ID/BG 1

Revision as of 23:08, 27 June 2018 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0019: LinkReviser - Revised links and redirected them to the de facto address when redirect exists)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)



Penjelasan dari Śrīla Prabhupāda bisa dilihat dengan cara mengklik tautan śloka

ŚLOKA 1.1: Dhṛtarāṣṭra berkata: Wahai Sañjaya, sesudah putera-puteraku dan putera Pāṇḍu berkumpul di tempat suci Kurukṣetra dengan keinginan untuk bertempur, apa yang dilakukan oleh mereka?

ŚLOKA 1.2: Sañjaya berkata: Wahai Baginda Raja, sesudah meninjau tentara yang telah disusun dalam barisan-barisan oleh para putera Pāṇḍu, Raja Duryodhana mendekati gurunya dan berkata sebagai berikut.

ŚLOKA 1.3: Wahai Guruku, lihatlah tentara-tentara besar para putera Pāṇḍu, yang disusun dengan ahli sekali oleh putera Drupada, murid anda yang cerdas.

ŚLOKA 1.4: Di sini dalam tentara ini ada banyak pahlawan pemanah yang sehebat Bhīma dan Arjuna dalam pertempuran: kṣatriya-kṣatriya yang hebat seperti Yuyudhāna, Virāṭa dan Drupada.

ŚLOKA 1.5: Ada juga kṣatriya-kṣatriya yang hebat, perkasa dan memiliki sifat kepahlawanan seperti Dhṛṣṭaketu, Cekitāna, Kāśirāja, Purujit, Kuntībhoja dan Śaibya.

ŚLOKA 1.6: Ada Yudhāmanyu yang agung, Uttamaujā yang perkasa sekali, putera Subhadrā dan putera-putera Draupadī. Semua kṣatriya itu hebat sekali bertempur dengan menggunakan kereta.

ŚLOKA 1.7: Tetapi perkenankanlah saya menyampaikan keterangan kepada anda tentang komandan-komandan yang mempunyai kwalifikasi luar biasa untuk memimpin bala tentara saya, wahai brahmaṇā yang paling baik.

ŚLOKA 1.8: Ada tokoh-tokoh seperti Prabhu sendiri, Bhīṣma, Karṇa, Kṛpa, Aśvatthāmā, Vikarṇa dan putera Somadatta bernama Bhūriśravā, yang selalu menang dalam perang.

ŚLOKA 1.9: Ada banyak pahlawan lain yang bersedia mengorbankan nyawanya demi kepentingan saya. Semuanya dilengkapi dengan pelbagai jenis senjata, dan berpengalaman di bidang ilmu militer.

ŚLOKA 1.10: Kekuatan kita tidak dapat diukur, dan kita dilindungi secara sempurna oleh kakek Bhīṣma, sedangkan para Pāṇḍava, yang dilindungi dengan teliti oleh Bhīma, hanya mempunyai kekuatan yang terbatas.

ŚLOKA 1.11: Sekarang anda semua harus memberi dukungan sepenuhnya kepada Kakek Bhīṣma, sambil berdiri di ujung-ujung strategis masing-masing di gerbang-gerbang barisan tentara.

ŚLOKA 1.12: Kemudian Bhīṣma, leluhur agung dinasti Kuru yang gagah berani, kakek para kṣatriya, meniup kerangnya dengan keras sekali bagaikan suara singa sehingga Duryodhana merasa riang.

ŚLOKA 1.13: Sesudah itu, kerang-kerang, gendang-gendang, bedug, dan berbagai jenis terompet semuanya dibunyikan seketika, sehingga paduan suaranya menggemparkan.

ŚLOKA 1.14: Di pihak lawan, Śrī Kṛṣṇa bersama Arjuna yang mengendarai kereta megah yang ditarik oleh kuda-kuda berwarna putih juga membunyikan kerang-kerang rohani mereka.

ŚLOKA 1.15: Kemudian Śrī Kṛṣṇa meniup kerangNya yang bernama Pancajanya; Arjuna meniup kerangnya bernama Devadatta; dan Bhīma, pelahap dan pelaksana tugas-tugas yang berat sekali, meniup kerangnya yang mengerikan bernama Pauṇḍra.

