ID/Prabhupada 0095 - Urusan Kita Adalah Untuk Berserah Diri: Difference between revisions

(Created page with "<!-- BEGIN CATEGORY LIST --> Category:1080 Indonesian Pages with Videos Category:Prabhupada 0095 - in all Languages Category:ID-Quotes - 1974 Category:ID-Quotes...")
 
(Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
 
Line 8: Line 8:
[[Category:Indonesian Language]]
[[Category:Indonesian Language]]
<!-- END CATEGORY LIST -->
<!-- END CATEGORY LIST -->
<!-- BEGIN NAVIGATION BAR -- DO NOT EDIT OR REMOVE -->
{{1080 videos navigation - All Languages|Indonesian|ID/Prabhupada 0094 - Urusan Kita Adalah Mengulang Kata-kata Kṛṣṇa|0094|ID/Prabhupada 0096 - Kita Harus Belajar Dari Pribadi Yang Bhāgavata|0096}}
<!-- END NAVIGATION BAR -->
<!-- BEGIN ORIGINAL VANIQUOTES PAGE LINK-->
<!-- BEGIN ORIGINAL VANIQUOTES PAGE LINK-->
<div class="center">
<div class="center">
Line 16: Line 19:


<!-- BEGIN VIDEO LINK -->
<!-- BEGIN VIDEO LINK -->
{{youtube_right|eEZxfY1TYIs|Urusan Kita Adalah Untuk Berserah Diri<br />- Prabhupāda 0095}}
{{youtube_right|lqj4Jvt1ZNw|Urusan Kita Adalah Untuk Berserah Diri<br />- Prabhupāda 0095}}
<!-- END VIDEO LINK -->
<!-- END VIDEO LINK -->


<!-- BEGIN AUDIO LINK -->
<!-- BEGIN AUDIO LINK -->
<mp3player>http://vaniquotes.org/w/images/740327BG.BOM_clip3.mp3</mp3player>
<mp3player>https://s3.amazonaws.com/vanipedia/clip/740327BG.BOM_clip3.mp3</mp3player>
<!-- END AUDIO LINK -->
<!-- END AUDIO LINK -->


Line 28: Line 31:


<!-- BEGIN TRANSLATED TEXT -->
<!-- BEGIN TRANSLATED TEXT -->
Kita sedang berserah diri, tetapi kita tidak sedang berserah diri kepada Kṛṣṇa. Itulah penyakitnya. Itulah penyakitnya. Dan gerakan kesadaran Kṛṣṇa ini dimaksudkan untuk menyembuhkan penyakit itu. Sembuhkanlah penyakit itu. Kṛṣṇa juga datang. Beliau berkata, yadā yadā hi dharmasya. ([[Vanisource:BG 4.7|BG 4.7]]).  Dharmasya glāniḥ, penyimpangan di dalam hal pelaksanaan keagaman, ketika terjadi penyimpangan, Kṛṣṇa berkata, tadātmānaṁ sṛjāmy aham. Dan abhyutthānam adharmasya. Ada dua hal. Ketika orang-orang tidak berserah diri kepada Kṛṣṇa, dan mereka membuat begitu banyak "Kṛṣṇa-Kṛṣṇa" lain, begitu banyak bajingan, untuk berserah diri ke pada mereka. Itulah yang disebut sebagai adharmasya. Dharma berarti berserah diri kepada Kṛṣṇa, tetapi bukannya berserah diri kepada Kṛṣṇa, mereka justru ingin berserah diri kepada para kucing, anjing, ini, itu, begitu banyak hal lain. Itulah adharma.
Kita sedang berserah diri, tetapi kita tidak sedang berserah diri kepada Kṛṣṇa. Itulah penyakitnya. Itulah penyakitnya. Dan gerakan kesadaran Kṛṣṇa ini dimaksudkan untuk menyembuhkan penyakit itu. Sembuhkanlah penyakit itu. Kṛṣṇa juga datang. Beliau berkata, yadā yadā hi dharmasya. ([[ID/BG 4.7|BG 4.7]]).  Dharmasya glāniḥ, penyimpangan di dalam hal pelaksanaan keagaman, ketika terjadi penyimpangan, Kṛṣṇa berkata, tadātmānaṁ sṛjāmy aham. Dan abhyutthānam adharmasya. Ada dua hal. Ketika orang-orang tidak berserah diri kepada Kṛṣṇa, dan mereka membuat begitu banyak "Kṛṣṇa-Kṛṣṇa" lain, begitu banyak bajingan, untuk berserah diri ke pada mereka. Itulah yang disebut sebagai adharmasya. Dharma berarti berserah diri kepada Kṛṣṇa, tetapi bukannya berserah diri kepada Kṛṣṇa, mereka justru ingin berserah diri kepada para kucing, anjing, ini, itu, begitu banyak hal lain. Itulah adharma.


