ID/BG 7.22

Revision as of 06:44, 6 January 2018 by Gusti (talk | contribs) (Bhagavad-gita Compile Form edit)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Śrī Śrīmad A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupāda


ŚLOKA 22

sa tayā śraddhayā yuktas
tasyārādhanam īhate
labhate ca tataḥ kāmān
mayā iva vihitān hi tān

Sinonim

saḥ—dia; tayā—dengan itu; śraddhayā—semangat; yuktaḥ—diberikan; tasya—dari dewa itu; ārādhanam—untuk sembahyang; īhate—ia bercita-cita; labhate—memperoleh; ca—dan; tataḥ—dari itu; kāmān—keinginannya; mayā—olehKu; evā—sendiri; vihitān—diatur; hi—pasti; tān—yang itu.

Terjemahan

Setelah diberi kepercayaan seperti itu, dia berusaha menyembah dewa tertentu dan memperoleh apa yang diinginkannya. Tetapi sebenarnya hanya Aku Sendiri yang menganugerahkan berkat-berkat itu.

Penjelasan

Para dewa tidak dapat menganugerahkan berkat-berkat kepada para penyembahnya tanpa izin dari Tuhan Yang Maha Esa. Barangkali makhluk hidup lupa bahwa segala sesuatu adalah milik Tuhan Yang Maha Esa, tetapi para dewa tidak lupa. Jadi, sembahyang kepada para dewa dan tercapainya hasil yang diinginkan tidak disebabkan oleh para dewa, melainkan oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang mengatur hal itu. Makhluk hidup yang kurang cerdas tidak mengetahui tentang hal ini. Oleh karena itu secara bodoh ia mendekati dewa-dewa untuk mendapat berkat tertentu. Bila penyembah yang murni memerlukan sesuatu, ia hanya berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi mencari keuntungan material bukanlah tanda penyembah yang murni. Makhluk hidup biasanya mendekati para dewa karena ia gila untuk memenuhi nafsunya. Ini terjadi bila dia menginginkan sesuatu yang tidak pantas dan Tuhan Sendiri tidak memenuhi keinginan itu. Dalam Caitanya-caritāmṛta dikatakan bahwa orang yang menyembah Tuhan Yang Maha Esa dan pada waktu yang sama menginginkan kenikmatan material mengalami pertentangan dalam keinginannya. Bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dan sembahyang kepada dewa tidak mungkin pada tingkat yang sama, sebab sembahyang kepada dewa bersifat material, sedangkan bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa bersifat rohani sepenuhnya. Keinginan material adalah rintangan bagi makhluk hidup yang ingin kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu seorang penyembah Tuhan yang murni tidak dianugerahkan berkat-berkat material yang diinginkan oleh makhluk-makhluk yang kurang cerdas. Karena itulah makhluk hidup yang menginginkan berkat-berkat material lebih suka menyembah dewa-dewa di dunia material daripada menekuni bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa.