ID/BG 3.37

Revision as of 15:14, 17 December 2017 by Gusti (talk | contribs) (Bhagavad-gita Compile Form edit)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Śrī Śrīmad A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupāda


ŚLOKA 37

śrī-bhagavān uvāca
kāma eṣa krodha eṣa
rajo-guṇa-samudbhavaḥ
mahāśano mahā-pāpmā
viddhy enam iha vairiṇam

Sinonim

śrī-bhagavān uvāca—Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; kāmaḥ—hawa nafsu; eṣaḥ—ini; krodhaḥ—amarah; eṣaḥ—ini; rājāḥ-guṇa—sifat nafsu; samudbhavaḥ—dilahirkan dari; mahā-aśanaḥ—menelan segala sesuatu; mahā-pāpmā—sangat berdosa; viddhi—ketahuilah; enam—ini; iha—di dunia material; vairiṇam—musuh yang paling utama.

Terjemahan

Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Wahai Arjuna, hanya hawa nafsu saja, yang dilahirkan dari hubungan dengan sifat nafsu material dan kemudian diubah menjadi amarah, yang menjadi musuh dunia ini. Musuh itu penuh dosa dan menelan segala sesuatu.

Penjelasan

Apabila mahkluk hidup mengadakan hubungan dengan ciptaan material, maka cinta kasih yang kekal dalam hatinya terhadap Kṛṣṇa diubah menjadi hawa nafsu, berhubungan dengan sifat nafsu. Atau, dengan kata lain, rasa cinta-bhakti kepada Tuhan diubah menjadi hawa nafsu, seperti halnya susu akan berubah bila berhubungan dengan asam hingga menjadi susu asam. Kemudian sekali lagi, apabila hawa nafsu tidak dipuaskan, nafsu berubah menjadi amarah; amarah diubah menjadi khayalan, dan khayalan melanjutkan kehidupan material. Karena itu, hawa nafsu adalah musuh yang paling besar bagi makhluk hidup, dan hanya hawa nafsu saja yang mendorong makhluk hidup yang murni supaya dia tetap terikat di dunia material. Amarah adalah manifestasi dari sifat kebodohan; sifat-sifat tersebut mewujudkan diri sebagai amarah dan hal-hal lain sehubungan dengan itu. Karena itu, kalau sifat-sifat nafsu dijaga agar tidak merosot menjadi sifat kebodohan, melainkan diangkat hingga mencapai sifat kebaikan dengan cara hidup dan bertindak sesuai yang dianjurkan, maka dengan ikatan rohani seseorang dapat diselamatkan dari kemerosotan amarah.

Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa menjelma menjadi banyak untuk kebahagiaan rohani Beliau yang senantiasa meningkat, dan para makhluk hidup adalah bagian dari kebahagiaan rohani tersebut yang mempunyai sifat yang sama seperti kebahagiaan rohani itu. Para makhluk hidup juga mempunyai kebebasan sebagian, tetapi dengan menyalah-gunakan kebebasannya, apabila sikap pengabdian diubah menjadi kecendrungan untuk kenikmatan indera-indera, mereka dikuasai oleh nafsu. Ciptaan material ini diciptakan oleh Tuhan untuk memberikan fasilitas kepada roh-roh yang terikat untuk memenuhi kecenderungan-kecenderungan yang penuh nafsu tersebut, dan apabila mereka dibingungkan sepenuhnya karena kegiatan hawa nafsu yang sudah lama dilakukan, maka mereka mulai bertanya tentang kedudukannya yang sejati.

Pertanyaan tersebut adalah awal Vedānta-sūtra. Dalam Vedānta-sūtra dinyatakan, athāto brahma jijñāsā: sebaiknya seseorang bertanya tentang Yang Mahakuasa. Yang Mahakuasa didefinisikan dalam Śrīmad-Bhāgavatam sebagai janmādy asya yato 'nvayād itarataś ca, atau, "Sumber segala sesuatu adalah Brahman Yang Paling Utama." Karena itu, sumber nafsu juga berada di dalam Yang Mahakuasa karena itu kalau nafsu diubah menjadi cinta bhakti kepada Yang Mahakuasa, atau diubah menjadi kesadaran Kṛṣṇa—atau, dengan kata lain, menginginkan segala sesuatu demi Kṛṣṇa—maka nafsu dan amarah dapat dirohanikan. Hanumān, hamba Śrī Rāma yang mulia, memperlihatkan amarah dengan cara membakar kota emas milik Rāvaṇa, tetapi dengan melakukan demikian dia menjadi penyembah Tuhan yang paling mulia. Di sini pula, dalam Bhagavad-gītā, Kṛṣṇa menyuruh Arjuna menggunakan amarahnya terhadap musuhnya demi kepuasan Kṛṣṇa. Karena itu, apabila nafsu dan amarah digunakan dalam kesadaran Kṛṣṇa, maka nafsu dan amarah tidak menjadi musuh kita, melainkan menjadi kawan.