Kṛṣṇa tidaklah datang untuk menegakkan yang namanya saja agama Hindu atau agama Islam atau agama Kristen. Tidak. Beliau datang untuk menegakkan agama yang sejati. Agama yang sejati berarti bahwa kita harus tunduk, berserah diri kepada pribadi yang sejati. Itulah agama yang sejati. Kita sedang berserah diri. Setiap orang memiliki gagasan mereka masing-masing. Dan ia berserah diri di sana. Entah apakah itu sesuatu yang bersifat politik, sosial, ekonomi, keagamaan, apapun. Setiap orang memiliki gagasan mereka masing-masing. Dan sang pemimpin dari gagasan tersebut juga ada di sana. Jadi sebenarnya, urusan kita adalah untuk berserah diri. Itu adalah kenyataannya. Tetapi kita tidak memahami ke mana seharusnya kita berserah diri. Itulah kesulitannya. Dan karena penyerahan diri yang dilakukan itu keliru atau salah tempat, maka kondisi di seluruh dunia ini menjadi kacau.
Kṛṣṇa tidaklah datang untuk menegakkan yang namanya saja agama Hindu atau agama Islam atau agama Kristen. Tidak. Beliau datang untuk menegakkan agama yang sejati. Agama yang sejati berarti bahwa kita harus tunduk, berserah diri kepada pribadi yang sejati. Itulah agama yang sejati. Kita sedang berserah diri. Setiap orang memiliki gagasan mereka masing-masing. Dan ia berserah diri di sana. Entah apakah itu sesuatu yang bersifat politik, sosial, ekonomi, keagamaan, apapun. Setiap orang memiliki gagasan mereka masing-masing. Dan sang pemimpin dari gagasan tersebut juga ada di sana. Jadi sebenarnya, urusan kita adalah untuk berserah diri. Itu adalah kenyataannya. Tetapi kita tidak memahami ke mana seharusnya kita berserah diri. Itulah kesulitannya. Dan karena penyerahan diri yang dilakukan itu keliru atau salah tempat, maka kondisi di seluruh dunia ini menjadi kacau.
Line 38: Line 41:
:ahaṁ tvāṁ sarva-pāpebhyo
:ahaṁ tvāṁ sarva-pāpebhyo
:mokṣayiṣyāmi...
:mokṣayiṣyāmi...
:([[Vanisource:BG 18.66|BG 18.66]])  
:([[ID/BG 18.66|BG 18.66]])  


Jadi penyimpangan keagamaan dimaksudkan ......Ini juga dinyatakan di dalam Śrīmad-Bhāgavatam. Sa vai puṁsāṁ paro dharmaḥ. Dharma utama yang berkualitas kelas satu. Paraḥ berarti utama, rohani. Sa vai puṁsāṁ paro dharmo yato bhaktir adhokṣaje. ([[Vanisource:SB 1.2.6|SB 1.2.6]]). Ketika kita beserah diri kepada Adhokṣaja... Adhokṣaja berarti sang rohani yang utama, atau Kṛṣṇa. Nama lain Kṛṣṇa adalah Adhokṣaja. Ahaituky apratihatā. Ahaitukī berarti tanpa sebab. Tanpa sebab. Bukan dimaksudkan bahwa, "Kṛṣṇa itu begini dan begitu, karenanya aku berserah diri." Tidak. Tanpa sebab. Ahaituky apratihatā. Dan itu tidak bisa dihentikan. Tidak seorangpun bisa menghentikan. Jika kamu ingin berserah diri kepada Kṛṣṇa, tidak ada yang bisa menghentikan, tidak ada halangan. Kamu bisa melakukan hal itu di dalam setiap kedudukan apapun. Kamu bisa melakukannya. Ahaituky apratihatā yayātmā suprasīdati. Dan kemudian kamu akan, ātmā, ātmāmu, jiwamu, pikiranmu, badanmu, akan menjadi terpuaskan. Inilah prosesnya.  
Jadi penyimpangan keagamaan dimaksudkan ......Ini juga dinyatakan di dalam Śrīmad-Bhāgavatam. Sa vai puṁsāṁ paro dharmaḥ. Dharma utama yang berkualitas kelas satu. Paraḥ berarti utama, rohani. Sa vai puṁsāṁ paro dharmo yato bhaktir adhokṣaje. ([[Vanisource:SB 1.2.6|SB 1.2.6]]). Ketika kita beserah diri kepada Adhokṣaja... Adhokṣaja berarti sang rohani yang utama, atau Kṛṣṇa. Nama lain Kṛṣṇa adalah Adhokṣaja. Ahaituky apratihatā. Ahaitukī berarti tanpa sebab. Tanpa sebab. Bukan dimaksudkan bahwa, "Kṛṣṇa itu begini dan begitu, karenanya aku berserah diri." Tidak. Tanpa sebab. Ahaituky apratihatā. Dan itu tidak bisa dihentikan. Tidak seorangpun bisa menghentikan. Jika kamu ingin berserah diri kepada Kṛṣṇa, tidak ada yang bisa menghentikan, tidak ada halangan. Kamu bisa melakukan hal itu di dalam setiap kedudukan apapun. Kamu bisa melakukannya. Ahaituky apratihatā yayātmā suprasīdati. Dan kemudian kamu akan, ātmā, ātmāmu, jiwamu, pikiranmu, badanmu, akan menjadi terpuaskan. Inilah prosesnya.  
<!-- END TRANSLATED TEXT -->
<!-- END TRANSLATED TEXT -->

