ID/BG 16.23

Revision as of 15:25, 22 April 2018 by Gusti (talk | contribs) (Bhagavad-gita Compile Form edit)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Śrī Śrīmad A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupāda


ŚLOKA 23

yaḥ śāstra-vidhim utsṛjya
vartate kāma-kārataḥ
na sa siddhim avāpnoti
na sukhaḿ na parāḿ gatim

Sinonim

yaḥ—siapa pun yang; śāstra-vidhim—aturan Kitab Suci; utsṛjya—meninggalkan; vartate—tetap; kāma-kārataḥ—bertindak seenaknya dalam hawa nafsu; na—tidak pernah; saḥ—dia; siddhim—kesempurnaan; avāpnoti—memperoleh; na—tidak pernah; sukham—kebahagiaan; na—tidak pernah; param—paling utama; gatim—tingkat kesempurnaan.

Terjemahan

Orang yang meninggalkan aturan Kitab Suci dan bertindak menurut kehendak sendiri tidak mencapai kesempurnaan, kebahagiaan maupun tujuan tertinggi.

Penjelasan

Sebagaimana diuraikan sebelumnya, śāstra-vidhi, atau petunjuk dari śāstra, diberikan kepada berbagai golongan dan tingkatan masyarakat manusia. Seharusnya semua orang mengikuti aturan dan peraturan tersebut. Kalau seseorang tidak mengikuti aturan tersebut dan bertindak seenaknya menurut nafsu, loba dan kehendak pribadinya, maka dia tidak akan pernah menjadi sempurna dalam kehidupannya. Dengan kata lain, barangkali seseorang mengetahui segala hal tersebut secara teori, tetapi kalau ia tidak melaksanakannya dalam kehidupannya sendiri, maka ia harus dikenal sebagai manusia yang paling rendah. Dalam kehidupan manusia, seharusnya makhluk hidup waras dan mematuhi peraturan yang telah diberikan untuk meningkatkan kehidupannya sampai tingkat tertinggi, tetapi kalau ia tidak mengikuti peraturan itu, maka ia akan merosot. Walaupun ia mematuhi aturan dan peraturan serta prinsip-prinsip moral tetapi akhirnya tidak mencapai tingkat pengertian tentang Tuhan Yang Maha Esa, maka segala pengetahuannya dirusakkan. Kalaupun ia mengakui adanya Tuhan tetapi tidak menekuni bhakti kepada Tuhan, maka usaha-usahanya dirusakkan. Karena itu, seharusnya seseorang berangsur-angsur mengangkat dirinya sampai tingkat kesadaran Kṛṣṇa dan bhakti; pada waktu itulah ia dapat mencapai tingkat kesempurnaan tertinggi, bukan dengan cara lain.

Kata kāma-kārataḥ sangat bermakna. Orang yang melanggar peraturan secara sadar bertindak dalam nafsu. Dia mengetahui bahwa suatu perbuatan dilarang, namun tetap dilakukan. Ini disebut bertindak seenaknya. Ia mengetahui bahwa seharusnya perbuatannya ini tidak dilakukan, tetapi ia masih melakukan perbuatan itu juga; dia disebut orang yang bertingkah. Orang seperti itu akan disalahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa secara takdir. Orang seperti itu tidak dapat memperoleh kesempurnaan yang dimaksudkan untuk kehidupan manusia. Kehidupan manusia khususnya dimaksudkan untuk menyucikan kehidupan, dan orang yang tidak mengikuti aturan dan peraturan tidak dapat menyucikan dirinya, atau pun mencapai tingkat kebahagiaan yang sejati.