ID/Prabhupada 0246 - Setiap Orang Yang Menjadi Penyembah Kṛṣṇa, Maka Semua Sifat-sifat Baik Akan Mewujud Di Dalam Badannya

Revision as of 02:51, 12 July 2019 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Lecture on BG 2.9 -- London, August 15, 1973

Di dunia material ini, yang hanya namanya saja cinta, masyarakat, pertemanan dan cinta - segala sesuatunya itu bergantung kepada pemuasan indria-indria, maithunādi, dimulai dari seks. Yan maithunādi gṛhamedhi-sukhaṁ hi tuccham. Jadi, ketika seseorang menjadi bebas dari maithunādi-sukham ini, maka ia terbebaskan, ia terbebaskan, svāmī, gosvāmī. Selama seseorang masih melekat kepada maithunādi ini, dorongan seks ini, maka ia bukan svāmī dan bukan pula gosvāmī. Svāmī berarti ketika seseorang sudah menjadi penguasa atas indria-indria. Sebagaimana Kṛṣṇa adalah penguasa dari indria-indria, maka ketika seseorang menjadi berkesadaran Kṛṣṇa, ia juga menjadi penguasa dari indria-indria. Bukanlah berarti bahwa indria-indria harus dihentikan. Bukan, indria-indria itu seharusnya dikendalikan. "Ketika aku membutuhkannya, aku akan mempergunakannya, jika tidak maka aku tidak akan mempergunakannya." Itulah penguasa indria-indria. "Aku tidak akan bertindak atas dorongan dari indria-indria Indria-indria seharusnya bertindak di bawah pengarahanku." Itulah svāmī.

Karenanya, Arjuna disebut juga sebagai Guḍākeśa. Ia adalah penguasa dari .... Ia juga penguasa, pada saat ia mau melakukannya. Ia bukanlah seorang pengecut, tetapi ia dipenuhi oleh rasa belas kasih karena ia adalah seorang penyembah. Karena ia adalah seorang penyembah Kṛṣṇa ..... Setiap orang yang menjadi penyembah Kṛṣṇa, maka semua sifat-sifat baik akan mewujud di dalam badannya. Yasyāsti bhaktir bhagavaty akiñcanā sarvair guṇais tatra samāsate surāḥ. (SB 5.18.12). Semua sifat-sifat baik. Jadi, Arjuna, iapun demikian .... Jika tidak, bagaimana ia bisa menjadi sahabat Kṛṣṇa, kecuali jika ia memiliki kedudukan yang sama? Pertemanan menjadi sangat kuat ketika kedua teman tersebut berada pada kedudukan yang setara : usia yang sama, pendidikan yang sama, martabat yang sama, kecantikan atau ketampanan yang sama. Semakin banyak kesamaan dari kedudukan, maka pertemanan itu menjadi semakin kuat. Jadi, Arjuna juga ada pada kedudukan yang sama dengan Kṛṣṇa. Seperti halnya jika seseorang menjadi teman dari sang presiden, menjadi teman dari sang raja atau sang ratu. Maka, ia bukanlah orang biasa. Ia sudah pasti berada pada kedudukan yang sama. Seperti halnya para Gosvāmī. Para Gosvāmī, saat meeka menghentikan kehidupan berkeluarga mereka ..... Hal itu diuraikan oleh Śrīnivāsa Ācārya, tyaktvā tūrṇam aśeṣa-maṇḍala-pati-śreṇiṁ sadā tucchavat. Maṇḍala-pati, pemimpin yang sangat, sangat agung, maṇḍala-pati. Pemimpin besar, zamindar, orang yang terkemuka. Beliau adalah menteri. Siapa yang bisa menjadi temannya kecuali jika ia juga adalah orang yang terkemuka? Maka, Rūpa Gosvāmī berhenti berteman dengan mereka. Begitu Rūpa Gosvāmī and Sanātana Gosvāmī menjadi kenal dengan Śrī Caitanya Mahāprabhu, maka dengan segera mereka memutuskan bahwa, "Kami akan berhenti menjadi menteri dan bergabung dengan Śrī Caitanya Mahāprabhu untuk membantu Beliau." Untuk melayani Beliau, bukannya untuk menolongNya. Śrī Caitanya Mahāprabhu tidak memerlukan pertolongan dari siapapun. Namun jika kita berusaha untuk bergaul dan berusaha untuk melayaniNya, maka hidup kita menjadi berhasil.

Seperti yang dikatakan oleh Kṛṣṇa .... Kṛṣṇa datang untuk mengajarkan Bhagavad-gītā. Sarva-dharmān parityajya mām ekaṁ śaraṇaṁ. (BG 18.66). Itulah misiNya, bahwa "Para bajingan ini sudah menjadi pelayan dari begitu banyak hal : masyarakat, pertemanan, cinta, agama, ini, itu, begitu banyak hal, kebangsaan, komunitas. Jadi, para bajingan ini seharusnya menghentikan semua urusan omong kosong ini." Sarva-dharmān parityajya :Hentikanlah semua omong kosong ini. Hanya berserah diri sajalah kepadaKu." Inilah agama. Jika tidak, maka bagaimana Kṛṣṇa menyarankan untuk : sarva-dharmān parityajya, (BG 18.66). "Hentikanlah semua sistem keagamaan ini?" Beliau datang - dharma-saṁsthāpanārthāya. Beliau datang untuk menegakkan kembali prinsip-prinsip agama. Sekarang Beliau berkata, sarva-dharmān parityajya : "Hentikan semuanya itu." Itu berarti apapun yang tanpa kesadaran Kṛṣṇa, tanpa kesadaran Tuhan, maka semua itu adalah agama yang menipu. Semuanya itu bukan agama. Agama berarti : dharmāṁ tu sākṣat bhagavat-praṇītam, perintah dari Tuhan Yang Utama. Jika kita tidak memahami siapa Tuhan Yang Utama itu, jika kita tidak mengetahui apa perintah dari Tuhan Yang Utama, lalu di manakah agama itu? Itu bukanlah agama. Hal seperti itu bisa berlangsung dengan menggunakan istilah agama, tetapi sebenarnya, hal itu adalah penipuan.