ID/BG 7.24

Revision as of 03:19, 28 June 2018 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0019: LinkReviser - Revised links and redirected them to the de facto address when redirect exists)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Śrī Śrīmad A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupāda


ŚLOKA 24

अव्यक्तं व्यक्तिमापन्नं मन्यन्ते मामबुद्धयः ।
परं भावमजानन्तो ममाव्ययमनुत्तमम् ॥२४॥
avyaktaḿ vyaktim āpannaḿ
manyante mām abuddhayaḥ
paraḿ bhāvam ajānanto
mamāvyayām anuttamam

Sinonim

avyaktam—tidak terwujud; vyaktim—kepribadian; āpannam—dicapai; manyante—berpikir; mām—Aku; abuddhayaḥ—orang yang kurang cerdas; param—Mahakuasa; bhāvam—keberadaan; ajānantaḥ—tanpa mengetahui; mama—milikKu; avyayām—tidak dapat dimusnahkan; anuttamām—yang paling halus.

Terjemahan

Orang yang kurang cerdas, tidak mengenal DiriKu secara sempurna, menganggap bahwa dahulu Aku, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Kṛṣṇa, tidak bersifat pribadi dan sekarang Aku sudah berwujud dalam kepribadian ini. Oleh karena pengetahuan mereka sangat kurang, mereka tidak mengenal sifatKu yang lebih tinggi, yang tidak dapat dimusnahkan dan bersifat Mahakuasa.

Penjelasan

Sudah diuraikan sebelumnya bahwa para penyembah dewa adalah kurang cerdas, dan di sini juga diuraikan bahwa orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan juga kurang cerdas. Di sini Śrī Kṛṣṇa bersabda di hadapan Arjuna dalam bentuk pribadiNya. Namun, akibat kebodohan, orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan mengatakan bahwa pada hakekatnya Tuhan Yang Maha Esa tidak mempunyai bentuk. Yāmunācārya, seorang penyembah Tuhan yang mulia dalam garis perguruan Rāmānujācārya, menyusun dua ayat yang sangat tepat berhubungan dengan hal ini. Yāmunācārya berkata:

tvāḿ śīla-rūpa-caritaiḥ parama-prakṛṣṭaiḥ
sattvena sāttvikatayā prabalaiś ca śāstraiḥ
prakhyāta-daiva-paramārtha-vidāḿ mataiś ca
naivāsura-prakṛtayaḥ prabhavānti boddhum

"Tuhan yang hamba cintai, penyembah-penyembah seperti Vyāsadeva dan Nārada mengenal Anda sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dengan mengerti berbagai sastra Veda, seseorang dapat mengenal ciri-ciri Anda, bentuk Anda dan kegiatan Anda. Dengan demikian ia dapat mengerti bahwa Anda adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi orang yang berada dalam sifat-sifat nafsu dan kebodohan, para raksasa, orang yang bukan penyembah, tidak dapat mengerti diri Anda. Mereka tidak sanggup mengerti tentang Anda. Walaupun orang yang bukan penyembah seperti itu barangkali ahli sekali berdiskusi tentang Vedānta dan Upaniṣad-upaniṣad serta Veda lainnya, tidak mungkin bagi mereka untuk mengerti tentang Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa." (Stotra-ratna 12).

Dalam Brahma-saṁhitā, dinyatakan bahwa Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat dimengerti hanya dengan mempelajari sastra Vedānta. Hanya atas karunia Tuhan Yang Maha Esa, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dapat dikenal. Karena itu, dalam ayat ini dinyatakan dengan jelas bahwa bukan hanya para penyembah dewa yang kurang cerdas, tetapi orang yang bukan penyembah dan tekun mempelajari Vedānta dan berangan-angan tentang sastra Veda tanpa corak kesadaran Kṛṣṇa yang sejati juga kurang cerdas, dan tidak mungkin mereka mengerti sifat pribadi Tuhan. Orang yang mempunyai kesan seolah-olah Kebenaran Mutlak tidak bersifat pribadi disebut abuddhayaḥ, yang berarti orang yang belum mengenal ciri utama Kebenaran Mutlak. Dalam Śrīmad-Bhāgavatam dinyatakan bahwa keinsafan tertinggi mulai dari Brahman yang tidak bersifat pribadi, kemudian naik sampai Roh Yang Utama yang berada dalam setempat—tetapi pengetahuan tertinggi tentang Kebenaran Mutlak adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan dewasa ini tetap kurang cerdas, sebab sesepuh mereka yang mulia bernama Śaṅkarācārya pun tidak diikutinya. Śaṅkarācārya sudah menyatakan secara khusus bahwa Kṛṣṇa adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan tidak mengenal Kebenaran Tertinggi, dan mereka menganggap Kṛṣṇa hanya putera Devakī dan Vasudeva, atau seorang pangeran, atau makhluk hidup yang perkasa. Anggapan ini juga disalahkan dalam Bhagavad-gītā (9.11) Avajānanti māṁ mūḍhā mānuṣīṁ tanum āśritam: "Hanya orang bodoh menganggap DiriKu manusia biasa".

