ID/BG 11.55

Revision as of 13:10, 19 February 2018 by Gusti (talk | contribs) (Bhagavad-gita Compile Form edit)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Śrī Śrīmad A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupāda


ŚLOKA 55

mat-karma-kṛn mat-paramo
mad-bhaktaḥ sańga-varjitaḥ
nirvairaḥ sarva-bhūteṣu
yaḥ sa mām eti pāṇḍava

Sinonim

mat-karma-kṛt—tekun dalam melakukan pekerjaanKu; mat-paramaḥ—dengan mengakui Aku sebagai Yang Mahakuasa; mat-bhaktaḥ—tekun dalam bhakti kepadaKu; sańga-varjitaḥ—bebas dari pengaruh kegiatan untuk membuahkan hasil dan angan-angan; nirvairaḥ—tidak mempunyai musuh; sarva-bhūteṣu—di antara semua makhluk hidup; yaḥ—orang yang; saḥ—dia; mām—kepadaKu; eti—datang; pāṇḍava—wahai putera Pāṇḍu.

Terjemahan

Arjuna yang baik hati, orang yang menekuni bhakti yang murni kepadaKu, bebas dari pengaruh kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala dan pengaruh angan-angan, yang bekerja demiKu, menjadikan Aku sebagai tujuan utama dalam hidupnya, dan ramah terhadap semua makhluk hidup—dia pasti datang kepadaKu.

Penjelasan

Siapapun yang ingin mendekati Yang Paling Utama di antara semua Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa di planet Kṛṣṇaloka di angkasa rohani hingga mempunyai hubungan dekat dengan Kepribadian Yang Paling Utama, Kṛṣṇa, harus menerima rumus tersebut, sebagaimana dinyatakan oleh Yang Mahakuasa Sendiri. Karena itu, ayat ini dianggap hakekat Bhagavad-gītā. Bhagavad-gītā adalah sebuah buku yang dimaksudkan untuk roh-roh yang terikat, yang sibuk di dunia material dengan tujuan berkuasa atas alam dan tidak mengetahui kehidupan rohani yang sejati. Bhagavad-gītā dimaksudkan untuk memperlihatkan bagaimana seseorang dapat mengerti kehidupan rohaninya dan hubungannya yang kekal dengan Kepribadian Rohani Yang Paling Utama dan untuk mengajarkan bagaimana cara pulang, kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sekarang dalam ayat ini proses yang memungkinkan seseorang mencapai sukses dalam kegiatan rohaninya diterangkan dengan jelas: Yaitu proses bhakti.

Dalam melaksanakan pekerjaan, hendaknya seseorang memindahkan tenaganya sepenuhnya kepada kegiatan yang sadar akan Kṛṣṇa. Sebagaimana dinyatakan dalam Bhakti-rasāmṛta-sindhu (2.255):

anāsaktasya viṣayān
yathārham upayuñjataḥ
nirbandhaḥ kṛṣṇa-sambandhe
yuktaḿ vairāgyam ucyate

Hendaknya tidak ada pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang kecuali dalam hubungannya dengan Kṛṣṇa. Ini disebut kṛṣṇa-karma. Barangkali seseorang sibuk dalam berbagai kegiatan, tetapi hendaknya dia jangan terikat kepada hasil pekerjaannya; hasil pekerjaan itu sebaiknya dilakukan hanya untuk Kṛṣṇa. Misalnya, barangkali seseorang sibuk dalam perusahaan, tetapi untuk mengubah kegiatan itu menjadi kegiatan yang sadar akan Kṛṣṇa, ia harus menjalankan perusahaan untuk Kṛṣṇa. Kalau Kṛṣṇa adalah pemilik perusahaan, seharusnya Kṛṣṇalah yang menikmati laba dari perusahaan itu. Jika seorang pengusaha memiliki uang sebanyak jutaan rupiah, dan jika ia harus mempersembahkan semuanya kepada Kṛṣṇa, ia dapat melakukan seperti itu. Inilah pekerjaan demi Kṛṣṇa. Daripada mendirikan gedung besar untuk memuaskan indria-indrianya, lebih baik mendirikan tempat sembahyang yang bagus untuk Kṛṣṇa, kemudian menempatkan Arca Kṛṣṇa dan mengatur agar Arca dilayani, sebagaimana digariskan dalam buku-buku bhakti yang dibenarkan. Ini semua merupakan kṛṣṇa-karma. Sebaiknya orang janganlah terikat kepada hasil pekerjaannya, tetapi hasil itu harus dipersembahkan kepada Kṛṣṇa, dan dia harus menerimanya sebagai prasādam. Jika seseorang membangun gedung besar untuk Kṛṣṇa dan menempatkan Arca Kṛṣṇa, ia tidak dilarang tinggal di sana, tetapi dimengerti bahwa pemilik gedung itu adalah Kṛṣṇa. Ini disebut kesadaran Kṛṣṇa. Akan tetapi, jika seseorang tidak mampu mendirikan tempat sembahyang untuk Kṛṣṇa, ia dapat menjadi tekun dalam membersihkan tempat sembahyang Kṛṣṇa; itu juga krsna-karma. Seseorang dapat mengatur kebun, siapapun yang memiliki tanaḥ—sekurang-kurangnya di India, orang yang paling miskinpun masih memiliki sepetak tanaḥ—dapat menggunakan tanah itu untuk menanam bunga guna dipersembahkan kepada Kṛṣṇa. Seseorang dapat menanam pohon tulasī, sebab daun tulasī sangat penting dan Kṛṣṇa menganjurkan kegiatan ini dalam Bhagavad-gītā. Patraṁ puṣpaṁ phalaṁ toyam. Kṛṣṇa menginginkan supaya orang mempersembahkan daun, bunga, buah atau air—dengan persembahan seperti itu Kṛṣṇa sudah puas. Daun dalam ayat tersebut khususnya berarti tulasī. Jadi, seseorang dapat menanam tulasī dan menyiramkan air pada pohon tulasī itu. Dengan cara demikian, orang yang miskin sekalipun dapat menekuni bhakti kepada Kṛṣṇa. Ini merupakan beberapa contoh tentang bagaimana seseorang dapat menjadi tekun dalam pekerjaannya untuk Kṛṣṇa.

