ID/BG 17.10

Revision as of 06:11, 23 April 2018 by Gusti (talk | contribs) (Bhagavad-gita Compile Form edit)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Śrī Śrīmad A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupāda


ŚLOKA 10

yāta-yāmaḿ gata-rasaḿ
pūti paryuṣitaḿ ca yat
ucchiṣṭam api cāmedhyaḿ
bhojanaḿ tāmasa-priyam

Sinonim

yāta-yāmam—makanan yang dimasak lebih dari tiga jam sebelum dimakan; gata-rasam—hambar; pūti—berbau busuk; paryuṣitam—basi; ca—juga; yat—itu yang; ucchiṣṭam—sisa orang lain; api—juga; ca—dan; amedhyam—haram; bhojanam—makanan; tāmasa—bagi orang dalam sifat kegelapan; priyam—disukai.

Terjemahan

Makanan yang dimasak lebih dari tiga jam sebelum dimakan, makanan yang hambar, basi dan busuk, dan makanan terdiri dari sisa makanan orang lain dan bahan-bahan haram disukai oleh orang dalam sifat kegelapan.

Penjelasan

Tujuan makan ialah untuk memperpanjang usia hidup, menyucikan pikiran dan membantu kekuatan jasmani. Ini satu-satunya tujuannya. Pada masa lampau, penguasa-penguasa besar memilih makanan yang paling baik untuk membantu kesehatan dan memperpanjang usia hidup, seperti makanan terbuat dari susu, gula, beras, gandum, buah-buahan dan sayur-sayuran. Makanan tersebut sangat disukai oleh orang dalam sifat kebaikan. Beberapa makanan lain, misalnya jagung bakar dan ceng (tetes tebu), meskipun tidak begitu enak kalau dimakan begitu saja, dapat dijadikan enak bila dicampur dengan susu atau makanan lain. Dengan demikian makanan seperti itu juga bersifat kebaikan. Segala makanan tersebut bersifat murni. Makanan tersebut lain sekali dari makanan haram seperti daging dan minuman keras. Makanan berlemak, sebagaimana disebut dalam ayat kedelapan, tidak ada hubungan dengan lemak daging yang diperoleh dengan cara memotong hewan. Lemak dari hewan dapat diperoleh dalam bentuk susu, makanan yang paling ajaib di antara segala jenis makanan. Susu, mentega, keju dan bahan-bahan serupa memberi lemak hewani dalam bentuk yang menghilangkan kebutuhan memotong makhluk-makhluk hidup yang tidak bersalah. Hanya karena jiwa yang kejam saja pembunuhan seperti itu terus dilakukan. Cara beradab untuk memperoleh lemak yang dibutuhkan ialah melalui susu. Pembunuhan adalah cara untuk makhluk-makhluk di bawah taraf manusia. Protein secukupnya dapat diperoleh dari kacang-kacangan, dāl (sejenis bubur kacang), gandum, dan sebagainya.

Makanan dalam sifat nafsu, yaitu makanan yang pahit, terlalu asin, terlalu panas atau menggunakan cabe berlebihan, menyebabkan dukacita dengan mengurangi jumlah lendir di dalam perut, yang mengakibatkan penyakit. Makanan dalam sifat kebodohan atau kegelapan pada hakekatnya terdiri dari makanan yang tidak segar. Makanan apa pun yang dimasak lebih dari tiga jam sebelum dimakan, (kecuali prasādam, makanan yang dipersembahkan kepada Tuhan) adalah makanan dalam sifat kegelapan. Oleh karena makanan seperti itu sudah membusuk, makanan itu mengeluarkan bau yang tidak sedap yang seringkali menarik hati orang dalam sifat kebodohan, tetapi orang dalam sifat kebaikan ingin menjauhi makanan seperti itu.

Sisa-sisa makanan hanya boleh dimakan kalau makanan itu adalah sebagian dari makanan yang telah dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atau dimakan terlebih dahulu oleh orang suci, khususnya oleh guru kerohanian. Kalau tidak, sisa-sisa makanan dianggap dalam sifat kegelapan, dan makanan seperti itu menyebabkan infeksi atau penyakit. Makanan seperti itu, meskipun sedap sekali bagi orang dalam sifat kegelapan, tidak disukai ataupun disentuh oleh orang dalam sifat kebaikan. Makanan terbaik adalah sisa makanan yang dipersembahkan kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa terlebih dahulu. Dalam Bhagavad-gītā, Tuhan Yang Maha Esa menyatakan bahwa Beliau menerima masakan terdiri dari sayur-sayuran, tepung dan susu bila makanan itu dipersembahkan dengan cinta-bhakti. Patraṁ puṣpaṁ phalaṁ toyam. Tentu saja, pengabdian dan cinta-bhakti adalah unsur-unsur utama yang diterima oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi juga disebut bahwa prasādam harus dimasak dengan cara tertentu. Segala makanan yang disiapkan menurut aturan Kitab Suci dan dipersembahkan kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dapat diterima, meskipun sudah lama dimasak. Sebab masakan seperti itu bersifat rohani. Karena itu agar makanan bebas dari kuman, halal untuk dimakan dan sedap untuk semua orang, makanan sebaiknya dipersembahkan kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.