ID/Prabhupada 0210 - Keseluruhan Bhakti-mārga Bergantung Pada Belas Kasih Tuhan

Revision as of 06:48, 31 October 2016 by Gusti (talk | contribs) (Created page with "<!-- BEGIN CATEGORY LIST --> Category:1080 Indonesian Pages with Videos Category:Prabhupada 0210 - in all Languages Category:ID-Quotes - 1973 Category:ID-Quotes...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Invalid source, must be from amazon or causelessmery.com

Lecture on SB 1.15.30 -- Los Angeles, December 8, 1973

Jadi, jika kamu ingin memahami Bhagavad-gītā, maka kamu harus memahaminya dengan cara yang sama sebagaimana dengan orang yang mendengarnya secara langsung. Inilah yang disebut dengan sistem paramparā. Seandainya aku telah mendengar sesuatu dari guru kerohanianku, maka aku akan mengatakan hal yang sama tersebut kepadamu. Jadi inilah sistem paramparā. Kamu tidak bisa hanya sekedar membayangkan apa yang dikatakan oleh guru kerohanianku. Atau, bahkan jika kamu membaca sejumlah buku, kamu tidak bisa memahaminya kecuali jika kamu memahami semua itu dariku. Inilah yang disebut sebagai sistem paramparā. Kamu tidak bisa melompat langsung menuju kepada guru yang lebih di atas, maksudku, dengan mengabaikan ācārya berikutnya, untuk langsung kepada ācārya selanjutnya. Seperti di dalam gerakan kita, Gau.... , di dalam pemujaan kepada Caitanya Mahāprabhu, kita tidaklah bisa memahami Caitanya Mahāprabhu secara langsung. Itu mustahil. Kita harus memahamiNya melalui para Gosvāmī. Karenanya, kamu akan menemukan di dalam Caitanya-caritāmṛta, serta pada akhir dari setiap bab, di mana sang pengarangnya berkata, rūpa-ragunātha-pade... Apakah itu maksudnya? Kṛṣṇadāsa.

śrī-rūpa-ragunātha-pade yāra āśa
caitanya-caritāmṛta kahe kṛṣṇa-dāsa

Inilah prosesnya. Beliau tidak mengatakan bahwa, "Aku telah memahami Tuhan Caitanya Mahāprabhu secara langsung." Bukan. Itu bukanlah pemahaman. Itu adalah kebodohan. Kamu tidak bisa memahami siapakah Caitanya Mahāprabhu itu. Karenanya, beliau berulang kali berkata, rūpa-ragunātha-pade sada yāra āśa caitanya-caritāmṛta kahe kṛṣṇa-dāsa. "Hamba adalah Kṛṣṇa dāsa Kavirāja itu, yang selalu bergantung di bawah para Gosvāmī. Inilah sistem paramparā. Sama halnya, Narottama dāsa Ṭhākura juga berkata, ei chay gosāi jār tār mui dās, "Hamba adalah pelayan dari orang yang sudah menerima Enam Gosvāmī ini sebagai gurunya. Hamba tidak akan menjadi pelayan dari orang lain manapun yang tidak menerima cara serta jalan dari ...." Karenanya kita berkata, atau kita mempersembahkan doa kita kepada guru kerohanian kita, rūpānuga-varāya te, rūpānuga-varāya te, karena beliau mengikuti Rūpa Gosvāmī, sehingga kita menerima guru kerohanian. Bukanlah bahwa seseorang itu sudah menjadi melebihi Rūpa Gosvāmī atau melebihi ..... Bukan. Tāṅdera caraṇa-sebi-bhakta-sane vās. Inilah sistem paramparā.

