ID/Prabhupada 0376 - Penjelasan Atas Bhajahū Re Mana

Revision as of 06:33, 29 December 2016 by Gusti (talk | contribs) (Created page with "<!-- BEGIN CATEGORY LIST --> Category:1080 Indonesian Pages with Videos Category:Prabhupada 0376 - in all Languages Category:ID-Quotes - 1969 Category:ID-Quotes...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Purport to Bhajahu Re Mana -- Los Angeles, January 7, 1969

Bhajahū re mana, śrī-nanda-nandana-abhaya-caraṇāravinda re. Ini adalah sebuah lagu yang digubah oleh Govinda dāsa, seorang penyair besar dan seorang Vaiṣṇava. Di dalam Bhagavad-gītā dikatakan bahwa, jika kamu memiliki pikiran yang terkendali, maka pikiranmu itu adalah teman terbaikmu. Tetapi jika pikiranmu tidak terkendali, maka ia adalah musuh terbesarmu. Jadi, kita ini sedang mencari teman atau musuh, yang keduanya sedang duduk bersamaku. Jika kita bisa memanfaatkan pertemanan dengan pikiran, maka kita akan diangkat hingga mencapai tingkat kesempurnaan yang tertinggi. Tetapi jika kita menjadikan pikiran sebagai musuh kita, maka jalan kita ke neraka sudah terwujud dengan sangat jelas. Karenanya, Govinda dāsa Ṭhākura, ia sedang menyapa pikirannya.

Para yogi berusaha untuk mengendalikan pikiran melalui proses semacam senam yang berbeda-beda. Hal seperti itu juga diakui. Tetapi hal itu membutuhkan waktu yang lama, dan kadang-kadang terjadi kegagalan. Di dalam hampir semua kasus, mereka semua gagal. Bahkan seorang yogi yang sangat hebat seperti Viśvāmitra, iapun mengalami kegagalan, lalu apalagi yang bisa dikatakan tentang para yogi yang masih baru dan tidak masuk akal ini.

Jadi Govinda dāsa menasihatkan bahwa, "Sibukkanlah pikiranmu di dalam kesadaran Kṛṣṇa. Maka pikiran dengan sendirinya akan menjadi terkendali." Jika pikiran tidak memiliki kesempatan untuk disibukkan di dalam hal-hal lain selain kesadaran Kṛṣṇa, maka ia tidak akan bisa menjadi musuhku. Dengan sendirinya ia akan menjadi temanku. Itulah petunjuk di dalam Śrīmad-Bhāgavatam, sa vai manaḥ kṛṣṇa-padāravindayoḥ. (SB 9.4.18).

Raja Ambarīṣa, pertama-tama ia menyibukkan pikirannya pada kaki padma Kṛṣṇa. Jadi sama halnya juga di sini, Govinda dāsa Ṭhākura, ia meminta pikirannya agar, "Pikiranku yang baik, sibukkanlah dirimu pada kaki padma abhaya-caraṇāravinda." Ini adalah nama dari kaki padma Kṛṣṇa. Abhaya berarti tanpa adanya ketakutan. Jika kamu berlindung pada kaki padma Kṛṣṇa, maka kamu dengan segera menjadi tanpa ketakutan. Karenanya ia memberi nasihat, "Pikiranku yang baik, sibukkanlah dirimu pada pelayanan kepada kaki padma Govinda." Bhajahū re mana śrī-nanda-nandana. Ia tidak menyebut "Govinda." Ia menyebut Kṛṣṇa sebagai "putera Nanda Mahārāja." "Karena kaki padma itu tanpa adanya ketakutan, maka kamu tidak akan lagi menjadi takut terhadap serangan dari māyā."

"Oh, Aku sudah menikmati begitu banyak hal. Bagaimana aku bisa memantapkan pikiranku kepada kaki padma Kṛṣṇa?" Lalu Govinda dāsa menasihatkan, "Tidak, tidak." Durlabha mānava-janma. "Jangan menyia-nyiakan hidupmu seperti itu. Kehidupan dalam badan manusia ini sangatlah jarang . Dari begitu banyak, beribu-ribu dan berjuta-juta kelahiran, kamu sudah mendapatkan kesempatan ini." Durlabha mānava-janama sat-saṅge. "Karena itu jangan pergi kemanapun. Bergaullah hanya dengan para penyembah." Taraha ei bhava-sindhu re. "Maka kamu akan bisa menyeberangi samudera kebodohan ini."

