ID/BG 2.11

Revision as of 05:34, 12 December 2017 by Gusti (talk | contribs) (Bhagavad-gita Compile Form edit)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Śrī Śrīmad A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupāda


ŚLOKA 11

śrī-bhagavān uvāca
aśocyān anvaśocas tvaḿ
prajñā-vādāḿś ca bhāṣase
gatāsūn agatāsūḿś ca
nānuśocanti paṇḍitāḥ

Sinonim

śrī-bhagavān uvāca - Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; aśocyān - sesuatu yang tidak patut disesalkan; anvaśocaḥ - engkau menyesalkan; tvām - engkau; prajñā-vādān - pembicaraan yang bijaksana; ca - juga; bhāṣase - membicarakan; gata - hilang; asūn - hidup; agata - belum lewat; asūn - hidup; ca - juga; na - tidak pernah; anuśocanti - menyesal; paṇḍitāḥ - orang bijaksana.

Terjemahan

Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Sambil berbicara dengan cara yang pandai engkau menyesalkan sesuatu yang tidak patut disesalkan. Orang bijaksana tidak pernah menyesal, baik untuk yang masih hidup maupun untuk yang sudah meninggal.

Penjelasan

Kṛṣṇa segera mengambil kedudukan sebagai guru dan menegur muridNya dengan menyebutkan murid itu orang bodoh secara tidak langsung. Kṛṣṇa bersabda, "Engkau bicara seperti orang yang bijaksana, tetapi engkau tidak mengetahui bahwa orang yang berpengetahuan - orang yang mengerti apa itu badan dan apa itu sang roh - tidak menyesal untuk badan dalam keadaan manapun, baik dalam keadaan hidup maupun keadaan mati." Sebagaimana dijelaskan dalam bab-bab berikut, akan menjadi jelas bahwa pengetahuan berarti mengetahui tentang alam dan kerohanian dan siapa yang mengendalikan kedua-duanya. Arjuna mengatakan bahwa prinsip-prinsip dharma hendaknya lebih dipentingkan daripada politik maupun sosiologi, tetapi dia tidak mengetahui bahwa pengetahuan tentang alam, sang roh dan Yang Mahakuasa lebih penting lagi daripada rumus-rumus dharma. Oleh karena Arjuna kurang memahami hal tersebut, seharusnya dia tidak menyamar sebagai orang yang berpengetahuan tinggi. Dan karena kebetulan Arjuna bukan orang yang berpengetahuan tinggi, sebagai akibatnya dia menyesalkan sesuatu yang tidak patut disesalkan. Badan dilahirkan dan ditakdirkan juga akan dibinasakan, baik hari ini maupun besok; karena itu, badan tidak sepenting sang roh. Orang yang mengetahui tentang hal ini sungguh-sungguh bijaksana, dan bagi orang itu tidak ada alasan lagi untuk penyesalan, walau bagaimanapun keadaan jasmaninya.