ID/Prabhupada 0319 - Terimalah Tuhan, Terimalah Kedudukanmu Sebagai Pelayan Tuhan Dan Layanilah Tuhan
Room Conversation with Sanskrit Professor, other Guests and Disciples -- February 12, 1975, Mexico
Tamu (4) : Jadi, dharma di sini maksudnya adalah keyakinan agama ataukah kewajiban?
Prabhupāda : Bukan, dharma itu adalah kewajiban, yaitu varṇāśrama-dharma. Namun hal itupun telah menjadi terhenti. Itu berarti bahwa kewajiban satu-satunya adalah untuk menjadi berkesadaran Kṛṣṇa. Beliau berkata, sarva-dharmān parityajya. Di saat-saat awal Beliau berkata bahwa : dharma-saṁsthāpanārthāya. Ya. Yuge yuge sambhavāmi. Sekarang, Beliau berkata bahwa, "Aku muncul untuk menegakkan kembali prinsip-prinsip keagamaan." Jadi, pada tahap akhir Beliau berkata, sarva-dharmān parityajya. Itu berarti bahwa yang hanya namanya dharma atau agama, yang sedang berlangsung di dunia ini, semuanya itu bukanlah yang sebenarnya. Dan karena itu Bhāgavata berkata, dharmaḥ projjhita-kaitavo 'tra. (SB 1.1.2), bahwa, "Segala macam agama yang penuh kepura-puraan itu ditolak di sini."
Agama yang penuh kepura-puraan, apakah itu? Berpura-pura ...... Seperti halnya emas. Emas adalah emas. Jika emas itu ada di tangan orang Hindu, lalu apakah emas itu akan disebut sebagai emas Hindu? Sama halnya, agama itu artinya adalah kepatuhan kepada Tuhan. Jadi, di manakah ada agama Hindu? Di manakah ada agama Kristen? Di manakah ada agama Islam? Tuhan ada di mana-mana, dan kita ini dimaksudkan hanyalah untuk mematuhi Tuhan. Jadi, itulah agama yang satu itu, yaitu mematuhi Tuhan. Mengapa mereka telah membuat agama Hindu, agama Islam, agama Kristen, agama ini, agama itu .... ? Karenanya semuanya itu adalah agama yang penuh kepura-puraan. Agama yang sebenarnya adalah kepatuhan .... Dharmaṁ tu sākṣād bhagavat-praṇītam. (SB 6.3.19).
Seperti halnya hukum. Hukum itu dibuat oleh negara. Hukum itu bukanlah dimaksudkan sebagai hukum bagi orang Hindu, hukum bagi orang Islam, hukum bagi orang Kristen, hukum ini, hukum itu. Hukum dimaksudkan bagi setiap orang. Kepatuhan kepada negara. Itulah yang dimaksudkan sebagai hukum. Sama halnya, agama artinya adalah kepatuhan kepada Tuhan. Lalu, seseorang yang tidak memiliki konsep mengenai Tuhan, tidak memiliki gagasan mengenai Tuhan, maka di manakah adanya agama baginya? Itulah yang dimaksud dengan agama yang penuh kepura-puraan. Karenanya, di dalam Bhāgavata kamu akan menemukan, dharmaḥ projjhita-kaitavo 'tra : (SB 1.1.2), "Semua jenis agama yang penuh kepura-puraan itu ditolak."
Dan Kṛṣṇa juga mengatakan hal yang sama, sarva-dharmān parityajya : (BG 18.66). "Hentikanlah semua agama yang penuh kepura-puraan ini. Berserah dirilah saja kepadaKu. Itulah agama yang sejati." Apa gunanya berangan-angan mengenai agama yang penuh kepura-puraan. Itu sama sekali bukan agama. Seperti hukum yang penuh kepura-puraan. Hukum tidak bisa berpura-pura. Hukum adalah hukum, yang diberikan oleh negara. Sama halnya, agama artinya adalah perintah yang diberikan oleh Tuhan. Itulah agama. Jika kamu mengikutinya, maka kamu adalah religius. Tetapi jika kamu tidak mengikutinya, maka kamu adalah para asura.
Buatlah segala sesuatunya menjadi sangat sederhana, maka itu akan menarik minat semua orang. Jadi, gerakan kesadaran Kṛṣṇa ini dimaksudkan untuk membuat segala sesuatunya menjadi sangat sederhana. Terimalah Tuhan, terimalah kedudukanmu sebagai pelayan Tuhan dan layanilah Tuhan. Itu saja, hanya tiga kata itu saja.