ID/BG 6.30

Revision as of 02:59, 28 June 2018 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0019: LinkReviser - Revised links and redirected them to the de facto address when redirect exists)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Śrī Śrīmad A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupāda


ŚLOKA 30

यो मां पश्यति सर्वत्र सर्वं च मयि पश्यति ।
तस्याहं न प्रणश्यामि स च मे न प्रणश्यति ॥३०॥
yo māḿ paśyati sarvatra
sarvaḿ ca mayi paśyati
tasyāhaḿ na praṇaśyāmi
sa ca me na praṇaśyati

Sinonim

yaḥ—siapapun; mām—Aku; paśyāti—melihat; sarvatra—di mana-mana; sarvam—segala sesuatu; ca—dan; mayi—di dalam DiriKu; paśyāti—melihat; tasya—bagi dia; aham—Aku; na—tidak; praṇaśyāmi—Aku hilang; saḥ—dia; ca—juga; me—kepadaKu; na—tidak juga; praṇaśyāti—hilang.

Terjemahan

Aku tidak pernah hilang bagi orang yang melihat Aku di mana-mana dan melihat segala sesuatu berada di dalam DiriKu, dan diapun tidak pernah hilang bagiKu.

Penjelasan

Orang yang sadar akan Kṛṣṇa pasti melihat Śrī Kṛṣṇa di mana-mana, dan dia melihat segala sesuatu berada di dalam Kṛṣṇa. Barangkali kelihatannya orang seperti itu melihat segala manifestasi yang terpisahkan di alam material, tetapi dalam segala keadaan dia sadar akan Kṛṣṇa, dengan mengetahui segala sesuatu adalah manifestasi tenaga Kṛṣṇa. Tiada sesuatupun yang dapat hidup tanpa Kṛṣṇa, dan Kṛṣṇa adalah Penguasa segala sesuatu—inilah prinsip dasar kesadaran Kṛṣṇa. Kesadaran Kṛṣṇa adalah perkembangan cinta-bhakti rohani kepada Kṛṣṇa—suatu kedudukan yang melampaui bahkan pembebasan material sekalipun. Pada tingkat kesadaran Kṛṣṇa yang melampaui keinsafan diri tersebut, seorang penyembah bersatu dengan Kṛṣṇa dalam arti Kṛṣṇa menjadi segala sesuatu bagi penyembah itu, dan penyembah itu mencintai Kṛṣṇa sepenuhnya. Pada waktu itu, ada hubungan dekat antara Tuhan dan penyembahNya. Pada tingkat itu, makhluk hidup tidak pernah dapat dibinasakan, dan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak pernah hilang dari pandangan seorang penyembah. Menunggal di dalam Kṛṣṇa bermakna pemusnahan diri secara rohani. Seorang penyembah tidak pernah mengambil resiko seperti itu. Dalam Brahma-saṁhitā (5.38) dinyatakan:

premāñjana-cchurita-bhakti-vilocanena
santaḥ sadaiva hṛdayeṣu vilokayanti
yaḿ śyāmasundaram acintya-guṇa-svarūpaḿ
govindam ādi-puruṣaḿ tam ahaḿ bhajāmi

"Hamba menyembah Tuhan Yang Mahaabadi, Govinda, yang selalu dilihat oleh seorang penyembah yang matanya diolesi dengan salep cinta-bhakti. Beliau dilihat dalam bentukNya yang kekal sebagai Śyāmasundara yang bersemayam di dalam hati penyembah itu."

Pada tingkat ini, Śrī Kṛṣṇa tidak pernah hilang dari penglihatan penyembah, dan penyembah juga tidak pernah tidak memandang Tuhan. Keadaan yang sama dialami oleh seorang yogī yang melihat Tuhan sebagai Paramātmā di dalam hatinya. Seorang yogī seperti itu berubah menjadi seorang penyembah yang murni dan tidak tahan hidup selama sesaatpun tanpa melihat Tuhan di dalam hatinya.