ID/BG 15.20

Revision as of 00:21, 28 June 2018 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0019: LinkReviser - Revised links and redirected them to the de facto address when redirect exists)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Śrī Śrīmad A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupāda


ŚLOKA 20

इति गुह्यतमं शास्त्रमिदमुक्तं मयानघ ।
एतद्बुद्ध्वा बुद्धिमान्स्यात्कृतकृत्यश्च भारत ॥२०॥
iti guhyatamaḿ śāstram
idam uktaḿ mayānagha
etad buddhvā buddhimān syāt
kṛta-kṛtyaś ca bhārata

Sinonim

iti—demikian; guhya-tamam—paling rahasia; śastram—Kitab Suci yang di wahyukan; idam—ini; uktam—diungkapkan; mayā—olehKu; anagha—wahai yang tidak berdosa; etat—ini; buddhvā—mengerti; buddhi-mān—cerdas; syāt—seseorang menjadi; kṛta-kṛtyaḥ—yang paling sempurna dalam usaha-usahanya; ca—dan; bhārata—wahai putera Bhārata.

Terjemahan

Inilah bagian yang paling rahasia dari Kitab-kitab Veda, wahai yang tidak berdosa, dan sekarang bagian itu Kuungkapkan. Siapapun yang mengerti ini akan menjadi bijaksana, dan usaha-usahanya akan mencapai kesempurnaan.

Penjelasan

Tuhan Yang Maha Esa menerangkan dengan jelas di sini bahwa inilah hakekat segala Kitab Suci yang diwahyukan. Hendaknya seseorang mengerti kenyataan ini sebagaimana diberikan oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian ia akan menjadi cerdas dan sempurna dalam pengetahuan rohani. Dengan kata lain, mengerti filsafat tersebut dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan menekuni bhakti' rohani kepada Beliau, semua orang dapat dibebaskan dari segala pencemaran sifat-sifat alam material. Pengabdian suci 'bhakti adalah proses pengertian rohani. Di mana pun ada bhakti, pencemaran material tidak dapat bertahan bersama bhakti itu. Bhakti kepada Tuhan dan Tuhan Sendiri adalah satu dan sama saja, sebab kedua-duanya bersifat rohani; bhakti dilakukan di bawah kekuasaan tenaga dalam dari Tuhan Yang Maha Esa. Dinyatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah matahari, sedangkan kebodohan disebut kegelapan. Di mana pun ada matahari, tidak mungkin ada kegelapan. Karena itu, di mana pun ada bhakti yang dilakukan menurut bimbingan yang benar dari seorang guru kerohanian yang dapat dipercaya, tidak mungkin ada kebodohan.

Semua orang harus membawa kesadaran tersebut tentang Kṛṣṇa dan menekuni bhakti untuk menjadi cerdas dan disucikan. Kalau seseorang tidak mencapai kedudukan pengertian tentang Kṛṣṇa dan menekuni bhakti, maka kecerdasannya belum sempurna, meskipun kecerdasannya tinggi sekali menurut perkiraan orang biasa.

Arjuna disapa dengan kata anagha, dan itu juga bermakna. Anagha, "Wahai yang tidak berdosa," berarti sulit sekali seseorang mengerti tentang Kṛṣṇa kalau ia belum bebas dari segala reaksi dosa. Seseorang harus dibebaskan dari segala pencemaran, segala kegiatan yang berdosa, baru ia dapat mengerti. Tetapi bhakti sangat suci dan kuat sehingga sekali seseorang menekuni bhakti, dengan sendirinya ia mencapai tingkat pembebasan dari dosa.

Selama seseorang melaksanakan bhakti dalam pergaulan dengan para penyembah yang murni dalam kesadaran Kṛṣṇa sepenuhnya, ada hal-hal tertentu yang perlu dihapus sama sekali. Hal paling penting yang harus diatasi ialah kelemahan hati. Jatuh untuk pertama kalinya disebabkan oleh keinginan untuk berkuasa di atas alam material. Karena itulah seseorang meninggalkan cinta-bhakti rohani kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kelemahan hati kedua ialah bahwa begitu seseorang meningkatkan kecenderungan untuk berkuasa di atas alam material, ia menjadi terikat pada alam dan rasa memiliki alam. Masalah-masalah kehidupan disebabkan oleh kelemahan-kelemahan hati tersebut. Dalam bab ini, lima ayat pertama menguraikan proses membebaskan diri dari berbagai kelemahan hati tersebut, dan sisa bab ini, dari ayat enam sampai dengan ayat terakhir, membicarakan puruṣottama-yoga.

Demikianlah selesai penjelasan Bhaktivedanta mengenai Bab Lima belas Śrīmad Bhagavad-gītā perihal "Yoga Berhubungan dengan Kepribadian Yang Paling Utama".