ID/Prabhupada 0053 - Hal Pertama Adalah Bahwa Kita Harus Mendengar

Revision as of 10:12, 23 September 2016 by Gusti (talk | contribs) (Created page with "<!-- BEGIN CATEGORY LIST --> Category:1080 Indonesian Pages with Videos Category:Prabhupada 0053 - in all Languages Category:ID-Quotes - 1973 Category:ID-Quotes...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Invalid source, must be from amazon or causelessmery.com

Lecture on SB 2.1.5 -- Delhi, November 8, 1973

Jadi kita adalah juga prakṛti. Kita adalah juga energi Tuhan. Dan karena kita mencoba memanfaatkan sumber daya dari bahan-bahan material, maka karenanya benda-benda material menjadi bernilai. Jika tidak, maka itu semua tidak ada nilainya, nihil. Tetapi kesibukan kita adalah..... Dinyatakan di sini, bahwa karena kita sekarang ini sedang terjerat bersama dengan bahan-bahan material ini..... Bahan-bahan material ini bukanlah merupakan kesibukan kita. Kesibukan kita adalah semata-mata bagaimana caranya untuk keluar dari lingkup bahan-bahan material ini. Itulah kesibukan kita yang sebenarnya. Jika kamu menginginkan kesibukan itu, inilah resepnya Apakah itu? Śrotavyaḥ kīrtitavyaś ca. Kecuali jika kamu mendengar, bagaimana kamu bisa memahami kedudukanmu? Ketika kamu memahami Tuhan, Kṛṣṇa, dan kamu memahami bahwa kamu adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Tuhan, atau Kṛṣṇa, maka kamu dapat memahami kedudukanmu : "Oh, kita ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Tuhan." Kṛṣṇa adalah Pribadi Yang Utama, ṣaḍ-aiśvarya-pūrṇam, penuh dengan segala kekayaan. Sama seperti seorang anak yang sedang marah yang sedang bergelandangan di jalanan, ketika dengan otaknya yang waras ia memahami bahwa, "Ayahku sangat kaya, sangat berkuasa, dan aku bergelandangan di jalanan seperti orang gila? Aku tidak punya makanan, tidak punya tempat perlindungan. Aku pergi dari pintu ke pintu dan mengemis," maka kemudian ia menemukan kesadarannya. Itulah yang disebut sebagai tahap brahma-bhūta (SB 4.30.20). "Oh, aku ini, aku bukan bahan-bahan material ini. Aku ini adalah jiwa, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Tuhan. Oh."

Itulah kesadaran. Kesadaran seperti inilah yang sedang kita coba bangkitkan. Ini adalah pelayanan kesejahteraan terbaik bagi semua orang, yaitu untuk membangkitkan kesadarannya. Ia dengan bodohnya berpikir bahwa, "Aku ini adalah hasil dari material ini, dan aku harus menyesuaikan hal-hal yang ada pada diriku di dunia material ini." Ini adalah suatu kebodohan. Kecerdasan yang sebenarnya adalah Brahma-bhūta, ahaṁ brahmāsmi. ahaṁ brahmāsmi : "Aku adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Tuhan. Tuhan adalah Brahman Yang Utama. Aku, karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan ..."Seperti halnya bagian yang tidak terpisahkan dari emas, tambang emas, itu mungkin hanyalah sebuah anting-anting kecil, tapi itu juga adalah emas. Sama halnya, bagian kecil dari air laut juga memiliki kualitas yang sama, yaitu asin. Maka sama halnya juga, kita, karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Tuhan, kita memiliki kualitas-kualitas yang sama. Secara kualitas, kita adalah satu. Mengapa kita sangat mendambakan cinta? Karena ada cinta di dalam Kṛṣṇa. Kita melakukan pemujaan kepada Rādhā-Kṛṣṇa di sini. Sejatinya, ada cinta. Karenanya kita, karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Tuhan, kita juga mencoba untuk mencintai. Seorang pria mencoba untuk mencintai wanita lain, seorang wanita mencoba untuk mencintai pria lain. Ini sangatlah wajar. Ini tidaklah dibuat-buat. Akan tetapi ini menjadi terbiaskan di dalam selubung material. Itulah kekurangannya. Ketika kita terbebas dari selubung material, maka secara kualitas kita menjadi ānandamayo 'bhyāsāt (Vedānta-sūtra 1.1.12), sama riangnya .....Seperti Kṛṣṇa yang selalu menari....Kṛṣṇa yang tidak pernah akan kamu temukan.... Kamu telah melihat gambar Kṛṣṇa. Beliau sedang bertarung dengan ular Kāliya. Beliau sedang menari. Beliau tidak takut kepada sang ular itu. Beliau sedang menari. Seperti halnya Beliau menari bersama para gopī di dalam rāsa-līlā, maka Beliau juga menari dengan sang ular. Karena Beliau adalah ānandamayo 'bhyāsāt. Beliau adalah ānandamaya, selalu riang. Selalu. Kamu akan melihat Kṛṣṇa.....Kṛṣṇa.....Seperti ketika di Kurukṣetra di mana pertempuran sedang berlangsung. Kṛṣṇa penuh dengan rasa riang. Arjuna penuh dengan kemurungan karena ia adalah makhluk hidup, tetapi Beliau tidak murung. Beliau riang gembira. Itulah sifat dari Tuhan. Ānandamayo 'bhyāsāt. Inilah sūtranya, di dalam Brahma-sūtra, bahwa, "Tuhan bersifat ānandamaya, selalu riang, selalu gembira." Jadi kamu juga bisa menjadi riang gembira ketika kamu pulang ke rumah, kembali kepada Tuhan. Itulah masalah kita.

Karenanya bagaimana cara kita untuk pergi ke sana? Hal pertama adalah bahwa kita harus mendengar. Śrotavyaḥ. Cobalah untuk mendengar siapa itu Tuhan, apakah itu kerajaanNya, bagaimana Beliau bertindak, bagaimana Beliau selalu riang. Hal-hal seperti inilah yang harus didengar. Śravaṇam. Dan begitu kamu sudah meyakininya, "Oh, Tuhan itu sangat menyenangkan," maka kamu akan menjadi sangat ingin untuk menunjukkan atau menyebarkan berita ini ke seluruh penjuru dunia. Itulah kīrtanam. Itulah kīrtanam.