Sekarang di sini, hal yang sama juga diulang : Arjuna, yang mendengar secara langsung dari Kṛṣṇa. Kadang-kadang, beberapa orang berkata - ini adalah kekurangajaran - bahwa "Arjuna mendengar secara langsung dari Kṛṣṇa, namun kita tidak menemukan Kṛṣṇa di dalam kehadiran kita, jadi bagaimana kita bisa menerima?" Tidak ada yang namanya kehadiran langsung itu, karena kamu tidak mengetahui apa itu pengetahuan yang mutlak. Kata-kata Kṛṣṇa, Bhagavad-gītā, tidak berbeda dengan Kṛṣṇa sendiri. Itu sama sekali tidak berbeda dengan Kṛṣṇa. Ketika kamu mendengar Bhagavad-gītā, maka kamu sedang mendengarkan secara langsung dari Kṛṣṇa, karena Kṛṣṇa tidaklah berbeda. Kṛṣṇa bersifat mutlak. Kṛṣṇa, nama Kṛṣṇa, bentuk Kṛṣṇa, sifat-sifat Kṛṣṇa, petunjuk dari Kṛṣṇa, segala sesuatu yang terkait dengan Kṛṣṇa, semuanya itu adalah Kṛṣṇa. Semuanya itu adalah Kṛṣṇa. Hal iniah yang harus dipahami. Semuanya itu tidak berbeda sama sekali dengan Kṛṣṇa. Karenanya, bentuk Kṛṣṇa yang ada di sini, Beliau adalah Kṛṣṇa. Beliau bukanlah sekedar sebuah patung. "Itu hanyalah sebuah patung marmer." Tidak. Beliau itu adalah Kṛṣṇa. Beliau telah muncul di hadapanmu karena kamu tidak bisa melihat Kṛṣṇa. Kamu bisa melihat batu, kayu, karenanya Beliau telah muncul di dalam bentuk tersebut. Kamu pikir itu hanyalah sekedar batu dan kayu, akan tetapi Beliau bukanlah sekedar kayu dan batu, Beliau adalah Kṛṣṇa. Inilah yang disebut sebagai Kebenaran Mutlak, maka karenanya kata-kata Kṛṣṇa adalah tidak berbeda dengan Kṛṣṇa. Ketika kata-kata Kṛṣṇa ada di dalam Bhagavad-gītā, maka itulah Kṛṣṇa.

Seperti halnya brāhmaṇa yang berasal dari India Selatan ini. Begitu ia membuka bukunya ..... , Ia buta huruf, ia tidak bisa membaca Bhagavad-gītā. Tetapi Guru Mahārājanya berkata bahwa, "Kamu harus membaca delapabelas bab dari Bhagavad-gītā setiap hari." Akibatnya ia menjadi bingung, bahwa "Aku ini buta huruf, aku tidak bisa ....Baiklah, ambilkan aku .... Bhagavad-gītā." Saat itu ia ada di temple Rāngaṇatha Ia mengambil Bhagavad-gītā dan kemudian ia pergi seperti ini. Ia tidak bisa membaca. Karenanya, para temannya yang mengenal dirinya, mereka semuanya mengolok-oloknya, "Baiklah, brāhmaṇa, bagaimana caramu membaca Bhagavad-gītā?" Ia tidak menjawab, karena ia memahami bahwa para temannya sedang mengolok-oloknya, karena "Aku tidak tahu ..... aku ini buta huruf." Namun ketika Caitanya Mahāprabhu datang, Beliau juga menjadi bingung, " Brāhmaṇa, anda sedang membaca Bhagavad-gītā?" Sang brāhmaṇa berkata, "Tuan, aku ini buta huruf, aku tidak bisa membaca . Ini mustahil. Tetapi Guru Mahārājaku memerintahkanku untuk membaca. Apa yang bisa kulakukan? Aku sudah mengambil buku ini." Inilah pengikut kata-kata guru yang sangat taat. Ia buta huruf. Ia tidak bisa membaca. Tidak ada kemungkinan untuk itu. Tetapi Guru Mahārājanya memerintahkannya, "Kamu harus membaca Bhagavad-gītā setiap hari sebanyak delpanbelas bab." Jadi sekarang, bagaimana ini? Inilah yang disebut sebagai vyavasāyātmikā buddhiḥ. Aku mungkin saja tidak lengkap. Tetapi itu tidak apa-apa. Namun jika aku berusaha mengikuti kata-kata Guru Mahārājaku, maka aku menjadi lengkap.

Inilah rahasianya. Yasya deve parā bhaktir yathā deve tathā gurau. (ŚU 6.23). Jika seseorang memiliki keyakinan yang kuat kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Kuasa dan keyakinan yang sama seperti itu kepada guru, yathā deve tathā gurau, maka pengungkapan kitab-kitab suci menjadi terwujudkan. Ini bukanlah tentang pendidikan. Ini juga bukan tentang kesarjanaan. Ini adalah tentang keyakinan kepada Kṛṣṇa dan guru. Karenanya, Caitanya-caritāmṛta mengatakan : guru-kṛṣṇa-kṛpāya pāya bhakti-latā-bīja. (CC Madhya 19.151). Bukan melalui pendidikan, bukan melalui kesarjanaan, jangan pernah mengatakan tentang itu. Caitanya Mahāprabhu berkata, guru-kṛṣṇa-kṛpāya, atas belas kasih guru, atas belas kasih Kṛṣṇa. Ini adalah perihal belas kasih. Ini bukan soal kesarjanaan atau kemewahan atau kekayaan. Bukan. Keseluruhan bhakti-mārga bergantung pada belas kasih Tuhan. Jadi, kita seharusnya mencari belas kasih tersebut. Athāpi te deva padāmbuja-dvaya-prasāda-leśānugṛhīta eva hi, jānāti tattvam... (SB 10.14.29). Prasāda-leśa, leśa berarti bagian. Seseorang yang sudah menerima sebagian kecil belas kasih dari Yang Utama, maka ia akan memahami. Dan yang lainnya, na cānya eko 'pi ciraṁ vicinvan. Yang lainnya, mereka itu akan terus berangan-angan selama jutaan tahun. Dan hal itu tetap mustahil untuk dipahami. Jadi, karenanya kita menyajikan Bhagavad-gītā Menurut Aslinya, karena kita menyajikan Bhagavad-gītā sebagaimana yang dipahami oleh Arjuna. Kita tidak mengikuti Dr. Radhakrishnan, sarjana ini, sarjana itu, bajingan ini, bajingan itu ....Tidak. Kita tidak mengikuti itu semua. Itu bukan urusan kita. Inilah paramparā