ŚLOKA-ŚLOKA 1.16-18: Raja Yudhiṣṭhira, putera Kuntī, meniup kerangnya yang bernama Ananta-vijaya, Nakula dan Sahadeva meniup kerangnya bernama Sughoṣa dan Maṇipuṣpaka. Pemanah yang perkasa raja Kāśī, kṣatriya hebat yang bernama Śikhaṇḍī, Dhṛṣṭadyumna, Virāṭa dan Sātyaki yang tidak pernah dikalahkan, Drupada, para putera Draupadī, dan lain-lain, seperti putera Subhadrā, yang berlengan perkasa, semua meniup kerang-kerangnya masing-masing; wahai Baginda Raja.

ŚLOKA 1.19: Berbagai jenis kerang tersebut ditiup hingga menggemparkan. Suara kerang-kerang bergema baik di langit maupun di bumi, hingga mematahkan hati para putera Dhṛtarāṣṭra.

ŚLOKA 1.20: Pada waktu itu, Arjuna, putera Pāṇḍu, yang sedang duduk di atas kereta, yang benderanya berlambang Hanumān, mengangkat busurnya dan bersiap-siap untuk melepaskan anak panahnya. Wahai Paduka Raja, sesudah memandang putera-putera Dhṛtarāṣṭra, lalu Arjuna berkata kepada Hṛṣīkeśa (Kṛṣṇa) sebagai berikut:

ŚLOKA-ŚLOKA 1.21-22: Arjuna berkata: Wahai Kṛṣṇa yang tidak pernah gagal, mohon membawa kereta saya ke tengah-tengah antara kedua tentara agar saya dapat melihat siapa yang ingin bertempur di sini dan siapa yang harus saya hadapi dalam usaha perang yang besar ini.

ŚLOKA 1.23: Perkenankanlah saya melihat mereka yang datang ke sini untuk bertempur karena keinginan mereka untuk menyenangkan hati putera Dhṛtarāṣṭra yang berpikiran jahat.

ŚLOKA 1.24: Sañjaya berkata: Wahai putera keluarga Bhārata, setelah disapa oleh Arjuna, Śrī Kṛṣṇa membawa kereta yang bagus itu ke tengah-tengah antara tentara-tentara kedua belah pihak.

ŚLOKA 1.25: Di hadapan Bhīṣma, Droṇa dan semua pemimpin dunia lainnya, Śrī Kṛṣṇa bersabda, wahai Pārtha, lihatlah para Kuru yang sudah berkumpul di sini.

ŚLOKA 1.26: Di sana di tengah-tengah tentara-tentara kedua belah pihak Arjuna dapat melihat para ayah, kakek, guru, paman dari keluarga ibu, saudara, putera, cucu, kawan, mertua dan orang-orang yang mengharapkan kesejahteraannya semua hadir di sana.

ŚLOKA 1.27: Ketika Arjuna, putera Kuntī, melihat berbagai kawan dan sanak keluarga ini, hatinya tergugah rasa kasih sayang dan dia berkata sebagai berikut.

ŚLOKA 1.28: Arjuna berkata: Kṛṣṇa yang baik hati, setelah melihat kawan-kawan dan sanak keluarga di hadapan saya dengan semangat untuk bertempur seperti itu, saya merasa anggota badan-badan saya gemetar dan mulut saya terasa kering.

ŚLOKA 1.29: Seluruh badan saya gemetar, dan bulu roma berdiri. Busur Gāṇḍīva terlepas dari tangan saya, dan kulit saya terasa terbakar.

ŚLOKA 1.30: Saya tidak tahan lagi berdiri di sini. Saya lupa akan diri, dan pikiran saya kacau. O Kṛṣṇa, saya hanya dapat melihat sebab-sebab malapetaka saja, wahai pembunuh raksasa bernama Keśī.

ŚLOKA 1.31: Saya tidak dapat melihat bagaimana hal-hal yang baik dapat diperoleh kalau saya membunuh sanak keluarga sendiri dalam perang ini. Kṛṣṇa yang baik hati, saya juga tidak dapat menginginkan kejayaan, kerajaan, maupun kebahagiaan sebagai akibat perbuatan seperti itu.

