ID/BG 2.12

Revision as of 01:18, 28 June 2018 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0019: LinkReviser - Revised links and redirected them to the de facto address when redirect exists)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Śrī Śrīmad A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupāda


ŚLOKA 12

न त्वेवाहं जातु नासं न त्वं नेमे जनाधिपाः ।
न चैव न भविष्यामः सर्वे वयमतः परम् ॥१२॥
na tv evāhaḿ jātu nāsaḿ
na tvaḿ neme janādhipāḥ
na caiva na bhaviṣyāmaḥ
sarve vayam ataḥ param

Sinonim

na—tidak pernah; tu—tetapi; evā—pasti; aham—aku; jātu—pada suatu waktu; na—tidak pernah; asam—berada; na—tidak; tvām—engkau; na—tidak; ime—semua ini; jana-adhipāḥ—raja-raja; na—tidak pernah; ca—juga; evā—pasti; na—tidak; bhaviṣyāmaḥ—akan hidup; sarve vayam—kita semua; ataḥ param—sesudah ini.

Terjemahan

Pada masa lampau tidak pernah ada suatu saat pun Aku, engkau maupun semua raja ini tidak ada; dan pada masa yang akan datang tidak satupun di antara kita semua akan lenyap.

Penjelasan

Dalam Veda, Katha Upanisad dan Śvetāśvatara Upaniṣad, dinyatakan bahwa Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa memelihara makhluk makhluk hidup yang jumlahnya tidak dapat dihitung sesuai dengan berbagai keadaan mereka menurut pekerjaan pribadi dan reaksi terhadap pekerjaan. Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa itu juga berada di dalam hati setiap mahkluk hidup melalui bagian-bagian Beliau yang berkuasa penuh. Hanya orang suci yang dapat melihat Tuhan Yang Maha Esa yang sama, baik di dalam maupun di luar, sungguh-sungguh dapat mencapai kedamaian yang sempurna dan kekal.

nityo nityānāḿ cetanaś cetanānām
eko bahūnāḿ yo vidadhāti kāmān
tam ātma-sthaḿ ye 'nupaśyanti dhīrās
teṣāḿ śāntiḥ śāśvatī netareṣām
(Kaṭha Upaniṣad 2.2.13)

Kebenaran Veda yang sama yang diberikan kepada Arjuna diberikan kepada semua orang di dunia yang menyamar sebagai orang yang berpengetahuan tinggi tetapi sebenarnya ia kekurangan pengetahuan. Kṛṣṇa menyatakan dengan jelas bahwa Kṛṣṇa Sendiri, Arjuna dan semua raja yang telah berkumpul di medan perang adalah insan-insan individual yang kekal dan bahwa Tuhan memelihara para mahkluk hidup yang individual untuk selamanya, baik dalam keadaan terikat maupun dalam keadaan setelah mereka mencapai pembebasan. Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah Kepribadian individual yang paling utama, dan Arjuna, rekan Kṛṣṇa yang kekal, beserta semua raja yang telah berkumpul di sana adalah kepribadian-kepribadian individual yang kekal. Tidak benar bahwa pada masa lampau mereka belum hidup sebagai kepribadian-kepribadian dan tidak benar bahwa mereka tidak tetap menjadi kepribadian-kepribadian yang kekal pada masa yang akan datang. Individualitas mereka sudah ada pada masa lampau, dan akan tetap ada pada masa yang akan datang tanpa putus. Karena itu, tidak ada alasan penyesalan untuk siapapun.

