ID/BG 1.11: Difference between revisions

(Bhagavad-gita Compile Form edit)
 
(Vanibot #0019: LinkReviser - Revised links and redirected them to the de facto address when redirect exists)
 
Line 5: Line 5:


==== ŚLOKA 11 ====
==== ŚLOKA 11 ====
<div class="devanagari">
:अयनेषु च सर्वेषु यथाभागमवस्थिताः ।
:भीष्ममेवाभिरक्षन्तु भवन्तः सर्व एव हि ॥११॥
</div>


<div class="verse">
<div class="verse">
:''ayaneṣu ca sarveṣu''
:ayaneṣu ca sarveṣu
:''yathā-bhāgam avasthitāḥ''
:yathā-bhāgam avasthitāḥ
:''bhīṣmam evābhirakṣantu''
:bhīṣmam evābhirakṣantu
:''bhavāntaḥ sarva eva hi''
:bhavāntaḥ sarva eva hi
 
</div>
</div>


Line 17: Line 21:


<div class="synonyms">
<div class="synonyms">
ayaneṣu - di ujung-ujung strategis; ca - juga; sarveṣu - di mana-mana; yathā-bhāgam - sebagaimana mereka tersusun dengan berbagai cara; avasthitāḥ - yang terletak; bhīṣmām - kepada Kakek Bhīṣma; evā - pasti; abhirakṣantu - harus memberikan dukungan; bhavāntah - anda; sarve - semua masing-masing; eva hi - pasti.
''ayaneṣu''—di ujung-ujung strategis; ''ca''—juga; ''sarveṣu''—di mana-mana; ''yathā-bhāgam''—sebagaimana mereka tersusun dengan berbagai cara; ''avasthitāḥ''—yang terletak; ''bhīṣmām''—kepada Kakek Bhīṣma; ''evā''—pasti; ''abhirakṣantu''—harus memberikan dukungan; ''bhavāntah''—anda; ''sarve''—semua masing-masing; ''eva hi''—pasti.
</div>
</div>


Line 29: Line 33:


<div class="purport">
<div class="purport">
Setelah memuji kewibawaan Bhīṣma, Duryodhana mempertimbangkan lebih lanjut bahwa mungkin ksatria-ksatria lainnya akan berpikir mereka dianggap kurang penting. Karena itu, dengan cara diplomatik yang lazim digunakannya Duryodhana berusaha menyesuaikan keadaan dengan kata-kata tersebut di atas. Dia menggaris bawahi bahwa Bhīṣmadeva tentu saja pahlawan yang paling hebat, namun beliau sudah tua. Jadi, semua ksatria lain khususnya harus memikirkan perlindungan Bhīṣmadeva dari segala sisi. Barangkali Bhīṣmadeva akan sibuk dalam pertempuran sehingga pihak musuh memanfaatkan kesibukan beliau sepenuhnya di satu sisi. Karena itu, penting bahwa pahlawan-pahlawan lainnya jangan sampai meninggalkan posisi-posisinya yang strategis dan membiarkan musuh mematahkan barisan-barisan tentara. Jelas Duryodhana merasa kemenangan para Kuru bergantung pada kehadiran Bhīṣmadeva. Duryodhana yakin bahwa dia akan mendapat dukungan penuh dari Bhīṣmadeva dan Dronacarya dalam perang. Ini karena Duryodhana masih ingat bahwa mereka tidak mengeluarkan sepatah kata pun ketika Draupadī, yaitu istri Arjuna, dalam keadaan tidak berdaya telah memohon keadilan dari mereka pada saat dia akan ditelanjangi secara paksa di depan sidang para panglima besar. Duryodhana mengetahui bahwa dua jendral tersebut agak menyayangi para Pāṇḍava, namun dia tetap mengharapkan agar jendral-jendral itu melupakan sepenuhnya rasa kasih sayangnya sekarang, seperti yang dilakukannya dulu ketika pertandingan main dadu.
Setelah memuji kewibawaan Bhīṣma, Duryodhana mempertimbangkan lebih lanjut bahwa mungkin ''kṣatriya-kṣatriya'' lainnya akan berpikir mereka dianggap kurang penting. Karena itu, dengan cara diplomatik yang lazim digunakannya Duryodhana berusaha menyesuaikan keadaan dengan kata-kata tersebut di atas. Dia menggaris bawahi bahwa Bhīṣmadeva tentu saja pahlawan yang paling hebat, namun beliau sudah tua. Jadi, semua ''kṣatriya'' lain khususnya harus memikirkan perlindungan Bhīṣmadeva dari segala sisi. Barangkali Bhīṣmadeva akan sibuk dalam pertempuran sehingga pihak musuh memanfaatkan kesibukan beliau sepenuhnya di satu sisi. Karena itu, penting bahwa pahlawan-pahlawan lainnya jangan sampai meninggalkan posisi-posisinya yang strategis dan membiarkan musuh mematahkan barisan-barisan tentara. Jelas Duryodhana merasa kemenangan para Kuru bergantung pada kehadiran Bhīṣmadeva. Duryodhana yakin bahwa dia akan mendapat dukungan penuh dari Bhīṣmadeva dan Dronacarya dalam perang. Ini karena Duryodhana masih ingat bahwa mereka tidak mengeluarkan sepatah kata pun ketika Draupadī, yaitu istri Arjuna, dalam keadaan tidak berdaya telah memohon keadilan dari mereka pada saat dia akan ditelanjangi secara paksa di depan sidang para panglima besar. Duryodhana mengetahui bahwa dua jendral tersebut agak menyayangi para Pāṇḍava, namun dia tetap mengharapkan agar jendral-jendral itu melupakan sepenuhnya rasa kasih sayangnya sekarang, seperti yang dilakukannya dulu ketika pertandingan main dadu.
</div>
</div>



