ID/BG 3.34

Revision as of 02:06, 28 June 2018 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0019: LinkReviser - Revised links and redirected them to the de facto address when redirect exists)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Śrī Śrīmad A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupāda


ŚLOKA 34

इन्द्रियस्येन्द्रियस्यार्थे रागद्वेषौ व्यवस्थितौ ।
तयोर्न वशमागच्छेत्तौ ह्यस्य परिपन्थिनौ ॥३४॥
indriyasyendriyasyārthe
rāga-dveṣau vyavasthitau
tayor na vaśam āgacchet
tau hy asya paripanthinau

Sinonim

indriyasya—mengenai indria-indria; indriyasya arthe—di dalam obyek-obyek indria; rāga—ikatan; dveṣau—juga dalam ketidakterikatan; vyavasthitau—menempatkan di bawah aturan; tayoḥ—dari mereka; na—tidak pernah; vaśam—pengendalian; āgacchet—orang harus datang; tau—yang itu; hi—pasti; asya—milik dia; paripanthinau—batu-batu rintangan.

Terjemahan

Ada prinsip-prinsip untuk mengatur ikatan dan rasa tidak suka berhubungan dengan indria-indria dan obyek-obyeknya. Hendaknya seseorang jangan dikuasai oleh ikatan dan rasa tidak suka seperti itu, sebab hal-hal itu merupakan batu-batu rintangan pada jalan menuju keinsafan diri.

Penjelasan

Orang yang sadar akan Kṛṣṇa sewajarnya enggan menjadi sibuk dalam kepuasan indria-indria material. Tetapi orang yang belum sadar seperti itu sebaiknya mengikuti aturan dan peraturan dari Kitab-kitab Suci. Kenikmatan indria-indria secara tidak terbatas adalah sebab kurungan material, tetapi orang yang mengikuti aturan dan peraturan Kitab Suci tidak terikat oleh obyek-obyek indria. Misalnya, kenikmatan hubungan suami isteri adalah sesuatu yang diperlukan oleh roh terikat, dan kenikmatan hubungan suami isteri diperbolehkan dengan izin hubungan pernikahan. Menurut aturan Kitab Suci, orang dilarang mengadakan hubungan suami isteri dengan wanita selain isterinya sendiri. Semua wanita lainnya harus dianggap sebagai ibu. Tetapi walaupun ada peraturan seperti itu, seorang laki-laki masih cenderung mengadakan hubungan suami isteri dengan wanita lain. Kecenderungan-kecenderungan tersebut harus dibatasi; kalau tidak, kecenderungan-kecenderungan itu akan menjadi batu-batu rintangan pada jalan menuju keinsafan diri. Selama badan jasmani masih ada, kebutuhan badan jasmani diperbolehkan, tetapi di bawah aturan dan peraturan. Walaupun demikian, hendaknya kita jangan bergantung pada pengendalian izin-izin seperti itu. Orang harus mengikuti aturan dan peraturan tersebut tanpa ikatan terhadap aturan dan peraturan itu, sebab mempraktekkan kepuasan indria indria di bawah aturan dan peraturan juga dapat membawa seseorang hingga ia tersesat—seperti halnya kemungkinan kecelakaan selalu ada, bahkan di jalan raya sekalipun. Jalan dipelihara dengan teliti sekali, tetapi tidak ada orang yang dapat menjamin bahwa tidak ada bahaya di jalan yang paling aman sekalipun. Semangat untuk menikmati indria-indria sudah berlangsung sejak dahulu kala, akibat pergaulan material. Karena itu, walaupun ada kenikmatan indria-indria secara teratur, masih ada kemungkinan seseorang akan jatuh. Karena itu, ikatan manapun terhadap kenikmatan indria-indria secara teratur juga harus dihindari dengan segala upaya. Tetapi ikatan terhadap kesadaran Kṛṣṇa, atau selalu bertindak dalam pengabdian dengan cinta-bhakti kepada Kṛṣṇa, melepaskan seseorang dari ikatan terhadap segala jenis kegiatan indria-indria. Karena itu, hendaknya orang jangan berusaha melepaskan ikatan terhadap kesadaran Kṛṣṇa pada tingkatan hidup manapun. Seluruh tujuan ketidak-terikatan terhadap segala jenis ikatan indria-indria akhirnya dimaksudkan untuk menjadi mantap pada tingkat kesadaran Kṛṣṇa.