ID/Prabhupada 0272 - Bhakti Itu Bersifat Rohani

Revision as of 12:37, 12 August 2021 by Elad (talk | contribs) (Text replacement - "'''Lecture on BG 2.10 -- London, August 16, 1973'''" to "'''Lecture on BG 2.7 -- London, August 7, 1973'''")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Lecture on BG 2.7 -- London, August 7, 1973

Jadi, kegiatan-kegiatan ini adalah kegiatan-kegiatan yang bodoh. Namun ketika seseorang ada di dalam kebaikan, maka ia menjadi sadar. Ia bisa memahami apakah itu nilai-nilai kehidupan, bagaimana seharusnya seseorang itu hidup, apa maksud dari kehidupan dan apa tujuan dari kehidupan ini. Tujuan dari kehidupanini adalah untuk memahami Brahman. Brahma jānātīti brāhmaṇaḥ. Karenanya kualitas yang baik artinya adalah brāhmaṇa. Sama halnya, kṣatriya. Mereka itu adalah guṇa-karma-vibhāgaśaḥ. Guṇa. Guṇa haruslah diperhitungkan. Śrī Kṛṣṇa karenanya berkata : catur vārṇyaṁ mayā sṛṣṭaṁ guṇa-karma-vibhāgaśaḥ. (BG 4.13).(BG 4.13). Kita telah dikuasai oleh sejumlah guṇa. Dan keadaan ini sangatlah sulit. Namun kita bisa dengan segera melampaui semua guṇa tersebut. Dengan segera. Bagaimana caranya? Melalui proses bhakti-yoga. Sa guṇān samatītyaitān brahma-bhūyāya kalpate. (BG 14.26). Jika kamu menerima proses bhakti-yoga, maka kamu menjadi tidak terpengaruh lebih lama lagi oleh ketiga sifat tersebut, apakah itu kebaikan, nafsu ataupun kebodohan. Hal itu juga dinyatakan di dalam Bhagavad-gītā : māṁ ca avyabhicāriṇī bhakti-yogena sevate. Setiap orang yang disibukkan di dalam pelayanan bhakti kepada Kṛṣṇa, avyabhicāriṇī, tanpa adanya penyimpangan, setia, dengan perhatian yang khusyuk, maka orang yang seperti itu, māṁ cāvyabhicāriṇī yogena, māṁ ca avyabhicāreṇa yogena bhajate māṁ sa guṇān samatītyaitān.(BG 14.26). Dengan segera, ia menjadi melampaui semua sifat-sifat itu. Jadi, pelayanan bhakti bukanlah berada di dalam sifat-sifat material. Mereka itu bersifat rohani. Bhakti itu bersifat rohani. Karenanya, kamu tidak bisa memahami Kṛṣṇa atau Tuhan tanpa adanya bhakti. Bhaktyā māṁ abhijānāti. (BG 18.55). Hanya bhaktyā māṁ abhijānāti. Jika tidak , maka itu mustahil. Bhaktyā māṁ abhijānāti yāvan yas cāsmi tattvataḥ. Kenyataan, di dalam kenyataan, jika kamu ingin memahami apa Tuhan itu, maka kamu harus mempergunakan proses bhakti ini, proses pelayanan bhakti ini. Maka kemudian kamu menjadi melampaui hal itu. Karenanya, di dalam Śrīmad Bhāgavatam, Nārada berkata bahwa, tyaktvā sva-dharmaṁ caraṇāmbujaṁ harer. (SB 1.5.17). Jika seseorang, bahkan walaupun hanya karena perasaan saja, menghentikan tugas pekerjaannya sesuai dengan guṇa .......... Hal itu disebut sebagai svadharma......... Svadharma berarti kewajiban seseorang sesuai dengan sifat yang telah ia dapatkan. Inilah yang disebut sebagai svadharma. Brāhmaṇa, kṣatriya, vaiśya, śūdra, mereka dikelompokkan oleh guṇa, guṇa-karma-vibhāgaśaḥ. (BG 4.13).

Jadi, di sini Arjuna berkata bahwa, kārpaṇya-doṣopahataḥ-svabhāvaḥ. (BG 2.7). "Aku adalah kṣatriya." Ia memahami bahwa, "Aku melakukan kesalahan. Aku menolak untuk bertempur. Karenanya, hal itu adalah kārpaṇya-doṣa, kikir." Kikir berarti aku memiliki sejumlah sarana untuk dipergunakan, tetapi jika itu tidak dipergunakan maka itu disebut sebagai kikir, kṛpaṇatā. Jadi, kṛpaṇatā, ada dua kelompok, yaitu brāhmaṇa dan śūdra. Brāhmaṇa dan śūdra. Brāhmaṇa berarti ia tdaklah kikir. Ia memiliki kesempatan, kepemilikan atas badan dalam bentuk manusia yang sangat berharga ini, yang bernilai berjuta-juta dolar, badan manusia ini ......... Tetapi ia tidak mempergunakannya dengan benar, melainkan hanya memandanginya saja, "Betapa cantiknya aku." Itu saja. Jadi, gunakan kecantikanmu untuk memanfaatkan kepemilikanmu, yaitu badan manusia ini .... Itulah Brāhmaṇa , yang seharusnya berpandangan luas.