Latest revision as of 23:09, 27 June 2018

Śrī Śrīmad A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupāda


ŚLOKA 11

अयनेषु च सर्वेषु यथाभागमवस्थिताः ।
भीष्ममेवाभिरक्षन्तु भवन्तः सर्व एव हि ॥११॥
ayaneṣu ca sarveṣu
yathā-bhāgam avasthitāḥ
bhīṣmam evābhirakṣantu
bhavāntaḥ sarva eva hi

Sinonim

ayaneṣu—di ujung-ujung strategis; ca—juga; sarveṣu—di mana-mana; yathā-bhāgam—sebagaimana mereka tersusun dengan berbagai cara; avasthitāḥ—yang terletak; bhīṣmām—kepada Kakek Bhīṣma; evā—pasti; abhirakṣantu—harus memberikan dukungan; bhavāntah—anda; sarve—semua masing-masing; eva hi—pasti.

Terjemahan

Sekarang anda semua harus memberi dukungan sepenuhnya kepada Kakek Bhīṣma, sambil berdiri di ujung-ujung strategis masing-masing di gerbang-gerbang barisan tentara.

Penjelasan

Setelah memuji kewibawaan Bhīṣma, Duryodhana mempertimbangkan lebih lanjut bahwa mungkin kṣatriya-kṣatriya lainnya akan berpikir mereka dianggap kurang penting. Karena itu, dengan cara diplomatik yang lazim digunakannya Duryodhana berusaha menyesuaikan keadaan dengan kata-kata tersebut di atas. Dia menggaris bawahi bahwa Bhīṣmadeva tentu saja pahlawan yang paling hebat, namun beliau sudah tua. Jadi, semua kṣatriya lain khususnya harus memikirkan perlindungan Bhīṣmadeva dari segala sisi. Barangkali Bhīṣmadeva akan sibuk dalam pertempuran sehingga pihak musuh memanfaatkan kesibukan beliau sepenuhnya di satu sisi. Karena itu, penting bahwa pahlawan-pahlawan lainnya jangan sampai meninggalkan posisi-posisinya yang strategis dan membiarkan musuh mematahkan barisan-barisan tentara. Jelas Duryodhana merasa kemenangan para Kuru bergantung pada kehadiran Bhīṣmadeva. Duryodhana yakin bahwa dia akan mendapat dukungan penuh dari Bhīṣmadeva dan Dronacarya dalam perang. Ini karena Duryodhana masih ingat bahwa mereka tidak mengeluarkan sepatah kata pun ketika Draupadī, yaitu istri Arjuna, dalam keadaan tidak berdaya telah memohon keadilan dari mereka pada saat dia akan ditelanjangi secara paksa di depan sidang para panglima besar. Duryodhana mengetahui bahwa dua jendral tersebut agak menyayangi para Pāṇḍava, namun dia tetap mengharapkan agar jendral-jendral itu melupakan sepenuhnya rasa kasih sayangnya sekarang, seperti yang dilakukannya dulu ketika pertandingan main dadu.