ID/BG 17.5-6

Revision as of 06:05, 23 April 2018 by Gusti (talk | contribs) (Bhagavad-gita Compile Form edit)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Śrī Śrīmad A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupāda


ŚLOKA-ŚLOKA 5-6

aśāstra-vihitaḿ ghoraḿ
tapyante ye tapo janāḥ
dambhāhańkāra-saḿyuktāḥ
kāma-rāga-balānvitāḥ
karṣayantaḥ śarīra-sthaḿ
bhūta-grāmam acetasāḥ
māḿ caivāntaḥ śarīra-sthaḿ
tān viddhy āsura-niścayān

Sinonim

aśastra—tidak tercantum dalam Kitab Suci; vihitam—diatur; ghoram—menyakiti orang lain; tapyante—menjalani; ye—orang yang; tapaḥ—pertapaan; janaḥ—orang; dambha—dengan rasa bangga; ahańkāra—dan keakuan palsu; saḿyuktāḥ—sibuk; kāma—nafsu; rāga—dan ikatan; bala—oleh kekuatan; anvitāḥ—didorong; karṣayantaḥ—menyiksa; śarīra-stham—berada di dalam badan; bhūta-grāmam—gabungan unsur-unsur material; acetasāḥ—karena pikiran sesat; mām—Aku; ca—juga; evā—pasti; antaḥ—di dalam; śarīra-stham—bersemayam di dalam badan; tān—mereka; viddhi—memahami; āsura-niścayān—orang jahat.

Terjemahan

Orang yang menjalani pertapaan dan kesederhanaan yang keras yang tidak dianjurkan dalam Kitab Suci, dan melakukan kegiatan itu karena rasa bangga dan keakuan palsu didorong oleh nafsu dan ikatan, yang bersifat bodoh dan menyiksa unsur-unsur material di dalam badan dan Roh Yang Utama yang bersemayam di dalam badan, dikenal sebagai orang jahat.

Penjelasan

Ada orang yang membuat cara-cara pertapaan dan kesederhanaan yang tidak dianjurkan di dalam aturan Kitab Suci. Misalnya, puasa dengan suatu maksud tersembunyi seperti mencari dukungan untuk tujuan yang bersifat politik belaka, tidak disebutkan dalam petunjuk-petunjuk Kitab Suci. Dalam Kitab Suci, puasa demi kemajuan rohani dianjurkan, bukan dengan tujuan politik atau sosial. Orang yang melakukan pertapaan seperti itu tentunya bersifat jahat menurut Bhagavad-gītā. Perbuatan mereka bertentangan dengan aturan Kitab Suci dan tidak bermanfaat bagi rakyat umum. Sebenarnya mereka bertindak karena rasa bangga, keakuan palsu, nafsu dan ikatan terhadap kenikmatan material. Kegiatan seperti itu tidak hanya mengganggu gabungan unsur-unsur material yang merupakan badan, tetapi juga mengganggu Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Sendiri yang bersemayam di dalam badan. Puasa atau melakukan pertapaan dengan cara yang tidak dibenarkan seperti itu dengan tujuan politik tentunya sangat mengganggu orang lain. Kegiatan seperti itu tidak disebutkan dalam Kitab-kitab Veda. Orang jahat barangkali berpikir bahwa dia dapat memaksakan musuhnya atau pihak lain untuk mengabulkan keinginannya dengan cara seperti ini, tetapi kadang-kadang seseorang meninggal dunia karena puasa seperti itu. Perbuatan seperti ini tidak dibenarkan oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan Beliau mengatakan bahwa orang yang melakukan kegiatan seperti itu adalah orang jahat. Perbuatan seperti itu adalah penghinaan terhadap Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, sebab perbuatan itu dilakukan dengan melanggar aturan Kitab Veda. Kata acetasaḥ bermakna berhubungan dengan hal ini. Orang yang waras harus mematuhi aturan Kitab Suci. Orang yang tidak berada dalam kedudukan seperti itu mengalpakan dan melanggar Kitab Suci dan membuat cara pertapaan dan kesederhanaan sendiri. Hendaknya orang selalu ingat tujuan utama orang jahat, sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya. Tuhan memaksakan mereka dilahirkan dalam kandungan-kandungan orang-orang jahat. Sebagai akibatnya mereka akan hidup menurut prinsip-prinsip jahat dalam banyak penjelmaannya tanpa mengetahui hubungannya dengan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi, kalau orang seperti itu cukup beruntung sehingga dapat dibimbing oleh seorang guru kerohanian yang sanggup menuntun mereka pada jalan kebijaksanaan Veda, mereka dapat keluar dari ikatan tersebut dan akhirnya mencapai tujuan yang paling utama.