Donc, si vous voulez comprendre la Bhagavad-gītā, alors nous devons la comprendre de la même manière que la personne qui l'a directement entendue. C'est ce qu'on appelle le système de la paramparā . Supposons que j'ai entendu quelque chose de la part de mon maître spirituel, alors je vous raconte la même chose. C'est donc le système de la paramparā. Vous ne pouvez pas imaginer ce que mon maître spirituel a dit. Ou même si vous lisez des livres, vous ne pouvez pas comprendre à moins de le comprendre à travers moi. C'est ce qu'on appelle le système de la paramparā. Vous ne pouvez pas passer par-dessus le gourou supérieur, je veux dire, négliger l'ācārya suivant, l'ācārya suivant immédiatement. Tout comme notre, ce Gau..., le culte de Caitanya Mahāprabhu, nous ne pouvons pas comprendre directement Caitanya Mahāprabhu. Ce n'est pas possible. Nous devons le comprendre à travers les Gosvāmīs. Par conséquent, vous trouverez dans le Caitanya-caritāmṛta et à la fin de chaque chapitre, l'auteur disant, rūpa-ragunātha-pade... Qu'est-ce que c'est? Kṛṣṇadāsa.

śrī-rūpa-ragunātha-pade yāra āśa
caitanya-caritāmṛta kahe kṛṣṇa-dāsa

C'est le processus. Il ne dit pas "J'ai compris le Seigneur Caitanya Mahāprabhu directement." Non, ce n'est pas de la compréhension. C'est de la stupidité. Vous ne pouvez pas comprendre ce qu'est Caitanya Mahāprabhu. Par conséquent, il dit à plusieurs reprises, rūpa-ragunātha-pade sada yāra āśa caitanya-caritāmṛta kahe kṛṣṇa-dāsa. "Je suis ce Kṛṣṇa dāsa, Kavirāja, qui est toujours sous la subordination des Gosvāmīs." Il s'agit du système de la paramparā. De même, Narottama dāsa Ṭhākura dit aussi, ei chay gosāi jār tār mui dās, "Je suis le serviteur de cette personne, celle qui a accepté ces Six Gosvāmīs comme ses maîtres. Je ne serais pas le serviteur de toute autre personne qui n'accepte pas la manière et les moyens de..." C'est pourquoi nous disons, ou nous offrons notre prière à notre maître spirituel, rūpānuga-varāya te, rūpānuga-varāya te, parce qu'il suit Rūpa Gosvāmī, c'est pour cela que nous acceptons, un maître spirituel. Pas que l'on est devenu meilleur que Rūpa Gosvāmī ou meilleur que... Non. Tāṅdera caraṇa-sebi-bhakta-sane vās. C'est le système de la paramparā.

Maintenant ici, la même chose est répétée: Arjuna, qui a directement entendu de Kṛṣṇa. Parfois, certaines personnes disent - c'est de la coquinerie - que "Arjuna ait entendu directement de Kṛṣṇa, mais nous ne trouvons pas Kṛṣṇa en notre présence, alors comment puis-je l'accepter?" Ce n'est pas une question de présence directe, parce que vous n'avez aucune idée de la connaissance absolue. Les paroles de Kṛṣṇa, la Bhagavad-gītā, n'est pas différente de Kṛṣṇa. Elle n'est pas différente de Kṛṣṇa. Lorsque vous entendez la Bhagavad-gītā, vous êtes directement en train d'entendre de la part de Kṛṣṇa parce Kṛṣṇa n'en est pas différent. Kṛṣṇa est absolu. Kṛṣṇa, le nom de Kṛṣṇa, la forme de Kṛṣṇa, les qualités de Kṛṣṇa, les instructions de Kṛṣṇa, tout de Kṛṣṇa, ils sont tous Kṛṣṇa. Ils sont tous Kṛṣṇa. Cela doit être compris. Ils ne sont pas différents de Kṛṣṇa. Par conséquent la forme de Kṛṣṇa ici, Il est Kṛṣṇa. Ce n'est pas une statue. "Il s'agit d'une statue de marbre." Non, Il est Kṛṣṇa. Il est apparu devant vous parce que vous ne pouvez pas voir Kṛṣṇa. Vous pouvez voir la pierre, le bois, par conséquent, Il est apparu sous cette forme. Vous pensez que c'est de la pierre et du bois, mais Il n'est ni pierre ni bois, Il est Kṛṣṇa. C'est ce qu'on appelle la Vérité Absolue. De même, les paroles de Kṛṣṇa ne sont également pas différentes de Kṛṣṇa. Lorsque les paroles de Kṛṣṇa sont là dans la Bhagavad-gītā, c'est Kṛṣṇa.