Kenyataannya ialah bahwa tiada seorangpun yang dapat mengerti Kṛṣṇa tanpa melakukan bhakti dan tanpa mengembangkan kesadaran Kṛṣṇa. Kenyataan ini dibenarkan dalam Śrīmad-Bhāgavatam (10.14.29):

athāpi te deva padāmbuja-dvaya-
prasāda-leśānugṛhīta eva hi
jānāti tattvaḿ bhagavan-mahīmno
na cānya eko 'pi ciraḿ vicinvan

"Tuhan yang hamba cintai, kalau seseorang dianugerahi sedikit saja karunia dari kaki-padma Anda, ia dapat mengerti kemuliaan Kepribadian Anda. Tetapi orang yang berangan-angan untuk mengerti tentang Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat mengenal Diri Anda, walaupun mereka terus mempelajari Veda selama bertahun-tahun." Seseorang tidak dapat mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Kṛṣṇa, maupun bentuk, sifat atau namanya, hanya dengan berangan-angan atau mengadakan diskusi tentang sastra Veda. Orang harus mengerti tentang Kṛṣṇa melalui bhakti. Bila seseorang sudah tekun sepenuhnya dalam kesadaran Kṛṣṇa, mulai dengan mengucapkan mahamantra—Hare Kṛṣṇa, Hare Kṛṣṇa, Kṛṣṇa Kṛṣṇa, Hare Hare/ Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare Hare—baru ia dapat mengerti Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang bukan penyembah yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan menganggap badan Kṛṣṇa terbuat dari alam material ini dan bahwa segala kegiatan Kṛṣṇa, bentuk Kṛṣṇa dan segala sesuatu adalah māyā. Orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan disebut Māyāvādī. Mereka belum mengenal kebenaran tertinggi.

Dalam ayat kedua puluh dinyatakan dengan jelas, kāmais tais tair hṛta-jñānāḥ prapadyante 'nya-devatāḥ. "Orang yang sudah dibuat buta oleh keinginan hawa nafsu menyerahkan diri kepada berbagai dewa." Diakui bahwa ada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan Beliau mempunyai sebuah planet. Di samping itu diakui pula bahwa ada dewa-dewa yang masing-masing mempunyai planet. Sebagaimana dinyatakan dalam ayat kedua puluh tiga devān deva-yajo yānti mad-bhaktā yānti mām api: para penyembah dewa pergi ke berbagai planet dewa, dan para penyembah Śrī Kṛṣṇa pergi ke planet Kṛṣṇaloka. Walaupun ini sudah dinyatakan dengan jelas, orang bodoh yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan masih mengatakan bahwa Tuhan tidak berbentuk dan bahwa bentuk-bentuk tersebut adalah sesuatu yang harus dikatakan oleh Beliau. Setelah mempelajari Bhagavad-gītā, apakah kita diberi kesan seolah-olah para dewa dan tempat tinggalnya tidak bersifat pribadi? Yang jelas, para dewa dan Kṛṣṇa, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, bukan tanpa sifat pribadi. Kṛṣṇa dan para dewa semua tujuan-tujuan; Śrī Kṛṣṇa adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Kṛṣṇa mempunyai planet sendiri, dan para dewa juga mempunyai planet masing-masing.

Karena itu, pendapat filsafat monisme bahwa kebenaran tertinggi tidak terwujud dan bahwa wujud dikenakan kepada kebenaran yang paling tinggi itu tidak terbukti benar. Dinyatakan dengan jelas di sini bahwa wujud tidak dikenakan. Dari Bhagavad-gītā, kita dapat mengerti dengan jelas bahwa bentuk-bentuk para dewa dan bentuk Tuhan Yang Maha Esa berada pada waktu yang sama, dan bahwa Śrī Kṛṣṇa adalah sac-cid-ānanda, pengetahuan kekal penuh kebahagiaan. Dalam Veda juga dibenarkan bahwa Kebenaran Mutlak Yang paling Utama adalah ānanda-mayo 'bhyāsāt, atau penuh kebahagiaan menurut sifatnya, dan bahwa Beliau adalah sumber sifat-sifat mujur yang tidak terhingga. Dalam Bhagavad-gītā, Kṛṣṇa menyatakan bahwa walaupun DiriNya aja (tidak dilahirkan), namun Beliau masih muncul. Inilah kenyataan-kenyataan yang harus dipahami dari Bhagavad-gītā. Kita tidak dapat mengerti bagaimana Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dapat dianggap tanpa sifat pribadi; teori bahwa kepribadian dikenakan yang dikemukakan oleh para penganut filsafat monisme yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan tidak benar menurut pernyataan Bhagavad-gītā. Di sini cukup jelas bahwa Kebenaran Mutlak Yang Paling Utama, Śrī Kṛṣṇa, mempunyai bentuk dan kepribadian.