Latest revision as of 16:27, 12 October 2018



Lecture on BG 4.7 -- Bombay, March 27, 1974

Kita sedang berserah diri, tetapi kita tidak sedang berserah diri kepada Kṛṣṇa. Itulah penyakitnya. Itulah penyakitnya. Dan gerakan kesadaran Kṛṣṇa ini dimaksudkan untuk menyembuhkan penyakit itu. Sembuhkanlah penyakit itu. Kṛṣṇa juga datang. Beliau berkata, yadā yadā hi dharmasya. (BG 4.7). Dharmasya glāniḥ, penyimpangan di dalam hal pelaksanaan keagaman, ketika terjadi penyimpangan, Kṛṣṇa berkata, tadātmānaṁ sṛjāmy aham. Dan abhyutthānam adharmasya. Ada dua hal. Ketika orang-orang tidak berserah diri kepada Kṛṣṇa, dan mereka membuat begitu banyak "Kṛṣṇa-Kṛṣṇa" lain, begitu banyak bajingan, untuk berserah diri ke pada mereka. Itulah yang disebut sebagai adharmasya. Dharma berarti berserah diri kepada Kṛṣṇa, tetapi bukannya berserah diri kepada Kṛṣṇa, mereka justru ingin berserah diri kepada para kucing, anjing, ini, itu, begitu banyak hal lain. Itulah adharma.

Kṛṣṇa tidaklah datang untuk menegakkan yang namanya saja agama Hindu atau agama Islam atau agama Kristen. Tidak. Beliau datang untuk menegakkan agama yang sejati. Agama yang sejati berarti bahwa kita harus tunduk, berserah diri kepada pribadi yang sejati. Itulah agama yang sejati. Kita sedang berserah diri. Setiap orang memiliki gagasan mereka masing-masing. Dan ia berserah diri di sana. Entah apakah itu sesuatu yang bersifat politik, sosial, ekonomi, keagamaan, apapun. Setiap orang memiliki gagasan mereka masing-masing. Dan sang pemimpin dari gagasan tersebut juga ada di sana. Jadi sebenarnya, urusan kita adalah untuk berserah diri. Itu adalah kenyataannya. Tetapi kita tidak memahami ke mana seharusnya kita berserah diri. Itulah kesulitannya. Dan karena penyerahan diri yang dilakukan itu keliru atau salah tempat, maka kondisi di seluruh dunia ini menjadi kacau.

Kita sedang menggantikan penyerahan diri ini kepada penyerahan diri yang itu. Tidak ada lagi Partai Kongress. Sekarang yang ada adalah Partai Komunis." Lalu kemudian, "Tidak ada lagi Partai Komunis. Partai ini...partai itu." Apa gunanya perubahan partai seperti ini? Karena apapun partai ini atau partai itu, mereka semuanya tidak berserah diri kepada Kṛṣṇa. Jadi kecuali kamu sampai pada titik untuk berserah diri kepada Kṛṣṇa, maka tidak akan pernah ada kedamaian. Itulah pokok permasalahannya. Cukup hanya dengan mengganti wajan penggorengan menjadi api tidak akan menyelamatkanmu. Karenanya petunjuk Kṛṣṇa yang terakhir adalah :

sarva-dharmān parityajya
mām ekaṁ śaraṇaṁ vraja
ahaṁ tvāṁ sarva-pāpebhyo
mokṣayiṣyāmi...
(BG 18.66)

Jadi penyimpangan keagamaan dimaksudkan ......Ini juga dinyatakan di dalam Śrīmad-Bhāgavatam. Sa vai puṁsāṁ paro dharmaḥ. Dharma utama yang berkualitas kelas satu. Paraḥ berarti utama, rohani. Sa vai puṁsāṁ paro dharmo yato bhaktir adhokṣaje. (SB 1.2.6). Ketika kita beserah diri kepada Adhokṣaja... Adhokṣaja berarti sang rohani yang utama, atau Kṛṣṇa. Nama lain Kṛṣṇa adalah Adhokṣaja. Ahaituky apratihatā. Ahaitukī berarti tanpa sebab. Tanpa sebab. Bukan dimaksudkan bahwa, "Kṛṣṇa itu begini dan begitu, karenanya aku berserah diri." Tidak. Tanpa sebab. Ahaituky apratihatā. Dan itu tidak bisa dihentikan. Tidak seorangpun bisa menghentikan. Jika kamu ingin berserah diri kepada Kṛṣṇa, tidak ada yang bisa menghentikan, tidak ada halangan. Kamu bisa melakukan hal itu di dalam setiap kedudukan apapun. Kamu bisa melakukannya. Ahaituky apratihatā yayātmā suprasīdati. Dan kemudian kamu akan, ātmā, ātmāmu, jiwamu, pikiranmu, badanmu, akan menjadi terpuaskan. Inilah prosesnya.