oleh Dewa Brahmā ... Ia adalah makhluk pertama di dalam alam semesta. Jadi, ia memahami melalui kemajuan spiritualnya serta hasil penyelidikannya bahwa Kṛṣṇa adalah yang paling agung dan paling mulia. Īśvaraḥ paramaḥ kṛṣṇaḥ. (BS 5.1). Ia memberikan keputusan bahwa, "Kepribadian yang paling agung adalah Kṛṣṇa." | ||
Seperti kita yang duduk di sini, ada sangat banyak tuan-tuan dan nyonya-nyonya di sini. Kita bisa menganalisa siapakah yang paling agung di sini. Jadi, katakan saja untuk contoh, kamu bisa menerima bahwa, "Kamulah yang paling | Seperti kita yang duduk di sini, ada sangat banyak tuan-tuan dan nyonya-nyonya di sini. Kita bisa menganalisa siapakah yang paling agung di sini. Jadi, katakan saja untuk contoh, kamu bisa menerima bahwa, "Kamulah yang paling agung." Tetapi aku bukanlah yang paling agung. Aku memiliki guru kerohanianku. Ia juga memiliki guru kerohaniannya. Dan guru kerohaniannya juga memiliki guru kerohanian lagi. Dengan cara demikian, kita akan sampai kepada Brahmā. Brahmā adalah guru kerohanian yang asli di dalam alam semesta ini, yang memberikan pengetahuan Veda kepada kita. Karena itu ia disebut sebagai kakek, pitāmaha. Tetapi Brahmā juga tidak berdiri sendiri. Di dalam Vedānta-sūtra atau Bhāgavata dikatakan bahwa Brahmā ... Ia adalah makhluk yang pertama. Tidak ada makhluk hidup lainnya pada saat ia diciptakan untuk pertama kalinya. Jadi, jika aku mengatakan bahwa ia juga mendapatkan pengetahuan dari yang lainnya, maka kemudian mungkin ada bantahan seperti ini, "Siapakah orang berikutnya yang memberinya pengetahuan?" | ||
Maka karena itu Bhāgavata mengatakan, "Tidak. Brahmā menerima pengetahuan dari Kṛṣṇa." Bagaimana caranya? "Melalui hatinya." Tene brahma hṛdā. Hṛdā. Karena Tuhan, Kṛṣṇa, duduk di dalam hati setiap orang - di dalam hatimu, hatiku, setiap orang. Dan Beliau bisa memberimu petunjuk. Karena itu namaNya adalah Caitya-guru. Caitya-guru artinya adalah yang memberikan suara hati serta pengetahuan dari dalam. Di dalam Bhagavad-gītā Kṛṣṇa berkata, sarvasya cāhaṁ hṛdi sanniviṣṭo. ([[ | Maka karena itu Bhāgavata mengatakan, "Tidak. Brahmā menerima pengetahuan dari Kṛṣṇa." Bagaimana caranya? "Melalui hatinya." Tene brahma hṛdā. Hṛdā. Karena Tuhan, Kṛṣṇa, duduk di dalam hati setiap orang - di dalam hatimu, hatiku, setiap orang. Dan Beliau bisa memberimu petunjuk. Karena itu namaNya adalah Caitya-guru. Caitya-guru artinya adalah yang memberikan suara hati serta pengetahuan dari dalam. Di dalam Bhagavad-gītā Kṛṣṇa berkata, sarvasya cāhaṁ hṛdi sanniviṣṭo. ([[ID/BG 15.15|BG 15.15]]), "Aku bersemayam di dalam hati setiap makhluk." Hṛdi, "di dalam hati (jantung)," sanniviṣṭo, "Aku bersemayam di sana." Sarvasya. Bukan hanya dirimu dan diriku, tetapi bahkan juga para binatang seperti serangga, burung, hewan, hingga Brahmā, semuanya. Sarvasya. Semua makhluk hidup. Jadi, sarvasya cāhaṁ hṛdi sanniviṣṭo mattaḥ, "dariKu," smṛtir jñānam apohanaṁ ca, "ingatan, pengetahuan dan pelupaan." Juga pelupaan. Jika kamu ingin melupakan Tuhan, maka Beliau akan memberimu kecerdasan sehingga kamu bisa melupakan Tuhan untuk selama-lamanya. Beliau sangatlah baik. Apapun yang kamu inginkan, Beliau akan memberimu kecerdasan, "Lakukanlah seperti ini." | ||
<!-- END TRANSLATED TEXT --> | <!-- END TRANSLATED TEXT --> |
Latest revision as of 03:24, 12 July 2019
Sunday Feast Lecture -- Los Angeles, May 21, 1972
Jadi, inilah potensi-potensi Tuhan. Bukannya bahwa aku bisa memperlihatkan sejumlah kesaktian lalu dengan segera aku menjadi Tuhan. Lihatlah kesaktian ini, kesaktian Tuhan yang sebenarnya. Jangan menerima Tuhan yang murahan. Tuhan harus memperlihatkan kesaktian yang suci. Seperti halnya ketika kita memperlihatkan sedikit kemampuan kita, dengan mengapungkan pesawat terbang atau sputnik di angkasa. Kita tidak menerima begitu banyak penghargaan, sebanyak yang dinyatakan oleh para ilmuwan itu bahwa, "Tuhan itu tidak ada. Akulah Tuhan, karena aku telah membuat pesawat terbang ini." Dan lalu apa artinya pesawat terbangmu itu jika dibandingkan dengan planet-planet ini? Jadi, orang yang cerdas, mereka akan memberikan penghargaan yang lebih besar kepada Tuhan dibandingkan kepada para ilmuwan serta para filsuf itu. Karena ia bisa melihat potensi-potensi itu, betapa potensi itu ada di sana. Betapa Tuhan memiliki sangat banyak potensi. Di dalam kesusastraan Veda, kita bisa memahami bahwa, parāsya śaktir vividhaiva śrūyate (CC Madhya 13.65, Penjelasan). Di dalam Veda, di dalam Upaniṣad dikatakan, na tasya kāryaṁ karaṇaṁ ca vidyate. Tuhan tidak perlu melakukannya sendiri.