Tout comme le brāhmaṇa de l'Inde du sud. Dès qu'il a ouvert son... Il était analphabète, il ne pouvait pas lire la Bhagavad-gītā. Mais son Guru Mahārāja dit que "Tu dois lire chaque jour dix-huit chapitres de la Bhagavad-gītā." Donc, il était perplexe, "Je suis analphabète, je ne peux pas... D'accord, apportez-moi la..., la Bhagavad-gītā." Donc, il était dans dans un temple de Rāngaṇatha . Il prit la Bhagavad-gītā et s'en est allé comme ça. Il ne savait pas lire. Alors ses amis qui le connaissaient, ils plaisantaient: "Eh bien, brāhmaṇa, comment lis-tu la Bhagavad-gītā?" Il n'a pas répondu parce qu'il savait que ses amis se moquaient de lui parce que "Je ne sais pas... Je suis analphabète." Mais quand Caitanya Mahāprabhu est venu, il était aussi perplexe, "Brāhmaṇa, es-tu en train de lire la Bhagavad-gītā?" Il dit, "Monsieur, je suis analphabète. Je ne peux pas lire. Ce n'est pas possible. Mais mon Guru Mahārāja m'a ordonné de lire. Que puis-je faire? J'ai pris ce livre." C'est un disciple fidèle à la parole de son gourou. Il est analphabète. Il ne peut pas lire. Il n'y a aucun moyen. Mais son Guru Mahārāja l'a ordonné, "Tu dois lire la Bhagavad-gītā quotidiennement, dix-huit chapitres." Maintenant qu'est-ce que c'est? C'est ce qu'on appelle vyavasāyātmikā buddhiḥ. Je peux être très incomplet. Cela n'a pas d'importance. Mais si j'essaie de suivre les paroles de mon Guru Mahārāja, alors je deviens complet.

C'est le secret. Yasya deve parā bhaktir yathā deve tathā gurau (ŚU 6.23). Si l'on a une grande foi dans la Personnalité Suprême de Dieu et autant de foi dans le gourou, yathā deve tathā gurau, alors les écritures révélées deviennent évidentes. Ce n'est pas l'éducation. Ce n'est pas l'érudition. C'est la foi en Kṛṣṇa et dans le gourou. C'est pourquoi le Caitanya-caritāmṛta dit guru-kṛṣṇa-kṛpāya pāya bhakti-latā-bīja (CC Madhya 19.151). Pas par l'éducation, et non pas par l'érudition, ne dites jamais. Caitanya Mahāprabhu dit, guru-kṛṣṇa-kṛpāya, par la miséricorde du gourou, par la miséricorde de Kṛṣṇa. C'est une question de miséricorde. Ce n'est pas une question d'érudition ou d'opulence ou de richesse. Non. L'ensemble de la bhakti-mārga dépend de la miséricorde du Seigneur. Nous devons donc chercher la miséricorde. Athāpi te deva padāmbuja-dvaya-prasāda-leśānugṛhīta eva hi, jānāti tattvam... (SB 10.14.29). Prasāda-leśa, leśa signifie fraction. Celui qui a reçu une petite fraction de la miséricorde du Suprême, il peut comprendre. Les autres, a cānya eko 'pi ciraṁ vicinvan. Les autres, ils peuvent continuer de spéculer pendant des millions d'années. Ce ne sera pas possible de comprendre. Donc, la Bhagavad-gītā telle qu'elle est, c'est pourquoi, nous la présentons, parce que nous présentons la Bhagavad-gītā comme elle a été comprise par Arjuna. Nous n'allons pas voir M. Radhakrishnan, cet intellectuel, cet intellectuel, ce vaurien, ce vau... Non, nous n'y allons pas. Cela n'est pas de notre préoccupation. C'est la paramparā.