ŚLOKA-ŚLOKA 1.32-35: O Govinda, barangkali kita menginginkan kerajaan, kebahagiaan, ataupun kehidupan untuk orang tertentu, tetapi apa gunanya kerajaan, kebahagiaan ataupun kehidupan bagi kita kalau mereka sekarang tersusun pada medan perang ini? O Madhusūdana, apabila para guru, ayah, putera, kakek, paman dari keluarga ibu, mertua, cucu, ipar dan semua sanak keluarga bersedia mengorbankan nyawa dan harta bendanya dan sekarang berdiri di hadapan saya, mengapa saya harus berhasrat membunuh mereka, meskipun kalau saya tidak membunuh mereka, mungkin mereka akan membunuh saya? Wahai Pemelihara semua makhluk hidup, jangankan untuk bumi ini, untuk imbalan seluruh tiga dunia ini pun saya tidak bersedia bertempur melawan mereka. Kesenangan apa yang akan kita peroleh kalau kita membunuh para putera Dhṛtarāṣṭra?

ŚLOKA 1.36: Kita akan dikuasai oleh dosa kalau kita membunuh penyerang seperti itu. Karena itu, tidak pantas kalau kita membunuh para putera Dhṛtarāṣṭra dan kawan-kawan kita. O Kṛṣṇa, suami Dewi Keberuntungan, apa untungnya bagi kita, dan bagaimana mungkin kita berbahagia dengan membunuh sanak keluarga kita sendiri?

ŚLOKA-ŚLOKA 1.37-38: O Janārdana, walaupun orang ini yang sudah dikuasai oleh kelobaan tidak melihat kesalahan dalam membunuh keluarga sendiri atau bertengkar dengan kawan-kawan, mengapa kita yang dapat melihat bahwa membinasakan satu keluarga adalah kejahatan harus melakukan perbuatan berdosa seperti itu?

ŚLOKA 1.39: Dengan hancurnya sebuah dinasti, seluruh tradisi keluarga yang kekal dihancurkan, dan dengan demikian sisa keluarga akan terlibat dalam kebiasaan yang bertentangan dengan dharma.

ŚLOKA 1.40: O Kṛṣṇa, apabila hal-hal yang bertentangan dengan dharma merajalela dalam keluarga, kaum wanita dalam keluarga ternoda, dan dengan merosotnya kaum wanita, lahirlah keturunan yang tidak diinginkan, wahai putera keluarga Vṛṣṇi.

ŚLOKA 1.41: Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak diinginkan tentu saja menyebabkan keadaan seperti di neraka baik bagi keluarga maupun mereka yang membinasakan tradisi keluarga. Leluhur keluarga-keluarga yang sudah merosot seperti itu jatuh, sebab upacara-upacara untuk mempersembahkan makanan dan air kepada leluhur terhenti sama sekali.

ŚLOKA 1.42: Akibat perbuatan jahat para penghancur tradisi keluarga yang menyebabkan lahirnya anak-anak yang tidak diinginkan, segala jenis program masyarakat dan kegiatan demi kesejahteraan keluarga akan binasa.

ŚLOKA 1.43: O Kṛṣṇa, pemelihara rakyat, saya sudah mendengar menurut garis perguruan bahwa orang yang membinasakan tradisi-tradisi keluarga selalu tinggal di neraka.

ŚLOKA 1.44: Aduh, alangkah anehnya bahwa kita sedang bersiap-siap untuk melakukan kegiatan yang sangat berdosa. Didorong oleh keinginan untuk menikmati kesenangan kerajaan, kita sudah bertekad membunuh sanak keluarga sendiri.

ŚLOKA 1.45: Lebih baik bagi saya kalau para putera Dhṛtarāṣṭra yang membawa senjata di tangan membunuh saya yang tidak membawa senjata dan tidak melawan di medan perang.

ŚLOKA 1.46: Sañjaya berkata: Setelah berkata demikian di medan perang, Arjuna meletakkan busur dan anak panahnya, lalu duduk dalam kereta. Pikiran Arjuna tergugah oleh rasa sedih.