Na tasya kāryaṁ karaṇaṁ ca vidyate. Na tat-samas cābhyadhikaś ca dṛśyate. Tidak ada seorangpun yang setara ataupun lebih agung daripada diriNya. Tidak seorangpun. Itulah Tuhan. Jika seseorang menjadi pesaing, pesaing Tuhan, pesaing lainnya dari Tuhan .... Seperti halnya saat ini, di mana menjadi Tuhan itu sudah merupakan suatu gaya hidup, dan ada persaingan antara satu "Tuhan" dengan "Tuhan" lainnya. Tetapi sebenarnya, tidak seorangpun bisa menyaingi Tuhan. Itulah Tuhan. Na tasya sama. Sama berarti setara. Adhikasya artinya lebih agung. Jadi, berarti setiap orang adalah bawahan. Setiap orang adalah bawahan. Setiap orang lebih rendah daripada Tuhan. Ia mungkin saja sangat berkuasa, tetapi tidak seorangpun bisa setara atau lebih agung daripada Tuhan. Itulah keterangan dari Veda. Na tasya sama adikasya dṛśyate. Kita tidak menemukan ... Para orang suci, mereka juga melakukan penyelidikan mengenai siapakah yang merupakan kepribadian yang paling agung. Kepribadian yang paling agung. Jadi, menurut penyelidikan yang dilakukan oleh para orang suci, khususnya oleh Dewa Brahmā ... Ia adalah makhluk pertama di dalam alam semesta. Jadi, ia memahami melalui kemajuan spiritualnya serta hasil penyelidikannya bahwa Kṛṣṇa adalah yang paling agung dan paling mulia. Īśvaraḥ paramaḥ kṛṣṇaḥ. (BS 5.1). Ia memberikan keputusan bahwa, "Kepribadian yang paling agung adalah Kṛṣṇa."
Seperti kita yang duduk di sini, ada sangat banyak tuan-tuan dan nyonya-nyonya di sini. Kita bisa menganalisa siapakah yang paling agung di sini. Jadi, katakan saja untuk contoh, kamu bisa menerima bahwa, "Kamulah yang paling agung." Tetapi aku bukanlah yang paling agung. Aku memiliki guru kerohanianku. Ia juga memiliki guru kerohaniannya. Dan guru kerohaniannya juga memiliki guru kerohanian lagi. Dengan cara demikian, kita akan sampai kepada Brahmā. Brahmā adalah guru kerohanian yang asli di dalam alam semesta ini, yang memberikan pengetahuan Veda kepada kita. Karena itu ia disebut sebagai kakek, pitāmaha. Tetapi Brahmā juga tidak berdiri sendiri. Di dalam Vedānta-sūtra atau Bhāgavata dikatakan bahwa Brahmā ... Ia adalah makhluk yang pertama. Tidak ada makhluk hidup lainnya pada saat ia diciptakan untuk pertama kalinya. Jadi, jika aku mengatakan bahwa ia juga mendapatkan pengetahuan dari yang lainnya, maka kemudian mungkin ada bantahan seperti ini, "Siapakah orang berikutnya yang memberinya pengetahuan?"
Maka karena itu Bhāgavata mengatakan, "Tidak. Brahmā menerima pengetahuan dari Kṛṣṇa." Bagaimana caranya? "Melalui hatinya." Tene brahma hṛdā. Hṛdā. Karena Tuhan, Kṛṣṇa, duduk di dalam hati setiap orang - di dalam hatimu, hatiku, setiap orang. Dan Beliau bisa memberimu petunjuk. Karena itu namaNya adalah Caitya-guru. Caitya-guru artinya adalah yang memberikan suara hati serta pengetahuan dari dalam. Di dalam Bhagavad-gītā Kṛṣṇa berkata, sarvasya cāhaṁ hṛdi sanniviṣṭo. (BG 15.15), "Aku bersemayam di dalam hati setiap makhluk." Hṛdi, "di dalam hati (jantung)," sanniviṣṭo, "Aku bersemayam di sana." Sarvasya. Bukan hanya dirimu dan diriku, tetapi bahkan juga para binatang seperti serangga, burung, hewan, hingga Brahmā, semuanya. Sarvasya. Semua makhluk hidup. Jadi, sarvasya cāhaṁ hṛdi sanniviṣṭo mattaḥ, "dariKu," smṛtir jñānam apohanaṁ ca, "ingatan, pengetahuan dan pelupaan." Juga pelupaan. Jika kamu ingin melupakan Tuhan, maka Beliau akan memberimu kecerdasan sehingga kamu bisa melupakan Tuhan untuk selama-lamanya. Beliau sangatlah baik. Apapun yang kamu inginkan, Beliau akan memberimu kecerdasan, "Lakukanlah seperti ini."