ID/BG 5.7

Revision as of 02:48, 28 June 2018 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0019: LinkReviser - Revised links and redirected them to the de facto address when redirect exists)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Śrī Śrīmad A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupāda


ŚLOKA 7

योगयुक्तो विशुद्धात्मा विजितात्मा जितेन्द्रियः ।
सर्वभूतात्मभूतात्मा कुर्वन्नपि न लिप्यते ॥७॥
yoga-yukto viśuddhātmā
vijitātmā jitendriyaḥ
sarva-bhūtātma-bhūtātmā
kurvann api na lipyate

Sinonim

yoga-yuktaḥ—tekun dalam bhakti; viśuddha-ātmā—roh yang sudah disucikan; vijita-ātmā—mengendalikan diri; jita-indriyaḥ—setelah menaklukkan indria-indria; sarva-bhūta—kepada semua makhluk hidup; ātma-bhūta-ātmā—menyayangi; kurvan api—meskipun sibuk bekerja; na—tidak pernah; lipyate—terikat.

Terjemahan

Orang yang bekerja dalam bhakti, yang menjadi roh yang murni, yang mengendalikan pikiran dan indria-indria, dicintai oleh semua orang, dan diapun mencintai semua orang. Walaupun dia selalu bekerja, dia tidak pernah terikat.

Penjelasan

Orang yang sedang menempuh jalan pembebasan dengan cara kesadaran Kṛṣṇa sangat dicintai oleh semua makhluk hidup, dan semua makhluk hidup sangat ia cintai. Ini karena dia sadar akan Kṛṣṇa. Orang seperti itu tidak dapat berpikir tentang makhluk hidup manapun sebagai sesuatu yang terpisah dari Kṛṣṇa, seperti halnya daun dan cabang sebatang pohon tidak terpisah dari pohon itu. Dia paham sekali bahwa dengan menyiramkan air pada akar sebatang pohon, air akan disalurkan kepada semua daun dan cabang, atau dengan menyediakan makanan kepada perut, tenaga dengan sendirinya akan disalurkan ke seluruh badan. Oleh karena yang bekerja dalam kesadaran Kṛṣṇa bersifat pengabdian diri kepada semua orang, maka dia sangat dicintai oleh semua orang. Oleh karena semua orang puas akan pekerjaannya, kesadarannya menjadi murni. Oleh karena kesadaran orang yang sadar akan Kṛṣṇa itu murni, dengan demikian pikirannya terkendali sepenuhnya. Oleh karena pikirannya terkendali, indria-indrianya pun terkendali. Karena pikirannya, selalu mantap pada Kṛṣṇa, tidak ada kemungkinan dia akan disesatkan ke hal-hal selain Kṛṣṇa. Juga tidak ada kemungkinan bahwa dia akan menggunakan indria-indrianya dalam hal-hal selain bhakti kepada Tuhan. Dia tidak suka mendengar sesuatupun selain hal-hal yang berhubungan dengan Kṛṣṇa dan dia tidak suka makan sesuatupun sebelum dipersembahkan kepada Kṛṣṇa. Dia tidak ingin pergi ke suatu tempat kalau tempat itu tidak ada hubungan dengan Kṛṣṇa. Karena itu, indria-indrianya terkendali. Orang yang indria-indrianya terkendali tidak dapat berbuat kesalahan terhadap siapapun. Barangkali seseorang bertanya, "Kalau begitu, mengapa Arjuna berbuat kesalahan (di medan perang) terhadap orang lain? Arjuna sadar akan Kṛṣṇa, bukan?" Arjuna hanya berbuat kesalahan secara lahiriah, sebab (sebagaimana sudah dijelaskan dalam Bab Dua) semua orang yang telah berkumpul di medan perang akan hidup terus secara individual, karena sang roh tidak dapat dibunuh. Jadi, secara rohani, tidak seorangpun terbunuh di medan perang Kuruksetra . Hanya pakaian mereka diganti atas perintah Kṛṣṇa yang hadir di sana secara pribadi. Karena itu, selama Arjuna bertempur di medan perang Kurukṣetra, sebenarnya dia tidak bertempur sama sekali; dia hanya melaksanakan perintah-perintah Kṛṣṇa dalam kesadaran yang sepenuhnya kepada Kṛṣṇa. Orang seperti itu tidak pernah diikat oleh reaksi-reaksi pekerjaan.