Teori para Māyāvādī bahwa sesudah pembebasan sang roh yang individual yang dipisahkan oleh tutup māyā atau khayalan, akan menunggal ke dalam Brahman yang tidak bersifat pribadi dan akan kehilangan keberadaan individualnya hal ini tidak dibenarkan di sini oleh Kṛṣṇa, Penguasa yang paling tinggi. Begitu pula teori bahwa kita hanya membayangkan individualitas dalam keadaan terikat juga tidak dibenarkan di sini. Kṛṣṇa menyatakan dengan jelas di sini bahwa pada masa yang akan datang juga individualitas Tuhan dan insan-insan lainnya, sebagaimana dibenarkan dalam Upaniṣad-upaniṣad, akan berjalan terus untuk selamanya. Pernyataan Kṛṣṇa tersebut dapat di percaya karena Kṛṣṇa tidak dapat dipengaruhi oleh khayalan. Kalau individualitas bukan kenyataan, maka tentu saja Kṛṣṇa tidak akan menggaris bawahi hal itu—bahkan pada masa depan sekalipun. Barangkali para Māyāvādī mengatakan bahwa individualitas yang dibicarakan oleh Kṛṣṇa bukan individualitas rohani, melainkan individualitas material. Kalaupun kita menerima argumentasi bahwa individualitas tersebut adalah individualitas material, bagaimana seseorang dapat membedakan individualitas Kṛṣṇa? Kṛṣṇa membenarkan individualitasNya pada masa lampau dan membenarkan individualitasnya juga pada masa yang akan datang. Kṛṣṇa sudah membenarkan individualitasnya dengan banyak cara, dan telah dinyatakan bahwa Brahman yang tidak bersifat pribadi berada di bawah Kṛṣṇa. Kṛṣṇa telah menyatakan bahwa individualitas rohani adalah kenyataan sejak awal; jika Kṛṣṇa dianggap roh terikat yang biasa dengan kesadaran individual, maka Bhagavad-gītāNya tidak berharga sebagai kitab suci yang dapat dipercaya. Orang biasa dengan empat kelemahan manusia tidak sanggup mengajarkan sesuatu yang berharga untuk didengar. Bhagavad-gītā lebih tinggi daripada kesusastraan seperti itu. Tidak satu buku duniawipun dapat dibandingkan dengan Bhagavad-gītā. Kalau seseorang menganggap Kṛṣṇa manusia biasa, maka Bhagavad-gītā kehilangan segala nilainya yang penting. Para Māyāvādī mengatakan bahwa sifat jamak yang disebut di dalam ayat ini ialah dalam pengertian biasa dan bahwa sifat jamak itu menunjukkan badan. Tetapi dalam ayat-ayat tadi paham jasmani seperti itu sudah disalahkan. Sesudah menyalahkan paham hidup jasmani para makhluk hidup, bagaimana mungkin Kṛṣṇa sekali lagi mengemukakan usul biasa tentang badan? Karena itu, adanya individualitas dibenarkan dengan dasar rohani dan kenyataan ini dibenarkan oleh ācārya-ācārya yang mulia seperti Śrī Rāmānuja dan yang lain lain. Dinyatakan dengan jelas dalam banyak ayat Bhagavad-gītā bahwa individualitas rohani tersebut dimengerti oleh para penyembah Tuhan. Orang yang iri kepada Kṛṣṇa sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat menjangkau kesusasteraan yang mulia tersebut dengan cara yang dapat dipercaya. Cara orang yang bukan penyembah mendekati ajaran Bhagavad-gītā adalah seperti cara lebah menjilat botol berisi madu. Seseorang tidak dapat merasakan madu itu kecuali ia membuka botol. Begitu pula, sifat batin Bhagavad-gītā hanya dapat dimengerti oleh penyembah, orang lain tidak dapat merasakannya, sebagaimana dinyatakan dalam Bhagavad-gītā Bab Empat. Bhagavad-gītā juga tidak dapat disentuh oleh orang yang iri hati terhadap adanya Tuhan. Karena itu, penjelasan Māyāvādī tentang Bhagavad-gītā adalah cara yang sangat menyesatkan untuk menyampaikan kebenaran yang lengkap. Śrī Caitanya melarang kita membaca tafsiran karangan para Māyāvādī dan memberikan peringatan bahwa orang yang mulai mengikuti paham seperti dari filsafat Māyāvādī akan kehilangan segala kekuatan untuk mengerti rahasia sejati Bhagavad-gītā. Kalau individualitas menunjukkan alam semesta yang dapat dilihat, maka Kṛṣṇa tidak perlu memberikan pelajaran. Sifat jamak roh yang individual dan Kṛṣṇa adalah kenyataan yang kekal, dan hal itu dibenarkan oleh Veda sebagaimana disebut di atas.