Kata mat-paramaḥ berarti orang yang menganggap hubungan dengan Kṛṣṇa dan tempat tinggal Kṛṣṇa adalah kesempurnaan hidup tertinggi. Orang seperti itu tidak ingin diangkat sampai planet-planet yang lebih tinggi seperti bulan, matahari atau planet-planet surga, ataupun sampai planet tertinggi di alam semesta ini, yaitu Brahmaloka. Dia tidak tertarik pada hal-hal seperti itu. Dia hanya tertarik untuk dipindahkan ke angkasa rohani. Di angkasa rohanipun ia tidak puas menunggal ke dalam cahaya Brahman yang menyilaukan, sebab ia ingin memasuki planet rohani tertinggi, yaitu Kṛṣṇaloka, Goloka Vṛndāvana. Ia memiliki pengetahuan sepenuhnya tentang planet itu. Karena itu, ia tidak tertarik pada planet yang lain. Sebagaimana ditunjukkan dengan kata mad-bhaktaḥ, ia menekuni bhakti sepenuhnya, khususnya sembilan proses bhakti; mendengar, memuji, ingat, sembahyang, melayani kaki-padma Tuhan, mempersembahkan doa-doa pujian, melaksanakan perintah perintah Tuhan, menjadi sahabat Tuhan dan menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan. Seseorang dapat menekuni semua sembilan proses bhakti tersebut, atau delapan, atau tujuh, atau sekurang-kurangnya satu, dan itu pasti akan menyempurnakan dirinya.

Istilah saṅga-varjitaḥ sangat bermakna. Hendaknya seseorang tidak bergaul dengan orang yang melawan Kṛṣṇa. Bukan hanya orang yang tidak percaya kepada Tuhan yang melawan Kṛṣṇa, tetapi juga orang yang tertarik kepada angan-angan dan kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala. Karena itu, bentuk bhakti yang murni diuraikan dalam Bhakti-rasāmṛta-sindhu (1.1.11) sebagai berikut:

anyābhilāṣitā-śūnyaḿ
jñāna-karmady-anāvṛtam
ānukūlyena kṛṣṇānu-
śīlanaḿ bhaktir uttamā
[Madhya 19.167]