"Oh, jika aku selalu menyibukkan pikiranku di dalam Kṛṣṇa, lalu bagaimana aku akan menikmati keluargaku, dan juga dengan perlengkapanku yang lainnya?" Dan Govinda dāsa berkata, ei dhana yauvana. "Kamu ingin menikmati kekayaan dan masa mudamu." ei dhana yauvana, putra parijana, "dan kamu ingin menikmati masyarakat pertemanan, cinta dan keluarga, tetapi aku katakan," ithe ki āche paratīti re, "apakah kamu pikir ada kesenangan rohani di dalam hal-hal yang tidak masuk akal itu? Tidak, tidak ada satupun. Itu semua hanyalah khayalan."

ei dhana yauvana, putra parijana
ithe ki āche paratīti re
durlabha mānava-janama sat-saṅge
taraha ei bhava sindhu re.
śīta ātapa bāta bariṣaṇa
ei dina jāminī jāgi 're
viphale sevinu kṛpaṇa durajana
capala sukha-laba lāgi' re

Govinda dāsa mengingatkan pikirannya bahwa, "Kamu telah mengalami kebahagian materialmu. Jadi kebahagiaan material artinya adalah, tujuan akhir dari kebahagiaan material adalah kehidupan seks. Tetapi tidak ingatkah kamu, berapa lama kamu bisa menikmati kehidupan seks itu? Capala. "Berkerlap-kerlip. Katakanlah, hanya selama beberapa menit atau hanya beberapa saat. Itu saja. Tetapi untuk tujuan itu kamu sudah bekerja dengan begitu kerasnya?" Śīta ātapa. "Tidak memperdulikan salju yang turun. Tidak memperdulikan panas matahari yang menyengat. Tidak memperdulikan hujan yang lebat. Tidak memperdulikan saat harus mendapatkan giliran berkerja malam hari. Sepanjang siang dan malam kamu bekerja. Dan apa hasilnya? Hanya untuk mendapatkan kenikmatan sejenak yang berkerlap-kerlip itu saja. Tidakkah kamu merasa malu atas hal ini?

Jadi, śīta ātapa, bāta bariṣaṇa, ei dina jāminī jāgi re. Dina berarti siang, dan jāminī berarti malam. Jadi, "Siang dan malam kamu bekerja dengan sangat keras. Mengapa?" Capala sukha-laba lāgi' re. "Hanya untuk mendapatkan kebahagiaan yang berkerlap-kerlip itu." Lalu ia berkata, ei dhana yauvana, putra parijana, ithe ki āche paratīti re. "Tidak ada kebahagiaan yang sebenarnya, kebahagiaan yang kekal, kebahagiaan rohani, di dalam kegiatan menikmati hidup ini, ataupun di dalam masa muda, keluarga maupun masyarakat. Tidak ada kebahagiaan, tidak ada kebahagiaan rohani."

Karena itu, kamala-dala-jala, jīvana ṭalamala. "Dan kamu tidak mengetahui sampai berapa lama kamu akan menikmati kehidupan ini. Karena kehidupai ini selalu goyah. Kamu berada pada suatu tataran yang goyah.. Seperti halnya air yang ada pada daun teratai. Daun itu selalu berayun-ayun. Dan setiap saat air yang ada di atasnya akan bisa tumpah. Jadi, hidup kita ini juga selalu berayun-ayun. Setiap saat ia bisa roboh. Tanpa terduga, kita bisa berhadapan dengan bahaya, dan kemudian hidup kita selesai. Jadi, jangan menyia-nyiakan hidup seperti itu." Bhajahū hari-pada nīti re. "Selalu menjadi sibuklah di dalam kesadaran Kṛṣṇa. Itulah keberhasilan dalam hidupmu."

Dan bagaimana caranya untuk melaksanakan kesadaran Kṛṣṇa ini? Ia menasihatkan, śravaṇa kīrtana, smaraṇa vandana, pāda-sevana dāsya re. Kamu bisa menggunakan salah satu dari sembilan macam proses pelayanan bhakti ini. Jika kamu bisa menggunakan semuanya, maka itu akan sangat baik. Jika tidak, maka kamu bisa menggunakan delapan macam dari semua yang ada. Kamu bisa menggunakan tujuh macam dari semua yang ada, atau enam macam, lima macam, empat macam. Tetapi bahkan jika kamu hanya menggunakan satu macam saja dari semua yang ada itu, hidupmu tetap akan menjadi berhasil.

Apakah ke sembilan metoda itu? Śravaṇaṁ kīrtanam. Mendengar dari sumber yang berwenang, Dan berjapa atau mengucapkan. Śravaṇaṁ kīrtanam. Smaraṇam, yaitu mengingat. Vandanam, yaitu berdoa. Śravaṇa kīrtanaṁ, smaraṇaṁ vandana, pāda-sevanam. Mempersembahkan pelayanan kepada kaki padmaNya sebagai pelayan yang kekal. Pūjana sakhī-jana. Atau berusaha mencintai Kṛṣṇa sebagai temanmu. Ātma-nivedana. Atau menghentikan segala sesuatunya bagi Kṛṣṇa.

Itulah cara-cara dari proses pelayanan bhakti, dan Govinda dāsa selalu mencita-citakan urusan kesadaran Kṛṣṇa itu.