ID/Prabhupada 0401 - Penjelasan Atas Śrī Śrī Śikṣāṣṭaka

Revision as of 03:03, 12 July 2019 by Vanibot (talk | contribs) (Vanibot #0023: VideoLocalizer - changed YouTube player to show hard-coded subtitles version)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)


Purport Excerpt to Sri Sri Siksastakam -- Los Angeles, December 28, 1968

Tuhan Caitanya Mahāprabhu memberi petunjuk kepada murd-muridNya untuk menulis buku mengenai ilmu pengetahuan kesadaran Kṛṣṇa. Suatu tugas yang oleh mereka yang menjadi pengikutNya telah dilanjutkan untuk dilaksanakan hingga saat sekarang ini.

Uraian yang panjang lebar serta penjelasan yang terperinci atas filsafat yang diajarkan oleh Tuhan Caitanya ini pada kenyataannya adalah merupakan filsafat yang paling paling luas, paling tepat serta paling konsisten, akibat dari terpecahnya sistem garis perguruan dari semua budaya keagamaan di dunia. Meskipun begitu, Tuhan Caitanya sendiri, yang pada masa mudanya dikenal luas sebagai seorang sarjana, hanya meninggalkan bagi kita sejumlah delapan bait petunjuk yang disebut sebagai Śikṣāṣṭaka.

Kemuliaan bagi śrī-kṛṣṇa-saṅkīrtana, yang membersihkan hati dari semua debu yang terkumpul menjadi satu selama waktu yang sangat lama. Sehingga api dari kehidupan terikat, dari perputaran kelahiran dan kematian, menjadi dipadamkan.

Sloka kedua. Oh Tuhanku, nama suciMu saja bisa memberikan anugerah bagi semua makhluk hidup, dan karena itu Engkau memiliki ratusan dan jutaan nama seperti Kṛṣṇa, Govinda dan sebagainya. Di dalam nama-nama rohani ini, Engkau menanamkan semua energi rohaniMu, dan tidak ada peraturan yang ketat bagi pengucapan nama suci ini.

Oh Tuhanku, Engkau telah begitu bermurah hati menjadikan pencapaian kepada diriMu begitu mudahnya melalui nama suciMu, namun betapa malangnya aku ini, karena aku tidak memiliki ketertarikan kepada pengucapan nama suci itu.

Sloka ketiga. Seseorang bisa mengucapkan nama suci Tuhan dalam suatu keadaan pikiran yang penuh dengan kerendahan hati, dengan berpikir bahwa dirinya lebih rendah dari sebatang rumput di tepi jalan, dan dirinya lebih bertoleransi dibandingkan dengan sebatang pohon, dan dengan tanpa adanya rasa kebanggaan yang keliru, serta siap untuk memberikan semua penghormatan kepada sesama. Di dalam keadaan pikiran yang seperti itu, seseorang bisa mengucapkan nama suci Tuhan secara terus menerus.