Dalam ayat ini, Śrīla Rūpa Gosvāmī menyatakan dengan jelas bahwa kalau seseorang ingin melaksanakan bhakti yang murni, ia harus bebas dari segala jenis pengaruh material. Ia harus bebas dari pergaulan orang yang kecanduan angan-angan dan kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala. Bila seseorang sudah dibebaskan dari pergaulan yang tidak diinginkan seperti itu dan juga dibebaskan dari pengaruh keinginan material, ia mengembangkan pengetahuan tentang Kṛṣṇa dengan cara yang menguntungkan, dan itu disebut bhakti yang murni. Ānukūlyasya saṅkalpaḥ prātikūlyasya varjanam (Hari-bhakti-vilāsa 11.676). Sebaiknya orang berpikir tentang Kṛṣṇa dan bertindak demi Kṛṣṇa dengan cara yang menguntungkan bukan dengan cara yang tidak menguntungkan. Kaṁsa adalah musuh Kṛṣṇa. Sejak Kṛṣṇa dilahirkan, Kaṁsa merencanakan berbagai cara untuk membunuh Kṛṣṇa, dan oleh karena Kaṁsa gagal dia selalu berpikir tentang Kṛṣṇa. Karena itu, pada waktu bekerja, pada waktu makan, dan selama tidur, dia selalu sadar akan Kṛṣṇa dalam segala hal. Tetapi kesadaran Kṛṣṇa seperti itu tidak menguntungkan. Karena itu, meskipun Kaṁsa selalu berpikir tentang Kṛṣṇa selama dua puluh empat jam sehari, dia dianggap raksasa, dan akhirnya Kaṁsa dibunuh oleh Kṛṣṇa. Tentu saja, siapapun yang dibunuh oleh Kṛṣṇa segera mencapai pembebasan, tetapi itu bukan tujuan seorang penyembah yang murni. Seorang penyembah yang murni tidak menginginkan pembebasan. Dia tidak ingin diangkat bahkan ke planet tertinggi sekalipun, yaitu planet Goloka Vṛndāvana. Satu-satunya tujuannya ialah untuk mengabdikan diri kepada Kṛṣṇa di manapun ia berada.

Seorang penyembah Kṛṣṇa ramah kepada semua orang. Karena itu, dinyatakan di sini bahwa ia tidak mempunyai musuh (nirvairaḥ). Bagaimana sampai begitu? Seorang penyembah yang mantap dalam kesadaran Kṛṣṇa mengetahui bahwa hanya bhakti kepada Kṛṣṇa yang dapat membebaskan seseorang dari segala masalah hidup. Ia sudah mengalami kenyataan ini secara pribadi. Karena itu, dia ingin memperkenalkan sistem kesadaran Kṛṣṇa kepada masyarakat manusia. Ada banyak contoh dalam sejarah tentang penyembah-penyembah Kṛṣṇa yang mempertaruhkan nyawanya untuk mengajarkan kesadaran terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ada contoh-contoh orang yang bukan penyembah sampai mencoba membunuh penyembah-penyembah ini. Mereka rela mengorbankan nyawanya untuk menyebarkan kesadaran terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tentu saja, kalau seseorang berpikir penyembah itu terbunuh, maka itu pengertian yang dangkal saja. Di India ada banyak contoh, misalnya, Ṭhākura Haridāsa and Prahlāda Mahārāja. Mengapa mereka mengambil resiko seperti itu? Karena mereka ingin mengajarkan kesadaran Kṛṣṇa, dan itu merupakan tugas yang sulit. Orang yang sadar akan Kṛṣṇa mengetahui bahwa orang menderita karena melupakan hubungannya yang kekal dengan Kṛṣṇa. Karena itu, manfaat tertinggi yang dapat diberikan kepada masyarakat manusia ialah membebaskan sesama manusia dari segala masalah material. Dengan cara seperti itu, seorang penyembah yang murni tekun dalam pengabdian kepada Tuhan. Sekarang, kita dapat membayangkan betapa besarnya karunia Kṛṣṇa terhadap orang yang menekuni bhakti kepadaNya dan mengorbankan segala sesuatu demi Kṛṣṇa. Karena itu, pasti orang seperti itu akan mencapai planet tertinggi sesudah meninggalkan badannya.

Sebagai kesimpulan, bentuk semesta Kṛṣṇa yang merupakan suatu perwujudan yang bersifat sementara, bentuk waktu yang menelan segala sesuatu dan bentuk Viṣṇu yang berlengan empat, semua diperlihatkan oleh Kṛṣṇa. Karena itu, Kṛṣṇa adalah sumber segala manifestasi tersebut. Kṛṣṇa bukan manifestasi dari viśva-rūpa yang asli, atau Viṣṇu. Kṛṣṇa adalah sumber segala bentuk. Ada beratus-ratus ribu Viṣṇu, tetapi bagi seorang penyembah, tiada bentuk lain dari Kṛṣṇa yang sepenting bentuk asli, yakni Śyāmasundara yang berlengan dua. Dalam Brahma-saṁhitā dinyatakan bahwa orang yang terikat kepada bentuk sebagai Kṛṣṇa Śyāmasundara dalam cinta-bhakti selalu dapat melihat Kṛṣṇa di dalam hatinya dan tidak dapat melihat sesuatu yang lain. Karena itu, sebaiknya orang mengerti bahwa penjelasan Bab Sebelas ini ialah bahwa bentuk Kṛṣṇa adalah hakekat Yang Paling Utama.

Demikianlah selesai penjelasan Bhaktivedanta mengenai Bab Sebelas Śrīmad Bhagavad-gītā perihal "Bentuk Semesta".